Kini sisa uang di tangan Zero tinggal Rp.200.000,-( uang bonus misi sisa seratus ribu dan uang dari mengambil saldo di rekeningnya sisa membeli seng juga seratus ribu ). Karena itu uang bonus terserah Zero akan menghabiskannya untuk apa yang penting jangan sampai lewat 3 jam.
Waktu untuk menghabiskan bonus tinggal satu jam lagi, berhubung isi karungnya sudah hampir penuh dan hari pun sudah mendekati dzuhur, Zero berubah rencana, tadinya dia akan mulung ke daerah pasar, tapi kini dia mulung di dekat rumahnya saja yaitu di TPS.
Zero terus berjalan membawa karungnya ke arah TPS, sekaligus dia ingin menghabiskan sisa uang bonusnya. Zero pun mendekati anak-anak yang sedang bermain sambil mulung, kemudian dia berkata, "Adik-adik, sini istirahat dulu, Kakak punya hadiah buat kalian!"
Anak-anak yang mendengar Zero membawa hadiah pun berlari mendekat.
"Hadiah apa Kak?" tanya salah satu anak.
"Kumpul semuanya dulu ya?"
Sambil menunggu anak-anak itu berkumpul, Zero menemui pedagang es cream yang kebetulan lewat di sana, lalu dia berkata, "Pak...ini Saya punya uang Rp.100.000,- Saya ingin mentraktir mereka , jadi nanti tolong dilayani ya Pak? perorang dapat jatah lima ribu," ucap Zero sambil menunjuk ke arah anak-anak yang mulai berkumpul.
"Baik Dek," ucap pedagang es.
"Ayo adik-adik, sekarang berbaris dan jawab pertanyaan dari Kakak, siapa yang bisa menjawab dengan benar, Kakak akan beri hadiah es cream."
"Mau Kak," jawab mereka serempak.
Zero pun memberikan pertanyaan kepada masing-masing anak, karena kebanyakan mereka masih sekolah dasar maka pertanyaan Zero seputar matematika penambahan, pengurangan dan perkalian.
Satu persatu anak menjawab pertanyaan dari Zero dengan benar dan mendapatkan hadiah es cream sesuai yang dijanjikan oleh Zero.
Namun ada satu anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari Zero, bahkan pertanyaan itu sangat mudah, karena kasihan Zero pun memberikan dia satu cup es cream dengan syarat nanti sore datang ke rumah Zero.
Anak itupun mengangguk setuju. Setelah di hitung ternyata ada 25 orang anak yang telah mengambil es cream, berarti Zero harus menambah budget Rp.25.000,- kepada bapak penjual es cream.
Semua anak mengucap terimakasih kepada Zero, lalu mereka kembali dengan kegiatannya masing-masing. Mereka berlarian di antara tumpukan sampah sambil melambaikan tangan kepada Zero.
Zero membalas lambaian tangan anak-anak itu, dia tersenyum, walau yang dilakukannya tidak berarti, tapi melihat kebahagiaan di wajah anak-anak tadi membuat hatinya senang.
Misi sistem untuk hari ini selesai di kerjakan oleh Zero, lalu dia mulai memulung untuk memenuhi isi karungnya, setelah itu dia putuskan untuk pulang.
Uang saku Zero tinggal Rp.75.000, dia berencana singgah ke warung sayur untuk membeli bahan masakan dan dia berencana besok pagi akan ke Bank lagi mengurus kartu ATM guna mempermudah dirinya jika ingin mengambil uang.
Dan dia berencana membeli ponsel bekas yang murah untuk alat komunikasi bersama teman-teman serta untuk mendaftar SMS Banking.
Jadi kedepannya Zero tidak perlu repot lagi pergi ke Bank jika hanya ingin mengecek saldo yang ada dalam rekeningnya, sebab setiap kali ada penambahan atau pengurangan saldo, secara otomatis sistem perbankan akan mengirimkan laporannya via SMS.
Zero tiba di warung yang menjual sayur mayur, dia membeli ikan juga sayuran serta beberapa bahan lainnya seperti teri, ikan asin, sarden, bawang serta cabe untuk stok makanan tiga hari kedepan.
"Ini Dek Zero, totalnya," kata Mbak pemilik warung yang menyodorkan selembar kertas berisi jumlah yang harus Zero bayar.
Ternyata habis Rp.60.000,-, Zero pun segera membawa barang belanjaannya, lalu pamit pulang. Sisa uang kini hanya tinggal lima belas ribu untuk isi kantongnya.
Zero tiba di rumah, menyimpan karung di belakang rumah seperti biasanya. Rencana Zero, sore nanti dia akan memilah hasil mulungnya dalam tiga hari ini. Zero selalu memisahkan jenis barang hasil mulungnya sesuai jenis dan kriteria barang hingga nilai jualnya bisa lebih tinggi.
Setelah menyimpan karungnya, Zero segera menemui emak, memberikan barang belanjaan yang di belinya tadi, kemudian dia mandi setelah itu melaksanakan kewajibannya seperti biasa.
"Ro, makan dulu sana!" pinta emak saat melihat Zero telah selesai beribadah.
"Iya Mak. Oh ya Mak, siapa ya...tukang yang biasanya bekerja memasang atap? biar bisa segera diganti atap rumah kita, payah jika musim penghujan, lagipula sebentar lagi Zero sudah mulai aktif sekolah, nanti nggak ada yang bantuin menggeser barang."
"Besok Emak tanya Mang Kardi, tetangga baru kita, kata isterinya beliau kerjanya memasang atap rumah. Ro... Emak mohon, utamakan dulu biaya sekolah mu, Emak nggak mau kamu putus sekolah gara-gara mengurusi kebutuhan rumah. Sayang Nak, sudah di penghujung-kan, lagi pula apa selamanya kamu mau menjadi pemulung?"
"Insya Allah Zero akan ikut ujian, do'ain Zero ya Mak."
"Emak selalu do'ain yang terbaik untukmu Nak."
"Sudah makan sana! Itu sudah Emak siapin. Emak mau pergi pengajian dulu, jika kamu mau pergi, simpan saja kunci di tempat biasa ya Ro?"
"Iya Mak, Zero paling mau nyortir barang di belakang, biar besok bisa dijual, jadi bisa buat tambahan bayar uang sekolah Mak."
Emak pun pamit, beliau pergi bersama para tetangga, sedangkan Zero menikmati makanan yang telah emaknya sajikan.
Selesai makan, Zero bergegas ke belakang rumah, dia mulai memilah satu persatu hasil mulungnya.
Benda-benda itupun, dipisahkan sesuai jenis bahan, berbahan plastik, berbahan aluminium, besi, kardus dan juga tembaga serta yang lainnya.
Sementara barang-barang elektronik rusak yang Zero dapatkan, seperti radio, seterika, terkadang rice cooker dan lain-lain, Zero pisahkan.
Dengan mempergunakan kemampuan otodidaknya, Zero berusaha memperbaiki sendiri alat-alat elektronik tersebut dengan cara merakit masing-masing komponennya hingga bisa di pergunakan lagi dan di jual ke pemakai langsung.
Sehingga harga jualnya pun bisa lumayan tinggi jika dibandingkan dengan dijual sebagai barang rongsokan.
Zero memang kreatif dalam hal ini hingga penghasilan dari hasil mulungnya bisa lebih besar dibandingkan dengan orang-orang yang seprofesi dengannya.
Saat Zero sedang asyik dengan pekerjaannya, terdengar seorang anak berteriak memanggil-manggil namanya dan juga mengetuk pintu.
"Kak Zero! Kak...oh Kak," ucap Seto berulang-ulang.
Zero pun bangkit, untuk melihat siapa yang datang mencarinya. Dia lupa jika telah meminta anak yang tadi siang tidak bisa menjawab pertanyaannya untuk datang ke rumah.
"Oh...kamu Dek?" tanya Zero.
"Iya Kak, aku datang sesuai janji. Apa yang bisa aku lakukan Kak? untuk mengganti ketidakmampuan ku tadi siang?"
"Ayo ikut Kakak!" ajak Zero sembari berjalan kembali ke belakang rumah.
"Bantu Kakak ya! kita menyortir barang, sekalian ada yang ingin Kakak tanyakan ke kamu."
"Iya Kak."
Seto yang sudah terbiasa bekerja membantu keluarganya sejak usia lima tahun, dengan cekatan memilah barang hasil memulung Zero.
"Kakak mau tanya nih, tapi maaf sebelumnya, apa kamu tidak sekolah?"
Seto pun terdiam, dia menunduk, tidak berani menatap Zero. Sebenarnya Seto ingin sekolah, tapi kehidupan keluarga yang selalu kekurangan membuat dirinya mengalah, lebih mengutamakan kebutuhan keluarga dan juga sekolah kedua adiknya ketimbang memikirkan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Sukliang
15.000 tuk seto
2023-11-25
0
isnaini naini
selalu trharu dan temotivasi
2023-11-10
0
Gavin Bae
ceritamu bikin aku merasakan indahnya berbagi.
2023-02-18
1