I Love My Brutal Husband
...SELAMAT MEMBACA...
Rumah besar dengan ukiran di setiap sudut terlihat memanjakan mata. Dia merentangkan tangannya, merasakan ototnya yang lentur. Gadis berambut panjang itu bersandar di tiang, tepatnya ia berada di lantai dua.
Aku, Chalodra Agatha, putri kedua dari keluarga tanpa Ayah. Ibuku setiap hari mendapatkan banyak orderan. Setiap jam orang yang mendatanginya selalu berganti. Aku tidak suka dengan tampang mereka yang menjijikkan, apalagi yang sudah membungkuk.
Pelanggan setia Ibuku datang. Aku paling tidak suka dengannya. Tatapannya padaku seperti pemburu yang mendapatkan mangsanya. Dia tampan, tetapi pelanggan Ibuku. Aku langsung masuk ke dalam kamar saat itu juga.
Pria berusia 30 tahun yang kerap aku panggil Om Hendery. Satu hari, dia bisa datang lima kali. Tentunya, mereka masuk ke dalam kamar.
...
Setiap hari, aku menghabiskan waktu di kamar. Punya kakak perempuan tapi tidak bisa diajak berbicara. Punya adik perempuan, juga tidak pernah ada di rumah. Punya pacar, tetapi aku selalu di larang untuk pergi ke luar rumah.
Inilah hidupku yang penuh dengan larangan yang gelap.
Aku merasakan berat dalam diriku. Aku memutuskan untuk ke luar kamar. Aku pergi ke dapur, kebetulan hari ini jadwal Ibuku libur.
Segelas air aku teguk, rasanya seperti sudah dehidrasi. Aku menghela napas berat.
Suara bel berbunyi membuatku kesal. Aku melangkah menyusuri ruangan. Di setiap langkah, aku berdoa semoga bukan pelanggan setia ibu.
Aku kembali menghela napas panjang saat tahu bahwa itu tentu pelanggan Ibuku. "Hari ini libur, kan?!" Kubuat nada bicaraku menjadi ketus.
Om Hendery itu seperti biasa, berpakaian rapi dengan setelan jas. Rahang kokohnya jangan dilewatkan. "Aku ke sini bukan untuk bertemu Ibumu," katanya dengan suara berat.
Alisku saling bertautan. Lalu, dia ke sini untuk apa? Untuk bertemu aku tidaklah mungkin. "Mau bertemu Silvia Antrani?" Kusebut saja nama kakakku. Aku selalu menatap matanya yang berwarna hitam lekat, aku sangat ingin menatapnya lebih dalam. Namun, aku tidak pernah kuat.
Dia membuang muka, lalu mendekatkan wajahnya membuat aku melangkah mundur. Jantungku berdebar untuk pertama kalinya pada Om Hendery.
"Aku ke sini untuk bertemu denganmu." Aku terperanjat kaget. Apa maksudnya ingin bertemu denganku?
Apa dia ingin melakukan hal itu juga padaku?! "Ma-Maaf, aku berbeda dengan Ibu." Aku akan menutup pintu, tetapi tanganku ditahan lebih dulu olehnya. Sentuhan kulit pertamaku dengan Om Hendery.
"Aku mau menjemputmu atas perintah Ibumu!" Ucapannya sedikit lembut meski penuh penekanan.
"Kemana?" tanyaku.
"Makan-makan di restoran." Napsu makan ku seketika bergejolak.
"Ayo." Dia menarik tanganku. Tangan kananku tertarik, dan tangan kiriku bergerak menutup pintu.
Dia membawaku ke dalam mobilnya. Setelah di dalam, dia memakai masker membuat pikiranku terlintas sebuah pertanyaan. "Kenapa pakai masker? Lagi flu?" tanyaku yang duduk di kursi belakang.
Dia tidak menjawab, dan menyalakan mesin mobilnya. Mobil hitam yang dikendarainya melaju cepat.
Aku duduk diam memperhatikan jalan depan. Kepulan asap putih memenuhi sekitarku membuat kepalaku pusing. Seperti ada gempa, mataku perlahan menutup, dan gelap.
. . .
Sudah disiapkan karangan bunga memenuhi ruangan luas itu. Beberapa orang berseragam berlalu lalang. Sepasang orang berbincang dengan asiknya, juga segelas minuman di tangannya.
Di sebuah ruangan yanga terdapat kasur king size. Gadis terbaring, matanya tertutup, wajahnya dipoles dengan make-up, juga gaun pengantin di tubuhnya.
Matanya terbuka perlahan. Diedarkan pandangannya. Tubuhnya terduduk spontan menyadari sesuatu. Matanya terbelalak kaget. "Aku diculik!" Suara kerasnya menggema.
Saat akan berdiri, dia merasakan tubuhnya sangat berat. Ia melihat gaun mewah berada di tubuhnya. Sebuah kaca memantulkan tubuhnya yang sudah mirip pengantin. "K-kok?"
Pintu di hadapannya terbuka. Dahinya berkerut. Langkahnya maju berusaha keluar dari ruangan tapi dihalangi oleh seorang pria. Pria itu kembali menutup pintunya.
Chalodra Agatha berdua di kamar bersama Hendery Charlon.
Hendery melangkah maju membuat Chalodra melangkah mundur. Keduanya saling melemparkan tatapan tajam. Tubuh Chalodra terpental ke kasur. Hendery membanting tubuhnya dia tas tubuh Chalodra.
Gadis itu meringis tidak suka. Chalodra memberontak dengan mendorong tubuh Hendery, tetapi tidak berpengaruh apapun pada pria gagah itu.
Tangan Chalodra ditahan oleh Hendery, ia membuat tangan Chalodra mengalungi lehernya. Chalodra tertegun hingga mematung.
Wajah tampan Hendery mendekat membuat Chalodra memalingkan wajahnya. Tangan kekarnya menahan dagu Chalodra agar menatapnya. Mata Chalodra terpejam.
Benda halus itu mendarat di bibir Chalodra membuat matanya terbelalak kaget. Dia melihat wajah Hendery yang sangat dekat dengannya tanpa jarak.
Hendery membuat Chalodra meremang, gejolak tubuhnya memanas. Hendery menyudahinya, ia berdiri seraya merapikan jasnya.
Chalodra masih mematung dengan mata yang melebar. Ciuman itu terasa bagi Chalodra.
"Aku akan menikahimu. Jadi, cepat rapikan dirimu! Tidak ada penolakan." Hendery melenggang pergi keluar kamar.
Tangan Chalodra bergerak ingin membuka pintu itu, tetapi ternyata dikunci. Ia menahan air matanya keluar. Langkah lemahnya berjalan menuju cermin.
"Aku menikah? Bukan dengan kekasihku? Aku harus apa? Menerima?"
"Om Hendery, kenapa dia? Apa Ibu yang menjualku padanya?"
Kepalanya menggeleng beberapa kali. Chalodra tidak kuat menahan air matanya. Pasti, air matanya jatuh. Dadanya terasa sesak.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Chalodra cepat menghapus air matanya. Pintu itu terbuka, tetapi itu bukan Hendery melainkan seorang wanita beruban.
Alis Chalodra saling bertaut. Ia mulai bertanya-tanya, apakah dia ibu Hendery.
Ibu itu menyapa Chalodra dengan senyuman yang tulus. "Ayo, Non!" ajaknya menuntun Chalodra.
Semua orang memandangi Chalodra yang menuruni tangga. Dia turun sendiri, ibu tadi hanya mengantarnya sampai tangga turun pertama. Chalodra menyimpulkan bahwa ibu itu hanyalah pembantu Hendery.
Hendery di bawah menatap Chalodra dengan tajam. Chalodra terpaksa harus mengukir senyum di bibirnya. Wajah ibunya ia dapatkan saat berada di tangga terakhir.
Chalodra berjalan seakan menemui Hendery, padahal ia berjalan dengan pakasaan. Mereka berdua berjalan dengan Chalodra menggandeng tangan Hendery untuk akad.
Sah, sudah resmi mereka berdua menjadi suami-istri. Chalodra sudah menjadi istri pelanggan ibunya. Banyak pertanyaan yang sudah Chalodra siapkan untuk ibunya setelah acara ini selesai.
Hendery selama acara berlangsung tidak membuka suara untuk Chalodra sama sekali. Chalodra hanya tersenyum ketika mendapat ucapan selamat dari para tamu.
Hingga acara itu selesai. Chalodra bergegas mencari ibunya. Namun, tidak kunjung melihat batang hidung sang ibu. Chalodra berdecak kesal.
Tubuhnya seperti melayang kala Hendery menggendongnya dari belakang. Dia membawa Chalodra ke kamar. Pikiran Chalodra mulai tidak bisa diatasi.
Hendery membanting Chalodra ke kasur. Dia melepaskan setelannya membuat Chalodra harus meneguk ludah.
Chalodra mulai merinding. Hendery telanjang dada. Ukiran sempurna yang ada di perutnya hampir membuat mata Chalodra lepas.
Hendery membaringkan tubuhnya di samping Chalodra. Chalodra panik, ia menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Apa yang sebenarnya terjadi?!" sentak Chalodra.
Hendery terlihat tidak menghiraukan ucapan Chalodra. Dia menutup mata.
"Om Hendery!"
"Jangan panggil Om! Panggil Mas! Mulai sekarang! Karena kamu sudah menjadi istri saya."
"Kenapa kamu menikahiku?" Suara Chalodra melirih. Seakan tidak percaya, bahwa dia menikah dengan pelanggan ibunya.
"Aku menyelamatkanmu." Pernyataan singkat Hendery membuat Chalodra diam seribu bahasa.
"Ada pelanggan Ratu yang ingin membeli kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments