Aku Tidak Bisa

Ibu Yeni janjian dengan seorang pembunuh bayaran dari Serigala Hitam di Hotel Rose Golden. Dia menunggu pembunuh bayaran itu di kamar hotel yang sudah dia booking. Dia duduk di sofa sambil memainkan handphonenya. Tak lama pembunuh bayaran dari Serigala Hitam datang menemuinya. Dia langsung duduk di depan ibu Yeni.

"Ibu Yeni mana orang yang akan saya bereskan?" Knife seorang pembunuh bayaran langsung to the point dengan pembicaraan mereka.

"Ini foto Dara, orang yang harus kau bereskan."

"Dia akan kubereskan secepatnya."

"Jangan meninggalkan jejak, aku tak mau di penjara untuk itu. Jadi berapapun yang harus ku bayar tidak masalah."

"Oke, aku akan mengabarimu setelah semuanya beres."

"Oke, ku harap secepatnya."

Knife si pembunuh bayaran itu meninggalkan kamar hotel itu. Ibu Yeni senang akhirnya dia akan menyingkirkan Dara untuk selamanya, agar Fanny menjadi istrinya Alzam satu-satunya.

Ibu Yeni kembali ke rumahnya, dia secepatnya masuk ke rumah dengan girang. Dia menuju kamar Fanny. Di dalam, Fanny sedang murung. Ibu Yeni mendekati Fanny dan duduk di sampingnya.

"Fanny ibu sudah menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Dara," ucap Ibu Yeni.

"Oya, aku senang mendengarnya Bu. Alzam harus jadi milikku," sahut Fanny.

"Iya dong, Alzam hanya boleh untukmu," jawab Ibu Yeni.

"Tapi Bu, bagaimana jika cara ini gagal?" tanya Fanny.

"Tenang, kita akan menggunakan cara B kalau cara A gagal. Tidak boleh ada satupun wanita yang mendekati Alzam selain kamu," sahut Ibu Yeni.

"Iya Bu," jawab Fanny.

***

Sepulang dari perusahaannya Alzam menuju ke Club Roxies, klub malam terbesar di kota itu. Alzam ingin bertemu dengan salah satu sahabat karibnya waktu sekolah dulu. Sahabatnya bernama Seon Nicolas. Dia teman Alzam dari SMA hingga kuliah di luar negeri. Aditya masuk ke private room di klub malam itu. Seon sedang duduk didekap kedua wanita di samping kanan kirinya. Saat Alzam masuk, Seon menyuruh kedua wanita itu pergi dulu.

"Alzam sudah lama kita tak bertemu. Apa kau mau minum bersamaku di sini?" tanya Seon.

"Aku kesini tidak untuk minum," jawab Alzam.

"Pasti kau mau curhat bukan?" ujar Seon.

Alzam tak menjawab. Hanya duduk dengan arogan di seberang tempat duduk Seon.

"Kau mau ditemani gadis-gadis muda?" tanya Seon.

"Tidak usah," jawab Alzam.

"Memangnya kau tak tergoda dengan gadis muda yang masih perawan. Mereka begitu hot ketika dimakan." Seon menggoda Alzam yang kesepian setiap malam tak pernah mendapatkan kehangatan ranjang.

"Aku tidak tertarik," jawab Alzam.

"Kau masih setia dengan Dara walaupun dia penyakitan," ujar Seon.

"Kau tak perlu meledekku, aku baik-baik saja. Justru aku kasihan padamu yang tidak memiliki istri," sanggah Alzam.

"Punya istri itu ribet, susah nyari sampingan," sahut Seon.

"Orang brengsek sepertimu memang tidak pantas dicintai," celetuk Alzam.

"Ha ... ha ... kau sangat tau diriku," sahut Seon.

Seon tahu Alzam sangat mengenalnya. Tak perlu ditutup-tutupi juga Alzam tahu kelakuan brengseknya.

"Lalu kau ingin cerita apa?" tanya Seon.

Alzam terdiam. Melihat itu Seon langsung mengerti pembicaraan seperti apa yang akan dibicarakan sahabatnya. Bergegas Seon menyuruh wanita-wanita yang mengapitnya ke luar.

"Dara memintaku menikah lagi," ujar Alzam.

"Bagus dong, kau takkan kedinginan lagi, ada istri baru yang menghangatkan," sahut Seon.

"Aku tidak bisa menikah lagi," sanggah Alzam.

Seon tertawa. Dia merasa temannya bodoh. Di dunia ini semua lelaki ingin memiliki istri lebih dari satu. Apalagi untuk seorang Milyarder seperti Alzam. Biasanya mereka memiliki wanita simpanan. Seribu satu yang setia pada satu wanita. Tapi berbeda dengan Alzam. Dia lelaki setia yang baik hati.

"Kalau gue jadi lo, tancap langsung bro. Gila aja ditawarin nikah lagi ditolak," sahut Seon.

"Aku tidak mau mengkhianati cintaku pada Dara," sanggah Alzam.

"Benar-benar lelaki yang langka. Salut gue sama lo," ujar Seon.

"Tapi Dara tetap memintaku untuk menikah lagi, aku terpaksa harus mengabulkan permintaannya," jawab Alzam.

"Intinya lo udah belah duren ma bini baru?" tanya Seon.

"Gak, aku menyewa agen rahasia bernama Emira Dilara untuk pura-pura menjadi istri keduaku," jawab Alzam.

"Ha ... ha ... benar-benar aneh. Bini udah ngerestuin nikah lagi, malah nolak dan bikin sandiwara yang nantinya akan menyulitkan dirimu sendiri," ujar Seon.

"Itu dia masalahnya, aku tidak bisa bersama Dara setiap malam, dia memintaku tidur bersama Emira," sahut Alzam.

"Terus lo tidur sama Emira?" tanya Seon.

"Gak lah, aku tidur di balkon kamar Emira," jawab Alzam.

"Bro-bro segitunya lo setia sama bini, kalau lo barang gue museumin deh, bener-bener seribu satu suami kaya lo," sahut Seon.

"Aku ingin Dara sembuh, kita bisa hidup bahagia lagi seperti dulu," ujar Alzam.

"Sabar ya bro, lagi diuji. Oya cantik gak tuh Emira?" tanya Seon penasaran.

"Cantik." Hanya satu kata cantik yang keluar dari mulut Alzam, itupun datar saat mengucapkannya.

"Menarik." Seon tersenyum saat mengetahui Emira cantik.

Alzam keluar dari private room. Semua mata tertuju padanya, wajah tampan rupawan tanpa cela berhasil mengusik mata yang butuh penyegaran. Tubuhnya yang atletis membuat siapa saja ingin bersandar padanya. Semua barang yang dikenakan baik dari atas sampai bawah branded. Tatapan mata yang dingin sedingin salju membuat kaum hawa meleleh tak mampu berkutik.

Mematung.

Itulah gambarannya saat Alzam melewati keramaian, suara riuh berdesis membicarakan pangeran tampan yang melewati mereka. Tapi mata si tampan tak sedikitpun melirik keindahan yang melambai padanya. Hati dan pikirannya sudah memiliki pemilik. Aroma harum yang tercium berasal dari parfum terbaik keluaran tahun ini membuat semua indera penciuman terarah padanya.

Alzam berjalan ke bar untuk memesan minuman untuknya. Saat sedang duduk, seorang gadis cantik menghampirinya, gadis dengan dress minim, full make up dan rambut pirang. Dia duduk disamping Alzam. Gadis itu sok akrab walaupun Alzam terus mengacuhkannya. Tak sengaja handphone milik Alzam yang tadi dipegangnya terjatuh ke lantai.

Pluuuk ...

Alzam turun dari kursi berjongkok di bawah mengambil handphone miliknya kemudian duduk kembali.

"Om ganteng, aku masih 17 tahun, masih segel loh."

Alzam hanya diam, tidak menggubris ucapan gadis muda di sampingnya.

"Gak pengen belah duren sama aku?"

Bruuug ...

Alzam memberi uang di atas meja bar untuk gadis muda itu.

"Ambil dan pergilah!" titah Alzam.

Gadis muda mengambil uang diatas meja. Dia langsung pergi tak menganggu Alzam lagi.

"Kenapa begitu murah dia menjual dirinya sendiri hanya demi uang." Alzam prihatin dengan para wanita yang dengan mudah menjual dirinya hanya demi uang, padahal masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukannya.

Alzam mengambil jus di atas meja bar lalu meminumnya. Baru beberapa menit meminum jus itu, dia merasa tak enak badan. Tubuhnya panas. Hasratnya membara. Pikirannya jadi kacau. Rasanya ingin segera pulang bercengkrama dengan Dara.

"Lebih baik aku pulang," ujar Alzam.

Alzam berjalan keluar dari klub. Di pintu ke luar gadis muda yang tadi meraih lengan Alzam.

"Om mau dibantu gak? dijamin ketagihan!"

"Lepas!" bentak Alzam. Dia berusaha melepas tangan gadis muda dari lengannya.

"Om hanya aku yang bisa membantumu."

Bruuug ...

Alzam mendorong gadis muda sampai terjatuh ke lantai. Dia berjalan meninggalkannya.

"Om ... Om ... " Gadis muda berteriak memanggil Alzam tapi Alzam tetap berjalan meninggalkannya.

Alzam menuju ke parkiran dengan susah payah. Tubuhnya memanas. Dia mulai tak tahan. Segera Alzam masuk ke dalam mobil dan menyuruh supirnya membawanya pulang.

Sampai di rumah, Alzam masuk ke kamarnya. Di dalam Dara sedang berbaring di ranjangnya. Alzam mendekati Dara yang berbaring dan memeluknya. Dia hendak melakukan hal romantis pada Dara tapi Dara langsung terbangun.

"Mas jangan, aku sakit, aku tak bisa melakukan ini." Dara berusaha menghentikan Alzam.

"Dara aku sudah tak tahan, tolong aku," ucap Alzam.

"Aku tidak bisa, aku sakit," sahut Dara.

"Sayang, aku sangat kesepian selama bertahun-tahun, aku rindu kehangatanmu seperti dulu." Alzam mulai bicara ngawur karena pengaruh obat mujarab yang mulai sulit ditahannya.

"Maafkan aku Mas hik ... hik ... , aku istri tak berguna hik ... hik ... " Dara terus menangis. Dia kasihan melihat suaminya menginginkannya tapi dia tak bisa melayaninya.

"Kenapa kau menangis? ayo layani aku seperti dulu." Alzam berusaha meraih baju Dara.

"Jangan Mas, bukan aku tak mau, tapi kondisiku yang tak memungkinkan hik ... hik ... " Dara berusaha melepas tangan Alzam dari bajunya.

"Aku hanya memandangimu seperti patung, tapi tak bisa menyentuhmu." Alzam semakin ngawur bicaranya. Pikiran dan tingkahnya jadi aneh. Alzam semakin menjadi-jadi. Dara sampai teriak minta tolong. Emira yang kamarnya bersebelahan dengan Dara, mendengar teriakkannya. Dia langsung bangun dan menuju kamar Dara.

Tok ... tok ... tok ...

"Dara ... Dara ... ada apa?" Emira di luar pintu kamar Dara berusaha memanggilnya.

"Emira tolong aku," teriak Dara.

Emira langsung masuk ke kamar Dara yang tidak terkunci. Dia melihat Alzam yang hendak melakukan hal romantis pada Dara.

"Emira tolong aku, aku tidak mungkin melakukan ini, aku sakit," keluh Dara. Air matanya menetes di pipinya. Dia menatap Emira di depan pintu.

Terpopuler

Comments

Maya AL Fadl

Maya AL Fadl

kasehan emira

2022-04-20

0

Maya AL Fadl

Maya AL Fadl

oh kasihan alm

2022-04-20

0

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

ada aja sih yg iseng pake kasih obat ke alzam

2022-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!