Alzam berbalik. Menatap Emira yang ada di depannya.
"Maaf Emira, Dara memintaku tidur bersamamu," ujar Alzam.
"Tidur bersamaku? Ini tidak ada dalam perjanjian kita, aku agen bukan wanita murahan Alzam," gumam Emira.
"Aku tahu, tadi aku tidur di tempat biasa, entah kenapa Dara menyusulku, dan mengantarku sampai ke sini, dia sampai menunggu di depan pintu agar aku tidur bersamamu," ujar Alzam.
"Dara ada di luar?" Emira terkejut. Dia tak menyangka Dara akan sampai segitunya. Ternyata sandiwara ini tidak bisa dianggap enteng.
"Iya," sahut Alzam.
Alzam mengeluarkan handphone-nya dari sakunya.
"Kau mau apa Alzam?" tanya Emira.
"Aku mau memastikan Dara sudah kembali ke kamarnya atau tidak," jawab Alzam.
Emira mengangguk.
Segera Alzam menyalakan handphone miliknya, menelpon Bibi Nur.
"Hallo Bibi Nur," ucap Alzam.
"Hallo Tuan," sahut Bibi Nur.
"Dara ada di mana sekarang?" tanya Alzam.
"Masih di depan pintu Nona Emira Tuan, ini saya sedang menemaninya," jawab Bibi Nur.
"Ya sudah, bujuk Dara untuk beristirahat di kamar nya," ujar Alzam.
"Baik Tuan," sahut Bibi Nur.
"Kabarin saya kalau Dara sudah tidur," ucap Alzam.
"Iya Tuan," sahut Bibi Nur.
Alzam menutup telponnya. Dia tak menyangka Dara akan berdiri di depan pintu kamar Emira.
"Bagaimana Alzam?" tanya Eliza.
"Dara masih ada di depan pintu," jawab Alzam.
Emira terdiam. Dia tak mungkin menyuruh Alzam ke luar. Dara pasti akan curiga. Mau tak mau Alzam harus tidur di kamar bersamanya.
"Emira apa aku boleh di sini sampai Dara tidur?" tanya Alzam.
Emira mengangguk.
"Aku akan tidur di balkon," ujar Alzam.
"Kau tidak akan kedinginan?" tanya Emira.
"Tidak apa-apa," jawab Alzam. Kemudian dia berjalan melewati Emira. Baru beberapa langkah Emira berbicara padanya.
"Alzam aku salut padamu," puji Emira.
"Makasih," sahut Alzam. Dia kembali berjalan menuju balkon kamar Emira. Alzam duduk di kursi besi di balkon.
Sementara itu Emira menggerai rambut panjangnya. Berbaring di ranjang. Dia mulai menutup matanya. Namun Emira tak bisa tidur juga. Dia bolak-balik. Masih belum bisa menutup matanya.
"Aduh mataku kenapa? Aku gak bisa tidur, apa karena ada Alzam?" ucap Emira.
"Main game dulu mungkin aku bisa mengantuk," gumam Emira. Dia beranjak dari ranjangnya. Menyalakan jam pintar miliknya yang bernama Clever. Jam serbaguna, Clever sangat canggih. Bukan sekedar jam, tapi media untuk komunikasi, tempat Emira bertanya dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang berhubungan dengan misinya. Termasuk sebagai temannya.
"Clever On," panggil Emira.
"Yes Clever On," sahut Clever.
"Aku ingin main game," ucap Emira.
"Oke game dimulai," sahut Clever.
Muncullah tempat 3D memenuhi ruangan kamar itu. Emira seperti berada di dunia game. Dia bersiap menghajar musuhnya.
"Berburu dimulai," ucap Emira. Dia mulai mencari musuh-musuhnya. Menghajar mereka satu persatu, bersembunyi dan menembak kemudian melawan kembali sampai semua musuh-musuhnya habis terkalahkan.
"Game Over."
"Yes, menang," sahut Emira. Keringatnya bercucuran. Dunia 3D itu menghilang. Kembali normal seperti sedia kala.
"Thanks you Clever," ucap Emira.
"You welcome," sahut Clever.
Emira mematikan kembali Clever. Kembali menjadi sebuah jam ditangannya.
"Gak berasa main game sampai dua jam," ujar Emira.
"Apa Alzam sudah tidur?" ucap Emira. Dia berjalan menuju balkon. Melihat Alzam berbaring di kursi tralis. Dia terlihat kedinginan. Angin malam itu begitu dingin menusuk tulang.
Emira masuk ke dalam. Mengambil selimut miliknya. Kembali ke balkon. Emira menyelimuti Alzam dengan selimut miliknya. Alzam yang sedang tertidur terkejut dan tak sengaja memegang tangan Emira. Mereka terkejut bersamaan saat kedua tangan mereka bersentuhan. Baik Emira dan Alzam menarik tangan mereka bersamaan.
"Maaf Alzam," ucap Emira.
Alzam langsung bangun dan duduk.
"Tidak apa-apa, aku juga minta maaf tak sengaja memegang tanganmu," sahut Alzam.
Emira mengangguk.
"Ini selimutmu?" tanya Alzam.
"Iya, tadi ku lihat kau kedinginan, aku berinisiatif mengambil selimutku untuk menyelimutimu," jawab Emira.
"Makasih Emira," ucap Alzam.
Emira mengangguk.
"Aku mau tidur, capek. Kalau kau masih kedinginan, tidurlah di sofa," ujar Emira.
"Iya, terimakasih," sahut Alzam.
Emira kembali ke dalam. Dia sudah sangat lelah habis bermain game. Membaringkan tubuhnya ke ranjang. Matanya mulai tertutup. Kini benar-benar tertidur pulas.
***
Seminggu sudah Emira bekerja di rumah Alzam. Emira begitu sabar mengurus Dara. Dia juga teliti dan selalu membuat Dara senang. Emira seperti sedang memiliki seorang kakak. Dia bahagia bersama Dara, bukan hanya berpura-pura jadi madunya tapi sebagai teman dan saudara untuk Dara. Dara juga nyaman berada di sisi Emira. Walaupun penampilannya tomboy tapi hatinya lembut dan penuh kasih sayang.
Pagi itu, Emira menghampiri Alzam yang duduk di ruang tamu. Dia duduk di sofa yang berada di seberang Alzam.
"Alzam, aku mau ke markas dulu hari ini, kemarin aku belum lapor dengan Bos dan belum bertemu dengan teman-temanku," ucap Emira.
"Iya, tapi jangan terlalu malam pulangnya, aku ada urusan bisnis di luar sore nanti," sahut Alzam.
"Oke," jawab Emira.
Setelah mendapat izin dari Alzam, Emira meninggalkan rumah besar itu, dia mengendarai mobil yang dipinjamnya dari Alzam untuk pergi ke Markas Besar Agen Rahasia (MBAR). Emira belum lapor langsung pada Bos dan bertemu dengan temannya, saat akan menjalankan misi walaupun secara sistem sudah ok, tapi dia ingin bertemu Bos dan teman-temannya. Setelah menjalankan misi terakhir, Emira belum sempat bertemu dengan mereka.
Emira mengendarai mobilnya ke daerah pantai Arapu. Lalu dia menunggu di tepi pantai untuk dijemput temannya dari markas. Markas besar itu berada di Pulau Bogania. Pulau yang jauh dari kepadatan penduduk. Sesuai SOP markas besar Emira tidak boleh naik angkutan publik untuk ke markasnya. Jadi dia menunggu temannya ditepi Pantai Arapu. Temannya datang dengan memakai kapal khusus milik markas besar. Segera Emira naik ke kapal itu.
Pulau Bogania hanya ditempati oleh Markas Besar Agen Rahasia. Pulau berukuran sedang itu lumayan luas. Markas besar itu sangat ketat penjagaannya. Saat masuk ke dalam markas berkali-kali pemeriksaan dan berlapis pagar. Ada dua pintu masuk ke dalam markas besar itu. Pintu pertama untuk pemeriksaaan tubuh, barang dan semua hal yang dibawa. Pintu masuk kedua untuk pencocokan tubuh pada mesin khusus. Jika bukan anggota markas besar itu tidak bisa masuk. Ada mesin khusus yang memeriksa seluruh anggota tubuh untuk mencocokkan bahwa dia memang anggota yang telah terdaftar di markas besar itu.
Setelah memasuki dua pintu masuk itu barulah masuk ke dalam Markas Besar Agen Rahasia. Di dalam markas itu seperti perkotaan pada umumnya. Ada apartemen, Mall, restoran, laboratorium, sekolah khusus agen rahasia, kantor pusat agen rahasia, pusat pelatihan agen rahasia dan lain-lainnya. Di sana Emira dulu direkrut dan bersekolah selama beberapa tahun. Setelah lulus ujian dia baru mulai mendapat misi. Misi sesuai levelnya, jika masih baru masuk level S. Emira mengawali karirnya sebagai agen rahasia dari level S. Misi pertamanya adalah menjaga anak kecil, anak seorang konglomerat yang terancam penculikan. Beberapa tahun kemudian akhirnya dia mencapai level A, level tertinggi sebagai agen rahasia. Misinya juga mulai berbahaya dan sulit.
Emira masuk ke kantor pusat agen rahasia, dia menuju ruangan Bos besar pemilik Markas Besar Agen Rahasia. Bosnya seorang laki-laki, dia bernama Luan Edward, dulunya seorang mantan tentara. Lalu dia berinisiatif mendirikan Markas Besar Agen Rahasia. Saat jadi tentara dia begitu menyukai sesuatu yang bersifat rahasia dan ingin memecahkannya. Karena itulah dia mendirikan markas itu. Dulu awalnya markas itu berada di tengah kota dan masih kecil. Dia juga bekerja sendiri awalnya. Setelah berkembang, dia merekrut orang dan lama-lama banyak karena semakin besar jangkauan misinya. Akhirnya Bos Luan mendirikan markas di sebuah pulau yang dulu ditemukannya saat dia masih bertugas jadi tentara.
Emira naik lift ke lantai 20, menuju ke ruangan Bos Luan, dia meletakkan tangannya pada sensor berbentuk kotak, setelah teridentifikasi dan oke, Emira bisa masuk ke dalam ruangan Bosnya. Dia berdiri di depan meja, melaporkan misi barunya.
"Bos," sapa Emira.
"Emira, bagaimana dengan misimu?" tanya Bos Luan.
"Tugasku kali ini berbeda, aku harus merawat seorang wanita yang menderita kanker rahim," jawab Emira.
"Tidak masalah, semakin banyak misi, semakin banyak ilmu yang akan kau dapatkan. Setiap misi apapun itu adalah tanggungjawab seorang agen rahasia," ujar Bos Luan.
Emira mengangguk. Dan mendengarkan ucapan Bosnya.
"Misi apapun akan membuatmu semakin pintar dan berpengalaman. Jangan pernah meninggalkan misi sebelum selesai dan kerjakan sesuai SOP," ucap Bos Luan.
"Baik Bos," ucap Emira.
Setelah bertemu Bos Luan, Emira menuju apartemen temannya. Teman Emira bernama Nike. Mereka sudah berteman sejak tinggal di markas.
Tidak hanya Nike, Emira juga tinggal di apartemen yang sama dengan temannya. Dia bahkan sudah lama tinggal di apartemen itu.
Emira memencet bel di pintu apartemen temannya. Tak lama pintu itu dibuka.
"Emira, ayo masuk," ucap Nike.
"Oke," sahut Emira. Dia masuk ke ruang tamu. Nike adalah teman dekat Emira dari masih bersekolah di markas. Mereka begitu akrab dan bersahabat selama bertahun-tahun.
Nike dan Emira duduk di ruang tamu sambil mengobrol.
"Semenjak misi terakhirmu, kau belum menemuiku," ucap Nike.
"Ya maaf, aku belum sempat. Aku malah mendapat misi lagi setelahnya," sahut Emira.
"Misi baru, misi seperti apa? pasti keren," ucap Nike. Dia tahu Emira selalu mendapatkan misi yang sulit dan menantang. Itu membuat Nike ingin tahu misi Emira kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Maya Ratnasari
you're welcome
2022-12-01
0
Maya Ratnasari
thank you
2022-12-01
0
RIRES
Wah markasnya canggih banget
2022-04-05
0