Masuk Rumah

Sore itu Emira memandikan Dara lalu membantu Dara mengenakan bajunya. Membantunya duduk kembali di kursi roda. Merapikan bajunya kembali. Emira tidak seperti madunya lebih tepatnya orang yang merawat Dara. Emira tak risi sama sekali mengurus apapun yang dibutuhkan Dara sampai urusan di toilet. Dia berusaha mengurus Dara dengan baik. Dengan ketulusan. Itu bisa dirasakan Dara, Emira begitu perhatian dan sayang padanya. Meskipun di mata Dara, Emira madunya.

Setelah selesai, Emira mengajaknya Dara makan dan minum obat. Dara begitu senang ditemani Emira,apalagi saat Alzam tidak ada di rumah.

"Emira, aku senang sekali kaulah yang jadi maduku," ujar Dara.

Emira hanya tersenyum. Sejujurnya dia tak enak hati. Harus membohongi Dara. Namun dia tak punya pilihan, Emira sudah sepakat menjalan misinya kali ini, jadi dia akan bertanggung jawab sampai misinya berakhir.

"Iya Dara, aku juga senang bisa bersamamu," sahut Emira.

"Bolehkah aku memelukmu?" tanya Dara.

"Iya, boleh," jawab Emira.

Dara memeluk Emira dengan erat, seolah dia memeluk sahabatnya sendiri. Emira sudah membawa kebahagian baru dihidupnya. Dia merasa memiliki sahabat dan saudara sekaligus. Tak hanya jadi teman ngobrol dan bercerita tapi Emira juga dengan sabar merawatnya.

"Mungkin rasanya seperti ini memiliki saudara sekaligus sahabat," ucap Dara.

"Iya, kau boleh menganggapku saudara ataupun sahabat," sahut Emira. Dia tahu Dara pasti sangat kesepian selama ini. Alzam mungkin lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Dara harus sendirian menikmati setiap kesepian dan rasa sakitnya.

Dara langsung menangis saat ingat dia sering kesepian dan sendirian.

"Dara kenapa kau malah menangis?" tanya Emira.

"Sekarang aku takkan kesepian lagi, ada kau dan anak-anak kelak di rumah ini," ujar Dara.

Emira terdiam. Terharu dengan ucapan Dara. Meskipun mentalnya baja, dia tetap seorang perempuan yang miliki perasaan yang mudah sensitif saat mendengar sesuatu yang mengusik hati sanubarinya.

"Sekarang kau takkan kesepian lagi Dara, ada aku di sini," ujar Dara.

"Emira berjanjilah padaku, jangan tinggalkan aku sebelum aku mati," ucap Dara.

"Iya, aku berjanji," sahut Emira. Matanya berkaca-kaca. Berusaha membendung kesedihannya. Dia tak boleh terlihat bersedih di depan Dara. Agar Dara tetap semangat dan ceria menjalani hidupnya.

Setelah mereka berpelukan, Emira membacakan novel kesukaan Dara sampai dia tertidur pulas. Kemudian menyelimuti Dara dan mencium keningnya. Ciuman kasih sayang seorang saudara dan sahabat.

"Dara walau kita bukan saudara tapi aku sayang padamu seperti saudaraku sendiri. Aku akan di sini menemanimu, aku yakin kau akan sembuh," ucap Emira. Dia ke luar dari kamar Dara menuju ke kamarnya. Mulai beristirahat di ranjangnya dan tidur.

Tengah malam Knife mulai beraksi dengan kedua rekannya. Dia melempaar gas tidur ke satpam di rumah besar Alzam. Kedua satpam itu langsung tertidur pulas. Knife dan dua rekannya masuk ke dalam rumah besar itu.

Di dalam kamar, Emira bermimpi buruk melihat Dara dicengkram oleh tiga harimau, Emira berusaha menolongnya tapi tak bisa sampai dia berteriak lalu terbangun dari tidurnya.

"Daraaa ....." Emira terduduk. Matanya melihat ke sekeliling. Dia masih berada di kamarnya. Nafasnya tersengal-sengal. Emira mengatur nafasnya sampai normal kembali.

"Ternyata itu hanya mimpi," ucap Emira. Dia mengusap mukanya.

"Kenapa perasaanku jadi tak enak, aku jadi khawatir pada Dara," ucap Emira. Entah kenapa perasaan Emira tidak enak. Ada kekhawatiran mendalam pada Dara. Dia merasa tak nyaman.

"Apa aku ke kamar Dara untuk memastikannya dulu ya?" batin Emira. Dia masih ragu untuk pergi ke luar dari kamarnya atau tidak. Karena mimpi buruk itu Emira jadi mengkhawatirkan keselamatan Dara. Emira takut terjadi sesuatu padanya.

Knife dan kedua pasukannya masuk ke rumah besar itu. Mereka melumpuhkan setiap orang yang ada di rumah itu dengan gas tidur. Termasuk tukang kebun dan Bibi Nur.

Knife melihat setiap ruangan yang ada di rumah besar itu. Mereka berada di ruangan yang berada diantai bawah, tepat di depan tangga.

"Bos Knife, wanita itu pasti di atas."

"Iya, kita akan ke atas untuk menghabisinya," sahut Knife.

"Baik Bos."

Proook ... proook ... proook ...

Suara tepuk tangan terdengar dari lantai atas.

"Siapa itu Bos? bukankah kita sudah melumpuhkan semua orang di rumah ini dengan gas tidur?"

"Kita lihat siapa dia," ucap Knife.

"Baik Bos."

Tak lama terdengar suara seorang dari lantai atas.

"Sepertinya ada tamu tak diundang datang ke rumah ini," ucap Emira.

Di bawah ketiga orang itu menatap ke atap.

"Sepertinya dia di atas Bos."

Knife mengangguk.

"Apa kalian sudah bersiap untuk kemari?" tanya Emira.

Anak buah Knife mulai membicarakan Emira pada Bosnya.

"Bos suara seorang wanita."

"Berarti mudah kita lumpuhkan Bos."

Knife hanya diam mengamati. Belum tahu orang yang sedang berbicara padanya. Tak lama Emira menampakkan dirinya di atas pembatas tralis yang ada di lantai atas.

"Oh ..., tiga tikus menyelinap ke rumah," ucap Emira dengan arogan di depan musuh.

Knife melihat Emira yang berada di pembatas tralis lantai atas.

"Kau sombong sekali untuk seorang wanita," sahut Knife.

"Aku harus sombong untuk penyelinap seperti kalian," ujar Emira. Menatap tiga lelaki di bawahnya. Dia tersenyum licik. Tak gentar melihat mereka bertiga.

Setelah bicara Emira langsung loncat dari lantai atas ke bawah. Dia menggunakan baju lengkap untuk bertempur, di paha kanan dan kirinya ada pistol. Baju itu sangat kuat bahkan tak bisa ditembus peluru atau benda tajam.

Bruuug ...

Suara kaki Emira menapak lantai bawah. Dia berdiri di depan ketiga lelaki itu. Menatap mereka yang sudah bersiap.

"Bos hebat sekali dia lompat dari lantai atas."

"Iya, dia pasti bukan orang biasa."

"Ayo kita habisi dia dulu!" titah Knife. Dia tidak akan tahu seberapa kekuatan Emira sebelum mencoba melawannya.

"Baik Bos."

Mereka berdua maju melawan Emira. Dengan sigap Emira mulai menyerang balik. Mereka baku hantam. Di ruangan dekat tangga itu mulai memanas, menjadi arena baku hantam tak terelakkan. Kedua anak buah Knife mulai memukulkan tangan mereka ke arah Emira tapi Emira menghindar dan melompat berbalik menendang mereka berdua.

Bruuug ...

Mereka berdua terjatuh di lantai. Kesakitan dengan punggungnya. Tenaga mereka juga sudah habis terkuras melawan Emira tadi. Untuk bangun saja sulit. Mereka tak mungkin melawan lagi.

"Aw ...," keluh keduanya.

"Hanya ini kemampuan kalian?" tanya Emira sambil tersenyum licik.

Melihat itu Knife mengeluarkan pistol dan menembakkan ke arah dada Emira.

Doooor ...

Terpopuler

Comments

Maya AL Fadl

Maya AL Fadl

😍

2022-04-20

0

Buna Seta

Buna Seta

Sampai disini dulu ya kak

2022-04-03

0

Melankolis

Melankolis

asik tambah seru

2022-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!