Siang itu Emira sedang duduk nonton televisi di kamar Dara. Sambil menemani Dara, dia sambil mencari hiburan dengan nonton pertandingan bola. Dara duduk di samping Emira dan menyandarkan kepalanya padanya.
"Emira kau suka nonton pertandingan bola?" tanya Dara. Memperhatikan Dara begitu antusias menyaksikan pertandingan bola.
"Iya habis seru," jawab Emira.
"Biasanya wanita suka nonton sinetron atau film romantis," ucap Dara.
"Aku tidak suka hal-hal yang romantis Dara, kurang menantang gitu," sahut Emira. Dari dulu Emira memang lebih suka hal-hal yang menantang. Dia kurang suka sesuatu yang disukai wanita pada umumnya. Bajunya saja tak ada satupun yang berwarna pink. Semuanya berwarna gelap.
"Kau benar-benar cewek tomboy ya," ucap Dara.
"Ya seperti itulah," sahut Emira.
Dara memperhatikan rambut panjang Emira yang selalu diikat ke belakang. Padahal rambutnya panjang.
"Emira sini aku sisir rambutmu," pinta Dara.
"Oke, kalau itu membuatmu senang," sahut Emira.
Dara menyisir rambut Emira yang panjang. Rambut itu hitam dan indah. Tak ada satupun yang bercabang. Indah dan lembut.
"Emira rambutmu bagus, panjang dan indah," puji Dara.
"Benarkah? padahal aku jarang mengurusnya" sanggah Emira. Dia bukan wanita yang biasa mengurus rambut, perawatan di salon, atau menggunakan apapun untuk mempercantik rambutnya. Emira membiarkan rambutnya tumbuh begitu saja, paling hanya keramas saat mandi, itu saja.
"Kau tomboy tapi kenapa rambutmu panjang? biasanya cewek tomboy identik dengan rambut pendek?" tanya Dara. Sepengetahuannya kebanyakan cewek tomboy berambut pendek. Tapi tidak pada Emira, rambutnya panjang hingga ke pinggangnya.
"Ada seseorang yang memuji rambut panjangku cantik waktu itu, sejak saat itu aku mempertahankan rambut panjangku," jawab Emira.
"Oh begitu," sahut Dara. Dia terus menyisir rambut Emira lalu mengikat rambutnya. Dara senang bisa bersama Emira, hari-harinya jadi tidak sepi lagi. Ada teman yang menemaninya.
***
Alzam masih di luar kota. Dia baru saja memantau hotel yang baru diresmikan. Dia berkeliling ditemani manager hotel itu yang bernama Bima Satria. Mereka berjalan dari satu lantai ke lantai lain untuk memastikan semuanya oke dan nyaman untuk pengunjung.
"Apa semua lift sudah beroperasi?" tanya Alzam.
"Sudah Bos," jawab Bima.
"Pastikan itu berfungsi dengan baik," ujar Alzam.
"Baik Bos," sahut Bima.
Alzam terus berjalan bersama Bima. Beberapa karyawan menyapanya. Alzam membalas sapaan mereka. Dia sosok bos yang baik dan ramah. Selain itu tampan. Membuat karyawati meleleh setiap melihatnya.
"Ganteng banget sih pemilik hotel ini."
"Iya, udah gitu baik dan ramah, idaman banget."
"Kalau aja dia jodohku."
"Udah punya istri."
"Yah, baru ngarep."
Alzam selalu jadi bahan pembicaraan karyawatinya. Tak jarang ada yang memberi perhatian dan menggodanya. Untung saja hati Alzam sudah ada yang memiliki. Meskipun Dara sakit, tapi cintanya tak pernah berubah untuknya.
Setelah selesai memantau hotel. Alzam kembali ke kamar hotelnya. Dia berdiri di depan jendela kaca. Menelpon Dara sambil menikmati pemandangan kota yang terlihat di jendela kaca.
"Assalamu'alaikum," sapa Alzam.
"Wa'alaikumsallam," sahut Dara.
"Dara sayang sore ini aku belum bisa pulang, urusan bisnisku di sini belum selesai. Mungkin besok sore aku pulang," ucap Alzam.
"Tidak apa-apa Mas, yang penting kau jangan lupa makan dan istirahat. Jaga kesehatanmu, aku menunggu kepulangan mu dirumah," sahut Dara.
"Iya sayang, kamu juga jangan lupa makan, minum obat dan istirahat ya," ucap Alzam.
"Iya Mas," sahut Dara.
Setelah selesai, Dara menutup telponnya, dia sebenarnya sudah merindukan Alzam tapi mau bagaimana lagi, urusan bisnisnya juga penting untuk kelangsungan perusahaannya.
***
Emira sedang duduk di teras depan, dia menikmati udara segar di luar. Seharian di dalam rumah membuatnya bosan. Tak lama sebuah mobil masuk ke rumah besar itu. Mobil itu mobil pribadi milik Dara yang baru diservis dari bengkel. Emira hanya sekilas melihatnya. Tiba-tiba Bibi Nur menghampiri nya.
"Nona Emira," ucap Bibi Nur.
"Ya ada apa Bi?" tanya Emira.
"Hari ini jadwal Nyonya Dara check up, karena Tuan Alzam belum pulang apa Nona Emira mau mengantar Nyonya Dara ke rumah sakit?" tanya Bibi Nur.
"Oh begitu, baik aku akan mengantarkan Dara ke rumah sakit," jawab Emira.
"Terimakasih Nona Emira," ucap Bibi Nur.
"Sama-sama," sahut Emira.
Segera Emira masuk ke dalam rumah. Dia naik ke lantai atas, pergi ke kamar Dara, Emira melihat Dara terlihat sedih. Dia menghampirinya Dara yang duduk di kursi roda.
"Dara ada apa? kenapa kau terlihat sedih?" tanya Emira.
"Alzam tidak jadi pulang hari ini," ucap Dara.
"Kau merindukan Alzam ya?" tanya Emira.
Dara mengangguk.
Emira bisa merasakan kerinduan Dara pada Alzam. Mungkin karena kesibukan Alzam, Dara sering kesepian. Namun jika Alzam tidak bekerja, biaya berobat Dara juga tak sedikit. Selain itu nasib ribuan karyawan yang bekerja harus diperjuangkan Alzam. Sebagai pemimpin dia harus bisa mengayomi bawahannya.
"Sabar ya Dara, nanti kalau urusan bisnis Alzam sudah selesai pasti pulang," ujar Emira.
"Apa kau tidak merindukan Alzam?" tanya Dara.
Emira terdiam. Yang benar saja dia harus merindukan Alzam yang bukan siapa-siapanya.
"Iya, aku juga merindukan Alzam," jawab Emira.
"Kalian pengantin baru, seharusnya bulan madu, tapi kau malah merawatku," ujar Dara.
"Aku senang bisa merawatmu, jadi kau tak perlu khawatir," sahut Emira.
"Makasih Emira," ucap Dara.
Emira mengangguk.
"Hari ini jadwalmu check up, gimana kalau kita ke taman bunga sebelum ke rumah sakit?" tanya Emira. Dia ingin menghibur Dara agar tidak sedih lagi. Mungkin dengan jalan-jalan Dara akan senang dan terhibur.
"Pergi ke taman bunga?" tanya Dara.
"Iya," jawab Emira.
"Aku mau," sahut Dara
"Oke, ayo berangkat!" ucap Emira.
Dara mengangguk.
Emira mendorong kursi roda yang dinaiki Dara. Mereka turun ke lantai dasar dengan naik lift di rumah itu. Ke luar rumah naik mobil pribadi milik Dara.
Emira menyetir sendiri mobil itu, sedangkan Dara duduk di sampingnya. Mobil melaju di jalan raya. Dara begitu senang menikmati pemandangan di luar. Selama ini dia selalu di dalam rumah. Ke luar rumah seperti ini jarang untuknya.
"Kau suka Dara?" tanya Emira.
"Aku suka," jawab Dara.
"Buka kacanya, kau bisa melihatnya lebih jelas dan menghirup udara kebebasan," ucap Emira.
Dara mengangguk. Menurunkan kaca mobil yang ada di sampingnya. Benar saja dia bisa melihat apapun dengan jelas, menghirup udara kebebasan.
"Bagaimana?" tanya Emira.
"Ini menyenangkan," jawab Dara.
"Kita akan sering jalan-jalan, jadi kau tak bosan di rumah," ucap Emira.
"Terimakasih Emira," ucap Dara.
Emira mengangguk.
Mobil itu berjalan melintasi jalan raya, Emira mengurangi kecepatan mobil itu. Dia berusaha mengerem mobilnya saat melewati jalan yang turun tapi remnya tak berfungsi, mobil tetap melaju cepat. Emira merasa rem mobil itu blong. Sekali lagi dia kembali memastikan, berusaha mengeremnya tapi tidak bisa, mobil itu terus melaju tak bisa dihentikan.
"Emira kenapa mobilnya?" tanya Dara.
"Remnya blong Dara," jawab Emira.
"Tapi tadi pagi baru saja diservis ke bengkel," sanggah Dara.
"Iya aku tahu, tapi sekarang kita harus mencari cara agar kita selamat," ujar Emira.
"Emira, gimana ini?" tanya Dara panik.
"Tenang Dara, aku sedang berpikir, kau tak perlu cemas. Kita akan ke luar dari mobil ini dengan selamat apapun caranya," sahut Emira. Dia yakin bisa ke luar dari mobil itu dengan selamat. Dalam hidupnya dia sudah menghadapi banyak bahaya, Emira yakin bisa menghadapi semua ini dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
momy ida
pasti ulahnya mak Lampir sama anaknya si ulet bulu🥴
2022-05-18
0
follow ig @liza2219md
pasti itu ulah nya ibu fany
2022-03-28
0
Fitri Sri Dewi
lanjut thor
2022-03-28
0