Chalodra keluar dari kamar mandi, dia menyapu sisir yang ada di meja rias. Melihat pantulan Hendery dari kaca, Chalodra meneguk ludah.
Hendery menyodorkan sebuah kotak ponsel pada Chalodra. Sejenak gadis itu mematung tidak mengerti. "Buat ganti handphone kamu," ucap Hendery dengan nada dingin. Chalodra segera meraih benda itu.
"Handphone itu khusus untuk pribadi. Jangan main yang lain, selain komunikasi denganku," ujar Hendery yang masih berdiri di samping Chalodra. "Paham, Cha?" tanyanya karena tidak mendapatkan jawaban dari Chalodra.
"Iya," jawab Chalodra.
"Jangan lupa minum obatnya. Aku mau kembali ke kantor," ucap Hendery melenggang pergi dari Chalodra.
Chalodra memandangi kotak ponsel itu. "Mas Hendery kembali ke kantor? Artinya, dia CEO?" Chalodra mengembuskan napas berat. "Akhirnya aku tahu pekerjaannya."
Sambil berbinar, Chalodra kembali menyisir rambutnya. Tadi, dia merasakan kebahagiaan yang selama ini hilang. Diperhatikan oleh suaminya, Chalodra merasa sangat beruntung. Meskipun suaminya itu sering kasar.
Chalodra berusaha memainkan ponsel barunya. Ternyata, sudah ada nama kontak Hendery dengan nama Suami. Bukan hanya itu, Taka dan Tivani sebagai penghuni. Terlintas nama kekasihnya di benak Chalodra. "Dia apa kabar?" gumamnya.
"Sudah lama. Apa kamu lagi mencari aku? Apa kamu juga rindu? Atau ... kamu sudah menemukan pengganti?"
"Maaf, aku gak bisa menepati janjiku." Chalodra menunduk dalam. Pelupuk matanya sudah tidak bisa lebih lama menahan bulir air mata. Chalodra menangis sendu, sediri di dalam kamar.
Getaran ponsel di tangannya membuatnya mengangkat pandangan. Ada pesan masuk dari Hendery. Di sana tertulis.
Suami
[Sudah bisa mengoperasikan ponselnya?]
[Sudah makan?]
[Obatnya sudah?]
[Kalau belum, cepat minum!]
Chalodra pun membalas dengan seadanya.
[Sudah]
[Sudah]
[Sudah]
[Iya]
[Sudah biasa. Aku sudah hapal]
Chalodra mengerutkan dahinya kesal. Bibirnya mengerucut. Pagi, siang, sore, dan malam, hari-harinya hanya dihabiskan di dalam kamar. Mirip rapunzel yang dikurung. Berharap, akan ada pangeran yang membebaskannya.
Satu minggu berlalu, Hendery berdiri dengan tegas mengawasi para bawahannya yang sedang bekerja. Rahang kokoh Hendery terlihat kuat dilihat segi manapun. Seorang laki-laki datang menepuk pundaknya.
"Hanya kau. Di sudut kota, ada berlian. Tepat di samping kiri batu segitiga," ujarnya membuat Hendery tersenyum tipis. "Bagaimana kalau kita disko dulu?"
Hendery menatap laki-laki itu dengan tajam. "Tentu." Alisnya terangkat sebelah.
Rekannya yang satu itu memang sangat bisa diandalkan. Bisa dibilang, kepercayaan. Selalu memberi berita terbaru dan tidak pernah mau bersaing dalam hal apapun.
Meski Hendery sering pergi ke club malam, dia tidak pernah mau disentuh wanita yang ada di sana. Hendery hanya minum hingga mabuk, jika sudah merasa lemas, dia akan pulang.
Sama seperti sekarang. Tengah malam berada di bawah atap mengerikan. Hendery meminum sebotol alkohol. "Aku mau pulang," kata Hendery pada rekannya.
"Iya, sama Taka kan?" tanya rekan Hendery.
Hendery mengangguk, lalu berdiri dengan tubuhnya yang masih lunglai. "Selamat bersenang-senang, Hiro!" kata Hendery. Dia melenggang pergi meninggalkan Hiro yang memangku wanita sejatinya.
Laki-laki bernama Taka itu sudah siap di dalam mobil, yang berada di depan club. Hendery pun langsung masuk dengan sayup matanya. "Cepat pulang! Aku rindu Chalodra," celetuk Hendery.
"Laki-laki penuh gengsi," gumam Taka seraya menginjak gas mobil.
Chalodra terlelap dalam mimpinya sejak pukul 9 tadi. Dia ingin menunggu suaminya, tetapi rasa kantuk tidak mampu dikuasainya, hingga terjatuh di kasur.
Brak
Chalodra terperanjat, pintu kamar dibuka kasar. Dengan jelas, Chalodra melihat punggung Hendery yang membelakangi, dia sedang mengunci pintu.
Perlahan, Hendery berbalik menampakkan wajahnya yang sumringah. Rambutnya acak-acakan. Hendery berjalan mendekati Chalodra. "Cha," panggil Hendery pelan.
Hendery mendekat, dia memperkecil jarak diantaranya dengan Chalodra. Gadis itu ketakutan dan merangkak mundur. "Mas?" Hendery tersenyum miring. Dengan kasar, Hendery mencomot bibir mungil Chalodra. Bukan sekadar ciuman tapi sentuhan lidah.
Chalodra kehabisan napas, dia mendorong tubuh Hendery. Laki-laki itu menatap sinis Chalodra, lalu Hendery kembali melakukan hal yang sama. Hendery kasar, Chalodra kesakitan.
"Mas kasar, aku sakit," ucap Chalodra jujur.
Hendery mendorong Chalodra ke kasur, gadis itu berada di bawah tubuh besar Hendery. Napas Chalodra memburu, dia menahan air matanya agar tidak menetes. "Cha, aku dikasih per*ngs*ng," ujar Hendery dengan suara serak. "Rekan aku, dia penghianat."
"Mas, kamu gak bohong?" Hendery menggeleng cepat.
"Boleh?" Antara sadar dan tidak, Chalodra mengangguk membuat Hendery kembali beraksi.
Bukan hanya ciuman, tetapi tubuh keduanya akan terikat selamanya. Hendery tidak kuat menahan gejolak panas dalam dirinya, dia melakukannya bersama gadis yang akan menjadi wanita yang dicintainya.
Aktivitas yang sangat melelahkan, buaian cinta membuat hubungan akan semakin berwarna. Chalodra di dalam pelukan Hendery membuka mata perlahan. Dada bidang laki-laki itu sangat nyaman dijadikan bantal.
Hendery menggeliat, membuat Chalodra segera menutup mata kembali. Merasa Hendery sudah tidak bergerak, Chalodra mengintip dengan sebelah matanya.
"Cha?" panggil Hendery.
Chalodra gelagapan. "Apa?"
"Cepat mandi, kita pergi ke mall."
"Ke mall? Yang benar?!"
"Kenapa? Gak mau?"
"Mau!" Chalodra hendak bangun dari tidurnya, tetapi Hendery lebih dulu mencekal tangannya.
Perlahan, dengan lembut Hendery mencium bibir mungil Chalodra. "Bibir kamu manis, buat aku candu," kata Hendery. Detik itu juga, pipi Chalodra bersemu.
Bahagia, kebahagiaan yang menghilang selama ini, sekarang sudah datang. Penuh arti, dengan rasa yang dijalin. Chalodra berlari ke kamar mandi hanya dengan bra dan ****** *****. Hendery tertawa geli melihat Chalodra, mengingat matanya semalam melihat semuanya.
"Kamu sudah membuat aku jatuh cinta, Cha."
"Aku tidak akan melepaskan kamu, Chalodra Agatha." Senyum tulus yang jarang ditampakkan pria itu. Hendery berlari kecil menyusul Chalodra.
Seperti itu kehidupan keduanya berubah, hanya dengan satu malam yang berarti. Hari ini, Hendery raja gengsi mengakui, bahwa dirinya sudah mencintai Chalodra Agatha, perempuan yang dinikahinya secara paksa, hanya untuk menyelamatkan agar tidak dijual Ibunya ke laki-laki hidung belang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments