"Pura-pura menjadi istri kedua Presdir," ucap Emira.
"Apa?" Nike terkejut.
"Itu misiku sekarang Nike," ucap Emira.
"Gak salah kamu dapat misi seperti itu? kau itu agen rahasia, bukan cewek bayaran atau simpanan." Seolah Nike tidak percaya. Sahabatnya yang seorang agen level A mendapat misi yang aneh dan tidak penting.
"Tidak, aku serius." Wajah Emira menunjukkan keseriusannya saat berbicara. Dia tidak berbohong pada sahabatnya, semua yang dikatakannya benar adanya.
"Ha ... ha ... lucu loh. Baru denger agen rahasia jadi istri kedua," ujar Nike.
"Kau sudah puas tertawanya?" tanya Emira.
"Kok bisa kau mau menerima misi seperti itu?" tanya Nike.
"Aku ingin merawat istrinya," jawab Emira.
"Merawat istrinya? Memang istrinya kenapa?" Nike penasaran. Dia ingin tahu kenapa Emira ingin merawat istri seorang Presdir.
"Istrinya menderita kanker rahim stadium 3," jawab Emira dengan ekspresi datar.
"Kanker rahim stadium 3, mau mati dong?" ujar Nike. Dia tahu penyakit kanker merupakan penyakit yang tak mudah diobati. Harapan hidup mereka sangat kecil apalagi sudah stadium 3.
"Iya, dia sudah tidak bisa beraktivitas seperti kita, setiap hari duduk di kursi roda, itu sebabnya dia ingin suaminya menikah lagi," terang Eliza.
"Pasti suaminya tak ingin mengkhianati pernikahan mereka, iyakan?" tanya Nike menebak.
Emira mengangguk. Tebakan Nike benar. Alzam memang tidak ingin mengkhianati pernikahannya dengan Dara. Dia begitu mencintai istrinya.
"Kau tahu sendiri, dulu saat ibuku sakit aku tak sempat menemaninya. Bahkan sampai ibuku meninggal aku tak sempat bertemu untuk yang terakhir kalinya. Aku merasa ini sebagai penebusan atas kesalahanku," ujar Emira.
"Aku turut berduka atas meninggalnya ibumu. Tapi Emira apa tidak ada wanita lain? masa agen rahasia jadi istri kedua?" tanya Nike. Sangat lucu seorang agen rahasia harus berpura-pura jadi istri kedua. Sudah seperti seorang artis yang berakting dalam sebuah film.
"Dia tidak ingin menyakiti istrinya, dia merasa aku bisa profesional. Jadi tidak akan ada konflik ke depannya," jawab Emira.
"Orangnya ganteng gak?" tanya Nike penasaran. Dia ingin tahu seperti apa suami Dara.
"Ganteng sih, orangnya juga baik," jawab Emira jujur. Namun dari kata-katanya datar. Tak ada ketertarikan sama sekali.
"Hati-hati nanti kau jatuh cinta!" sindir Nike sambil tersenyum menggoda Emira.
"Tidak akan pernah, kau tahu itukan?" jawab Emira.
"Kau masih belum bisa melupakan Leonard ya?" tanya Nike. Wanita berambut pendek dengan warna merah itu tahu betul seperti apa hubungan Emira dengan Leonard.
"Iya, gara-gara aku dia meninggal," jawab Emira terlihat murung.
Leonard adalah kekasih Emira, mereka cukup lama bersama. Leonard juga seorang agen rahasia seperti Emira. Dulu mereka sering mendapat misi bersama, tapi pada misi pertama saat Emira naik ke level A, Emira melakukan kesalahan hingga Leonard mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Emira. Sejak saat itu Emira jadi dingin dan tertutup. Dia tak pernah lagi mau dekat dengan laki-laki. Dia juga hanya bicara seperlunya, jika berbicara dengan laki-laki. Sebisa mungkin dia menjauhi interaksinya dengan laki-laki jika tak perlu.
"Semua itu takdir Emira," sanggah Nike.
"Tapi gara-gara aku tidak mengikuti SOP, Leonard jadi celaka," sahut Emira.
"Leonard melakukan semua itu karena dia sangat mencintaimu," ungkap Nike.
"Iya, sampai sekarang aku tidak bisa memaafkan diriku karena semua itu. Apalagi orangtuanya yang begitu marah padaku karena anaknya meninggal," terang Emira.
"Wajar, mereka mungkin sedih kehilangan anaknya.Yang perlu kamu tahu, Leonard ingin kamu hidup untuknya dan bahagialah," ujar Nike.
Emira hanya mengangguk. Dia masih merasa bersalah atas kematian kekasihnya. Susah untuknya bisa seperti dulu lagi.
"Lalu gimana dengan ayah dan adikmu?" tanya Nike.
"Mereka belum bisa memaafkanku, aku sudah berusaha datang ke rumahku berkali-kali tapi belum ada hasilnya," jawab Emira.
"Perlu waktu untuk bisa memaafkan sebuah kesalahan, yang penting kau tetap berusaha Emira," ucap Nike.
"Kau benar Nike," sahut Emira.
Setelah mengobrol dengan sahabatnya Nike, dia memutuskan kembali ke rumah besar Alzam.
Emira sudah janji pada Alzam untuk tidak pulang larut malam. Bagi seorang agen rahasia janji itu pantang untuk diingkari.
Sampai di rumah besar itu, Emira langsung ke kamar Dara. Dia melihat Dara sedang melukis. Emira mendekati Dara, berdiri di sampingnya. Melihat lukisan indah di depan matanya.
"Bagus sekali lukisanmu Dara," puji Emira.
"Benarkah? aku baru belajar melukis, Alzam yang membelikanku alat lukis, katanya biar aku gak jenuh," sahut Dara.
"Dara apa kau mencintai Alzam?" tanya Emira. Dia ingin tahu seberapa cintanya Dara pada Alzam.
"Iya, aku sangat mencintai Alzam," jawab Dara.
Emira bisa melihat apa yang dikatakan Dara itu berasal dari hati yang terdalam. Karena rasa cintanya dia sampai merelakan suaminya menikah kembali. Dara tak ingin suaminya tersiksa secara batin karena kekurangannya yang tidak bisa memenuhi kebutuhan batin Alzam.
"Emira kelak kau juga akan mencintai Alzam sepertiku," ucap Dara.
"Tidak Dara, aku dan Alzam hanya berpura-pura, hubungan kami hanya sebuah status palsu, lagi pula hatiku sudah lama membeku, cintaku sudah mati bersama seseorang yang telah pergi," batin Emira.
"Iya," jawab Emira singkat.
"Kemarilah!" pinta Dara agar Emira mendekat.
"Untuk apa?" tanya Emira.
"Kemarilah dulu," pinta Dara.
Emira mengangguk. Lalu mendekat. Dia berdiri tepat di dekat Dara. Tiba-tiba Dara mengelus perut Emira.
"Semoga ada anak Mas Alzam di rahimmu," ucap Dara.
Deg
Jantung Emira berdebar kencang. Sebuah harapan yang tak mungkin dikabulkan Emira. Pernikahan ini palsu di mata Emira. Tak mungkin dia mengandung anak Alzam.
"Nanti malam biar Mas Alzam tidur lagi di kamarmu, biar di sini cepat ada bayi lucu. Rumah ini takkan sepi lagi," ujar Dara.
Mata Emira berkaca-kaca. Selama ini dia sangat kuat dan tangguh di medan apapun. Tapi di depan Dara dia hanya wanita lemah yang tak berdaya.
Emira langsung melepas tangan Dara. Dia berjalan ke dalam toilet di kamar Dara. Emira mengunci pintu toilet itu. Dia berdiri di depan kaca memandang wajahnya. Air mata yang pantang ke luar dari matanya, menetes tak mampu dibendung olehnya.
"Bagaimana ini? Aku sedang bermain dengan api? Misi ini bukan misi biasa, kenapa aku tak berdaya?" keluh Emira.
"Huh ... huh ... huh ...." Emira mengatur nafasnya.
Mencuci mukanya dengan air yang mengalir. Kemudian ke luar dari toilet. Dia tersenyum menghampiri Dara kembali.
"Maaf Dara tadi aku kebelet pipis," ucap Emira terpaksa berbohong.
Dara mengangguk dan tersenyum.
Mereka berdua kembali mengobrol. Emira dengan sabar menemani Dara berbicara. Dia tahu selama ini Dara tak mempunyai seorang teman untuk bicara dengannya.
"Emira di mana kau bertemu dengan Alzam?" tanya Dara.
Emira menelan ludahnya. Apa yang harus dia katakan pada Dara?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
follow ig @liza2219md
lanjut
2022-03-25
0
NandhiniAnak Babeh
lagi
lagi
lagi
.up nya lagi dong Thor 🤗
2022-03-24
0
faridah ida
kalo sy jadi Emira juga bingung ini mau jawab apa ...🤦
2022-03-24
0