Alzam pulang dari perusahaannya menuju rumah Fanny. Dia tidak bisa menolak permintaan Fanny. Ada satu hal yang mengikat dirinya dengan Fanny. Meskipun dia harus melakukan hal yang tidak disukainya.
Sampai di depan rumah Fanny, Alzam turun dari mobilnya. Dia sudah disambut Fanny dengan senyuman menggoda. Alzam menghampiri Fanny dengan muka datarnya dan sikap dinginnya.
"Alzam akhirnya kamu datang,ndari tadi Haidan menunggumu," ucap Fanny. Dia hampir memeluk Alzam namun ditangkis tangannya.
"Fanny aku ke sini demi Haidan, jadi bersikaplah sewajarnya," ujar Alzam.
"Haidan itu anakku dan anakmu, tidak bisakah kita romantis dan serasi di depan anak kita?" tanya Fanny.
Alzam tak menggubris ucapan Fanny. Berjalan memasuki rumah sederhana milik Fanny. Rumah yang tidak terlalu besar. Terdiri dari tiga kamar, satu ruang tamu, satu ruang tengah, satu ruang makan yang menyatu dengan dapur dan dua toilet. Rumah itu pemberian Alzam untuk tempat tinggal Haidan Mahendra, anak Alzam dengan Fanny. Alzam terpaksa terikat dengan Fanny yang licik karena ada buah hati di antara mereka. Dulu Alzam dan Fanny berpacaran saat masih SMA, tapi saat Alzam kuliah di luar negeri mereka putus. Alzam mengenal Fanny jauh sebelum mengenal Dara. Saat Alzam menikahi Dara, Fanny hadir kembali membawa anak yang diakuinya sebagai anak Alzam. Dan Alzam sudah melakukan test DNA, Haidan memang putranya. Itulah sebabnya Alzam mau tidak mau menerima Haidan dan membiayai semua kebutuhan Fanny.
Di dalam rumah, Alzam menemani Haidan main game. Haidan sudah berusia 10 tahun. Dia berkaca mata, paling suka baca buku. Terbilang introvert dan cupu. Haidan tak bisa dekat dengan sembarang orang. Dia paling dekat dengan Alzam, bahkan dengan Fanny saja Haidan tidak begitu dekat.
Fanny menghampiri Alzam. Duduk di dekatnya.
"Duduklah di sana Fanny!" titah Alzam.
"Kenapa sih Mas, aku ingin menemani kalian main game," ucap Fanny.
"Bunda sebaiknya duduk di sana!" titah Haidan.
"Anak sialan, bukannya dukung emaknya, malah bikin kesel," batin Fanny.
Terpaksa Fanny duduk di sofa yang lain. Tadinya dia ingin bermesraan dengan Alzam.
"Mas Alzam, kita makan ya, pasti belum makankan?" tanya Fanny.
"Iya Ayah, kita makan, Haidan lapar," ujar Haidan.
Alzam terdiam sesaat. Tadinya dia malas harus makan bersama Fanny tapi Haidan membutuhkan quality time bersamanya.
"Oke, ayo!" sahut Alzam.
Haidan langsung bersorak riang. Dia menarik tangan Alzam masuk ke ruang makan. Mereka makan bertiga. Fanny begitu senang akhirnya Alzam mau mampir ke rumahnya. Makan bersama, setidaknya itu akan jadi langkah awal untuk mendapatkannya. Selain Haidan.
"Mas Alzam, besok kau ke sini lagi?" tanya Fanny.
Alzam terkejut Fanny bertanya seperti itu.
"Iya Ayah, kalau gak sibuk, Ayah main ke rumah lagi," tambah Haidan.
Sudah beberapa bulan Alzam jarang mampir karena Dara belum ada yang merawatnya.
"Insya Allah," sahut Alzam.
Fanny tersenyum. Terus memperhatikan wajah Alzam yang tampan. Dia merindukan saat-saat bersamanya dulu.
"Ayah, Bunda, Haidan ke kamar dulu, udah kenyang," ucap Haidan sambil memegang perutnya.
Alzam dan Fanny mengangguk.
Haidan pun berjalan meninggalkan ruang makan. Tinggal Alzam dan Fanny yang masih duduk di ruang makan. Fanny menatap Alzam yang sedang melanjutkan makannya.
"Kenapa kau melihatku terus?" tanya Alzam.
"Habis kamu ganteng," jawab Fanny.
Alzam hanya terdiam.
"Alzam ingat tidak? Dulu kita sering main ke padang ilalang bersama setelah pulang sekolah. Aku ingat kau membuatkanku mahkota dari bunga ilalang itu. Aku merasa jadi gadis yang paling bahagia saat itu," ucap Fanny.
"Lalu apa mau sekarang?" tanya Alzam.
"Aku ingin seperti dulu memilikimu seutuhnya, aku lelah seperti ini," jawab Fanny.
"Bukannya kita sudah sepakat, hubungan kita hanya sebatas orangtua untuk Haidan, tidak lebih dari itu," ujar Alzam.
"Alzam, aku ingin jadi istrimu, biar Haidan setiap hari bertemu denganmu," sahut Fanny.
"Fanny, ku tekankan!aku melakukan semua ini karena Haidan, jadi jangan melewati batasmu!" ucap Alzam.
"Baik," sahut Fanny menahan rasa kecewa di hatinya.
Setelah makan, Alzam pulang. Fanny kembali masuk ke kamarnya, dia duduk bersandar di headboard ranjang sambil memainkan handphone miliknya. Tiba-tiba ibunya masuk ke kamarnya. Ibu Fanny bernama Yeni Farida, dia seorang janda yang meninggalkan suaminya karena kemiskinan. Ibu Yeni mendekati putrinya itu dan mengajaknya bicara.
"Fanny, apa kau sudah bicara dengan Alzam?" tanya Ibu Yeni.
"Sudah Bu," jawab Fanny.
"Lalu gimana tanggapan Alzam?" tanya Ibu Yeni.
"Dia menolak keinginanku," jawab Fanny.
"Mau sampai kapan, kau hanya dianggap ibunya Haidan," ujar Ibu Yeni.
"Kau tahu sendiri Alzam seperti apa Bu," sanggah Fanny. Percuma bicara pada Alzam. Dia akan tetap menolak keinginan Fanny. Di hati Alzam hanya ada Dara.
"Jika kita tidak bisa menangkap ular dari kepalanya, maka tangkaplah ekornya," ucap Ibu Yeni.
"Maksudnya gimana Bu?" tanya Fanny.
"Singkirkan Dara selamanya, jika dia tidak ada Alzam akan jadi milikmu," jawab Ibu Yeni.
Fanny tersenyum. Dia sepertinya setuju dengan apa yang dikatakan ibunya. Dengan berencana untuk menyingkirkan Dara untuk selamanya, Alzam bisa bersamanya. Dia ingin Alzam menikahinya dan menjadikan dirinya ratu di rumah besar milik Alzam.
"Bagaimana caranya Bu?" tanya Fanny penasaran.
Dia ingin tahu rencana apa yang akan dilakukan ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
What kata nya Cinta mati ama Dara,Kenapa ada anaknya dgn perempuan lain,?Alasan di jebak kah? Kalo gitu kenapa g nikahin Fani aja,Udah ada anak juga kan? Pasti Fani wamita yg licik ya..
2025-02-04
0
Wulan Dary
rupanya ada si rubah,tk mau bekerja keras tp mau semua mewah.......
2022-06-18
0
Yanti Marlina
kak aku mampir nih
2022-03-27
0