"Jangan, Dara pasti akan kecewa. Kondisi kesehatannya bisa menurun, dan aku tidak ingin semua itu terjadi," jawab Alzam.
"Apa kita akan terus membohongi Dara? terkadang aku merasa bersalah ketika dia menganggapku madunya," sahut Emira.
"Aku tidak ingin menduakan Dara. Tapi aku juga tidak ingin membohonginya," ujar Alzam.
"Alzam kau pintar dan baik, aku yakin kau juga akan menemukan jalan ke luarnya," ucap Emira
Huuuaah ...
Emira mulai menguap. Rasa ngantuk mulai memanggilnya.
"Katanya agen, jam segini sudah ngantuk," ledek Alzam.
"Hei, kau pikir aku robot, gak perlu tidur?" tanya Emira.
"Ya mungkin saja, kau itu datar, tak punya emosi seperti wanita pada umumnya," ujar Alzam.
"Kau bilang apa? Aku bisa mematahkan tulangmu Alzam, kau lupa semalam aku menang, heh!" ucap Emira kesal.
"Itu karena aku mengalah dengan cewek, masa iya aku menghajarmu," celetuk Alzam.
Emira menarik tangan Alzam. Membantingnya ke sofa yang ada di belakang mereka.
Bruuug ....
"Aw ..., untung kau bukan istriku, bisa babak belur aku tiap hari," keluh Alzam.
Emira tertawa puas. Senang melihat Alzam KO.
"Makanya jaga mulutmu di depan Agen Emira, agen level A, ingat itu!" ujar Emira.
"Siap Agen Emira," sahut Alzam.
"Aku tidur dulu Alzam, semangat!" ucap Emira.
"Terimakasih Emira, semangat!" sahut Alzam.
Emira kembali ke kamarnya. Tinggal Alzam yang masih ditemani sang malam. Matanya tak bisa diajak kompromi. Dia tetap terjaga hingga akhirnya Alzam bekerja di ruang kerjanya hingga pagi hari.
***
Pagi itu Ibu Yeni datang menghampiri Fanny yang bermalas-malasan di ranjangnya. Dia sibuk dengan handphone-nya. Melihat-lihat online shop langganannya. Membelanjakan uang tunjangan dari Alzam untuk Haidan. Hanya sepertiganya yang digunakan untuk kebutuhan Haidan. Selebihnya Fanny dan Ibu Yeni yang menikmati tunjangan itu.
"Fanny," sapa Ibu Yeni.
"Iya Bu, ada apa?" tanya Fanny.
"Kau sudah mengajak Alzam ke luar kota?" tanya Ibu Yeni.
"Belum, lagi pula mana mau Alzam Bu, chat-ku aja gak dibales," jawab Fanny.
Ibu Yeni membuang nafas gusarnya.
"Kau bilang saja Haidan minta jalan-jalan," usul Ibu Yeni.
Fanny terdiam memikirkan usul ibunya. Benar juga kata ibunya, Alzam selalu mau menurutinya kalau itu permintaan Haidan.
"Ibu pinter, oke, aku telpon Alzam," ucap Fanny.
"Cepetan, Alzam harus tak ada di rumah saat rencana itu dijalankan," ujar Ibu Yeni.
Fanny mengangguk. Dia menelpon Alzam. Beberapa menit menunggu, akhirnya diangkat juga.
"Hallo sayang," ucap Fanny.
"Mau apa kau Fanny?" tanya Alzam to the point. Dia hafal betul tabiat Fanny kalau ada maunya.
"Baru salam udah marah aja, akukan kangen," ucap Fanny.
"Kau butuh uang?" tanya Alzam. Dia malas berbasa-basi dengan Fanny yang selalu menggodanya.
"Bukan, kok sayang gitu sih," sahut Fanny.
"Katakan tujuanmu! Atau ku matikan," tegas Alzam.
"Haidan ingin jalan-jalan ke luar kota," rengek Fanny.
"Tinggal jalan-jalan, kenapa repot?" tanya Alzam.
"Haidan ingin bersamamu, bisa tidak besok kita pergi mengajak Haidan ke luar kota?" tanya Fanny.
"Maaf, aku sibuk, besok aku harus ke luar kota," jawab Alzam lalu menutup telponnya.
Fanny langsung kesal. Alzam menutup telponnya. Padahal dia masih ingin bicara dengan Alzam. Seolah Alzam sengaja menghindari komunikasi dengannya.
"Sekarang kau jual mahal terus Alzam, besok kau akan jadi milikku," celetuk Fanny.
Ibu Yeni bergegas mendekati Fanny. Dia ingin tahu hasil pembicaraan Fanny dengan Alzam.
"Gimana?" tanya Ibu Yeni.
"Gagal," jawab Fanny.
"Gimana kita jalankan rencana ini? Kalau Alzam di rumah," ujar Ibu Yeni.
"Besok Alzam ke luar kota," sahut Fanny.
"Bagus, saatnya rencana ini dijalankan," ucap Ibu Yeni senang. Sebentar lagi Dara akan mati. Tak ada lagi penghalang untuk Fanny jadi istri Alzam.
***
Pagi itu Alzam ke luar dari kamar Dara, dia menuju kamar Emira. Ada sesuatu yang ingin dibicarakannya pada sang agen rahasia. Alzam berdiri di depan pintu. Dia mengetuk pintu kamar itu.
Tok ... tok ... tok ...
Tapi Emira tidak juga menyahut, Alzam mencoba memegang gagang pintu kamar itu. Ternyata pintu kamarnya tidak terkunci. Alzam masuk ke kamar Emira. Tak disangka Emira baru ke luar dari toilet dengan rambut panjangnya yang basah terurai dan hanya memakai handuk kimono. Kulit putih bersihnya bersinar dan wajahnya yang cantik begitu mempesona. Emira biasa tampil tomboy hanya memakai kaos, celana sport dan topi. Itupun rambutnya diikat dimasukkan ke dalam topi. Tapi sekarang kecantikannya terpancar. Alzam sampai bengong melihat Emira yang begitu cantik. Dia seperti melihat Dara saat masih muda. Ketika dia masih sehat dan bugar.
"Hai Alzam, kenapa kau masuk kamarku tanpa izin," pekik Emira kesal. Melihat Alzam sudah berada di dalam kamarnya.
"Maaf, aku tak sengaja masuk ke kamarmu," sahut Alzam.
"Cepat ke luar! aku pakai baju dulu," bentak Emira.
"Oke," sahut Alzam.
Segera Alzam ke luar dari kamar Emira, dia menunggu Emira di luar kamarnya.
"Emira mirip Dara saat rambutnya terurai dan basah," batin Alzam. Dia teringat Dara. Kenangan itu masih segar diingatannya. Dia merindukan masa-masa itu. Di mana Alzam dan Dara merajut cinta.
"Bengong, mikiran yang jorok ya," sindir Emira yang berdiri di depan Alzam yang melamun.
"Astagfirullah," ucap Alzam terkejut melihat Emira pakai baju hitam semua dari atas sampai bawah dan mengenakan jas kain hitam panjang sampai ke lutut.
"Kenapa? Seperti melihat malaikat maut?" tanya Emira.
"Kau berpakaian seperti itu?" tanya Alzam.
"Memang kenapa? Kau ingin aku pakai bikini? Menggodamu yang kesepian?" tanya Emira.
Alzam tertawa. Geli mendengar Emira berkata bikini.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Emira.
"Gadis tomboy sepertimu pakai bikini? Gak cocok, kaku," ujar Alzam.
"Kau ingin ku banting? mumpung tenagaku masih full," ancam Emira.
Alzam menaikkan tangannya ke udara. Tanda menyerah. Dia sudah tau rasanya sakit saat dibanting sang agen rahasia itu.
"Penakut, baguslah! Kau memang harus takut padaku," ujar Emira.
Alzam menurunkan tangannya dirasa aman.
"Ada apa kau datang padaku?" tanya Emira.
"Aku mau pergi ke luar kota untuk urasan bisnis selama tiga hari, tolong jaga Dara sampai aku pulang," ucap Alzam.
"Oke," sahut Emira.
"Makasih Emira," ucap Alzam.
Emira mengangguk.
Alzam berjalan pergi meninggalkan Emira, dia menggunakan mobilnya ke luar dari rumah besar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
momy ida
sampai bab ini ceritanya menarik... 😍gw lanjut baca bab berikutnya thoor🤗
2022-05-18
0
Maya AL Fadl
😄
2022-04-20
0
Ipat Susilawati
keren crt ny AQ suka..lanjuuttt Thor..
2022-04-16
0