Karma Fanny

Emira mengambil telur, sayuran, dan beberapa bumbu dapur, kemudian dia mempersiapkan semuanya. Setelah siap Emira mulai masak. Bau masakan itu harum hingga membuat Alzam tergoda dan masuk ke dapur. Alzam berdiri tepat berada di belakang Emira.

"Alzam," ucap Emira terkejut saat membalikkan tubuhnya, ada Alzam di belakangnya.

"Maaf, tadi aku mencium bau harum masakanmu, jadi ke sini," ujar Alzam.

"Aku membuat nasi goreng spesial untukmu," ucap Emira.

"Oke, sepertinya enak. Tolong bawakan nasi goreng itu ke meja makan," pinta Alzam.

"Wah enak sekali tinggal makan, seperti raja ya," sahut Emira.

"Bukannya aku memang raja di rumah ini dengan dua istri," ledek Alzam.

"Kau bilang apa? Dua istri? Aku gak sudi jadi istrimu Alzam," tolak Emira.

"Yang bener, bukannya kau mau kemarin?" ledek Alzam.

"Alzam kau ya, tanganku masih mampu membantingmu," ucap Emira.

Alzam langsung kabur. Ngilu rasanya harus dibanting Emira lagi. Namun Emira justru mengejarnya. Mereka berlari sampai ke ruang keluarga di lantai bawah.

"Katanya agen level A, lambat ya larinya," ledek Alzam.

"Kau menantangku? lihat saja, aku akan membantingmu dua kali," ucap Emira.

"Buktikan! Kau saja tak bisa mengejarku," ledek Alzam sambil berlari menjauh.

"Alzam!" pekik Emira. Dia terus mengejar Alzam di depannya. Berlari sekuat tenaga untuk menangkap Alzam.

"Mana? Agen loyo nih," ledek Alzam.

"Alzam!" teriak Emira.

Mereka terus berlari hingga, Alzam kelelahan dan berbaring di karpet. Emira segera menyusulnya. Alzam angkat tangan.

"Aku nyerah, kau hebat," ucap Alzam sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

"Aku belum lelah, kau sudah tepar Alzam," sahut Emira.

"Aku akui staminamu bagus Emira," ujar Alzam.

"Tuh tahu, seharusnya tadi kau berpikir ulang ingin meledekku," sahut Emira.

"Cewek badak, pantes kuat," ledek Alzam lagi. Dia masih saja gatal ingin meledek Emira.

"Alzam!" Emira kesal. Emosinya naik ke ubun-ubun. Dia hendak maju untuk meraih tangan Alzam namun kakinya tergelincir hingga tubuhnya terjatuh ke atas tubuh Alzam.

Bluuug ...

Keduanya terkejut. Mata keduanya tak sengaja bertautan. Baik Alzam dan Emira sama-sama canggung.

"Emira," ucap Alzam.

"Alzam," sahut Emira.

Segera Emira bangun dari tubuh Alzam, begitupun dengan Alzam yang langsung duduk.

"Maaf aku tak sengaja," ujar Emira

"Iya aku tahu," sahut Alzam.

"Aku siapkan nasi goreng untukmu," ucap Emira kemudian berdiri meninggalkan Alzam. Dia kembali ke dapur.

"Aku jadi canggung gini," batin Emira. Dia memindahkan nasi goreng yang baru matang itu ke piring. Tiba-tiba Alzam kembali ke dapur. Dia melihat nasi gorengnya.

"Kau mengekor terus Alzam," ledek Emira.

"Habis seru meledekmu," gumam Alzam.

Emira hanya mengerucutkan bibirnya, cemberut. Dari tadi Alzam meledeknya. Dia membiarkan Alzam sepuasnya meledeknya. Emira pura-pura tak dengar.

"Nasi gorengnya mau ditambah tomat dan mentimun?" tanya Emira.

"Boleh juga, asal kau tak meracuniku," jawab Alzam.

"Aku akan mencampurnya dengan pestisida, biar kau tak seenaknya meledekku," ujar Emira.

Alzam tertawa. Sedangkan Emira memotong beberapa tomat dan mentimun kemudian diletakkan di piring nasi goreng itu.

"Sudah, nih," ucap Emira memberikan nasi goreng itu pada Alzam.

"Makasih ya Emira, agen level A," ujar Alzam menerima nasi goreng itu.

"Makanlah sana!" titah Emira.

"Oke, tapi temani aku makan, bosan sendirian," ucap Alzam.

"Hih, merepotkan," keluh Emira.

Mau tak mau Emira duduk di ruang makan menemani Alzam makan. Dia hanya diam melihat Alzam mulai makan.

"Baunya harum, pasti enak," ucap Alzam mencium aroma nasi goreng di piring.

Emira terdiam. Malas berkomentar. Membiarkan Alzam mengoceh sendirian.

Alzam mulai memakan suapan pertamanya. Dia merasakan setiap gigitannya. Rasa nasi goreng itu menari di lidahnya.

"Enak," ucap Alzam.

"Baguslah kalau enak, hampir saja aku mau menaruh racun agar kau diam," ujar Emira.

Alzam tersenyum. Dia tahu Emira pasti kesel gara-gara dia selalu meledeknya.

"Emira seperti apa keluargamu?" tanya Alzam.

"Keluargaku ya? Ayahku seorang pegawai swasta, ibuku hanya ibu rumah tangga biasa, dan aku memiliki seorang adik perempuan yang masih kuliah," ucap Emira.

Alzam mendengarkan cerita Emira.

"Sejak kapan kamu jadi agen rahasia?" tanya Alzam.

"Sudah lama, dulu setelah lulus SMP, aku direkrut untuk sekolah di Markas Besar Agen Rahasia. Aku sekolah di sana sampai lulus dan menjalani misi," jawab Emira.

"Kenapa kau tidak mencari pekerjaan yang lebih mudah dan aman untuk seorang wanita?" tanya Alzam.

"Aku mencintai pekerjaanku sebagai agen rahasia. Pekerjaan ini menantang, penuh petualangan dan menegangkan, itu yang aku suka," jawab Emira.

"Apa kau tak terpikir suatu saat memiliki keluarga dan berhenti menjadi agen rahasia?" tanya Alzam.

"Pernah, dulu saat seseorang  berbicara padaku tentang hal itu," jawab Emira. Ekspresi berubah murung. Teringat Leonard yang sudah pergi meninggalkannya.

"Apa seseorang yang kau maksud adalah orang yang kau cintai?" tanya Alzam.

"Iya, tapi dia telah meninggal," jawab Emira.

"Seandainya ada seseorang yang mencintaimu, apa kau akan menerimanya?" tanya Alzam.

"Ha ... ha ..., kau lucu Alzam. Mana ada laki-laki yang menyukai gadis tomboy sepertiku, yang berdandan saja tidak, baju serabutan dan tidak pernah menetap di satu tempat," jawab Emira.

"Jika ada, bagaimana?" tanya Alzam.

"Cintaku telah ikut mati bersamanya," jawab Emira.

"Ugh ... ugh ... ugh ..." Alzam tersedak saat Emira bicara tentang cintanya.

"Biar kuambilkan minum," ucap Emira.

Segera Emira mengambilkan Alzam minum di dispenser. Kemudian dia memberikan air minum itu pada Alzam.

"Minumlah!" titah Emira.

Alzam meminum air yang diberikan Emira.

"Makasih Emira," ucap Alzam.

Emira mengangguk.

Setelah makan mereka pergi ke ruang keluarga di lantai atas. Mereka duduk sambil main game bersama. Baik Alzam dan Emira tidak ingin mengalah. Mereka saling melawan dalam permainan game itu.

"Ayo Alzam mana? Segini kemampuanmu?" tanya Emira.

"Aku membiarkanmu duluan, lihat nanti aku yang akan menang," sahut Alzam.

"Cemen," ucap Emira.

"Kau akan kalah cantik," ujar Alzam.

"Kau bilang apa tadi?" tanya Emira.

Azlam terdiam. Tanpa disadari dia mengatakan bahwa Emira cantik. Padahal itu keluar begitu saja dari mulutnya.

"Eee ...," ucap Alzam.

"Kau bilang apa tadi?" tanya Emira lagi.

"Ye aku menang, aku berhasil mengelabuhimu, baru dipuji cantik aja, udah gak fokus," ujar Alzam mengalihkan pembicaraan.

"Eh, kau curang, sengaja menggodaku ternyata ingin menang," keluh Emira.

"Iya, kau jarang dipuji ya, tenang aku akan sering memujimu," ujar Alzam.

Plaaak ...

Emira menepuk lengan Alzam.

"Aw ..., Badak ngamuk," ledek Alzam.

"Kau ya Alzam, bisa tidak jangan meledekku?" Emira kesel.

Alzam tertawa puas karena Emira terlihat kesal dan kalah dalam bermain game dengannya. Malam itu Alzam benar-benar senang karena rasa lelahnya menghilang setelah meledek si agen rahasia itu dan bermain game dengannya.

***

Fanny berada di ruang rawat inap. Ibu Yeni menunggunya di dalam ruangan itu. Dari tadi Ibu Yeni tak berhenti menangisi Fanny anaknya. Apalagi keadaan yang dialami Fanny sangat miris, mukanya rusak dan kakinya retak akibat kecelakaan itu. Fanny mulai sadar, dia membuka matanya lebar-lebar, melihat ibunya yang menangisinya.

"Bu, aku di mana sekarang?" tanya Fanny. Dia melihat ke sekeliling.

Terpopuler

Comments

momy ida

momy ida

benih cinta mulai tumbuh dihati alzam buat almira💃💃💃

2022-05-18

0

Fitri Sri Dewi

Fitri Sri Dewi

apakah cinta alzam akan berlabuh pada elmira

2022-04-01

1

Rayhana Mb

Rayhana Mb

hati Amira udah mulai mencair semejak kenal alzam,.

2022-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!