BAB 16. SWEET AFFAIR

"Kita sama-sama pernah gagal dengan pasangan Ren. Yakinkan dulu hati kamu sebelum memilihku nanti Ren. Aku ga mau gagal untuk yang kedua kali. Aku hanya orang biasa, aku ini janda. Memangnya keluarga kamu bisa menerimaku yang sudah tak punya siapa-siapa ini? Aku tak mau nantinya akan menjadi masalah. Pastikan dulu semuanya Ren." jawab Zalfa realistis.

Selama ini, Zalfa memang tidak pernah menduga bosnya ini akan memiliki perasaan padanya. Padahal sejak awal, Zalfa sendirilah yang berusaha memupus rasa kagum pada Rendra agar tak menjadi rasa cinta, karena takut akan berujung luka jika cintanya tak sampai. Namun kini Rendra malah seolah memberi harapan baru dengan pernyataan cintanya ini.

"Aku yakin tidak ada masalah dengan keluargaku, aku akan membawaku ke mereka kalau kamu tidak percaya." ucap Rendra yakin.

Sejenak mereka saling beratapan. Zalfa sepertinya tak akan bisa menolak pesona bosnya itu. "Aku tidak tahu harus jawab apa Ren. Apakah aku bisa minta waktu untuk memikirkan ini?" tanya Zalfa hati-hati.

"Seberapapun waktu yang kamu minta aku akan menunggumu Fa... Tapi tolong jawab pertanyaan aku dengan jujur. Apakah selama ini kamu tidak punya rasa sedikit pun sama aku?" tanya Rendra sambil terus menatap Zalfa.

Zalfa gelagapan dan salah tingkah. Dia memalingkan wajahnya. Dia tidak tahu apakah harus jujur kalau dia memang mengagumi pria di depannya ini atau tidak.

"A... Aku... Mana berani aku suka sama bos aku sendiri. Lagian aku sadar diri Ren... Aku ga akan pantas bersanding sama kamu. Bagaimanapun juga aku cukup sadar diri dari mana aku berasal dan juga status aku yang sudah pernah menikah. Semua orang pasti akan berpikir dua kali kan untuk mendekati seorang janda? " ucap Zalfa lirih.

"Enggak Fa, sejak awal aku tak peduli status kamu. Sejak awal aku sudah yakin dengan perasaanku ke kamu. Kasih aku kesempatan untuk membuktikan kalau kamulah satu-satunya wanita yang pantas untuk aku cintai dan pantas memilikiku." ucap Rendra meyakinkan Zalfa.

Zalfa malah terisak sambil menunduk. Sejujurnya dia masih bingung, takut salah mengambil langkah.

"Hei... Kenapa nangis?" Rendra menarik kursi plastik dan duduk di depan Zalfa. Posisisi mereka menjadi sama tinggi. "Sori, aku ga bermaksud nyakitin kamu. Sini lihat aku!" Rendra menangkup wajah Zalfa dan mengarahkan mukanya agar mengahadap pada Rendra.

"Aku malu, jelek banget kan kalau kayak gini?" sahut Zalfa sambil menepis tangan Rendra.

"Kamu selalu cantik di mata aku Fa. Coba kamu lihat aku. Aku hanya ingin memastikan kalau kamu sama sekali tidak ada rasa sama aku. Ayo, berani ga?" tantang Rendra sambil memegang dagu Zalfa.

Zalfa sendiri tampak salah tingkah. Ya, Zalfa memang tak pandai berbohong. Rendra tersenyum puas saat Zalfa menepis lagi tangannya dan membuang pandangannya ke arah lain. Terlihat jelas wajahnya memerah karena malu.

"Cie... Kok malu sih, tinggal ngaku aja apa susahnya sih, heemmm?" Rendra mencubit ujung hidung Zalfa karna gemas dengan tingkahnya.

"Iiihhh... Tau ah. Udah jangan dibahas lagi. Zalfa malu." elak Zalfa sambil memukuli dada Rendra dengan pelan.

Rendra semakin terkekeh, dia semakin gemas dengan gadis ini. Dengan cepat Rendra menangkap tangan Zalfa lalu mengecupnya.

"Jadi, udah boleh panggil sayang belum nih?" tanya Rendra menggoda Zalfa sambil menghapus sisa air mata Zalfa dengan ibu jarinya.

"Mana bisa begitu, kan kita ga ada hubungan apa-apa?"

"Kan kamu calon istri aku sayang."

Blush... Wajah Zalfa kembali tersipu mendengar panggilan sayang dari Rendra.

"Apaan sih... Kan aku belum jawab." elak Zalfa.

"Ga usah dijawab, aku sudah tahu. Kalau pun kamu menolak, aku akan memaksamu." ucap Rendra sambil tersenyum.

Sesaat suasana hening, Rendra memajukan kepalanya. Matanya tertuju pada bibir Zalfa yang dari tadi menggodanya. Namun dengan cepat Zalfa mencegah dengan jari telunjuknya yang ditempelkan pada bibir Rendra. Dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Ga ada cium-ciuman!" ucap Zalfa tegas.

"Yah, padahal kemarin cuman kecup dikit, eh sekarang malah ga boleh." sahut Rendra pura-pura lemas.

Zalfa tersenyum melihat pria di hadapannya cemberut. Dia memberanikan diri mencubit pipi Rendra karena gemas.

Seperti inikah jatuh cinta. Apakah aku salah jika ingin bahagia? Sungguh, aku sama sekali tidak beniat menjadi orang ketiga. Tapi bolehkan aku egois, aku tak bisa membohongi perasaanku. Aku juga mencintainya. Tapi apakah dia serius, bagaimana kalau dia cuma bercanda saja. Ucap Zalfa dalam hati.

"Ren... Kamu beneran serius cinta sama aku? Ini bukan prank kan? Kamu ga sengaja ngerjain aku kan?" tanya Zalfa pelan.

"Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu percaya?" tanya Rendra kemudian.

"Bukan begitu, aku hanya takut kamu hanya mengerjai aku saja. Dan... Sebelum kamu menyelesaikan urusan kamu. Maaf, aku anggap kita tidak sedang menjalani komitmen apa-apa, sebelum urusan kamu dengan istri kamu selesai. Jika karena suatu hal kamu berubah pikiran dan memutuskan untuk tetap bersama istri kamu. Maka katakanlah, itu hak kamu dan aku akan menerimanya. Tolong, jangan ada siapa pun yang tahu."

"Apakah ini artinya, kamu sedang memberiku kesempatan? Kamu mau menungguku sayang?"

Zalfa hanya mengangguk lalu menunduk. Rendra tersenyum lebar.

"Tidak apa-apa. Kita akan mulai dari saling mengenal pribadi kita masing-masing. Tidak usah terburu-buru. Aahhh... Aku benar-benar bahagia sayang, makasih." ucap Rendra sambil mengepalkan tangannya ke udara.

"Apa sih Ren... Kamu tuh kayak bukan Rendra yang aku kenal deh. Rendra yang tegas, suka galak sama karyawannya." ucap Laras sambil mengusap rambut Rendra.

Mendapat perlakuan seperti itu saja rasanya Rendra sangat bahagia. "Emang aku pernah galak ya sama kamu yang, hmmm? Sejak dulu kan kamu memang pengecualian."

Astaga, manis banget sih Ren. Mengapa rasanya seneng banget sih dipanggil sayang. Ucap Zalfa dalam hati. Dia selalu saja blushing saat Rendra memanggilnya sayang. Rendra yang menyadari itu pun tersenyum bahagia.

Zalfa mulai mengingat-ingat. Ya, Rendra selama ini memang selalu baik dan lembut padanya. Ah, mengapa Zalfa baru menyadari ini.

"Iya ya, kok aku baru sadar sih. Bahkan saat aku salah pun kamu ga marah. Kenapa? Tahu ga, temen-temen aku banyak yang iri lho. Mereka pengen juga ngerasain jadi aku yang bisa dekat sama kamu." ucap Zalfa mulai berani mengadu.

"Memang kamu juga senang, bisa deket sama aku setiap hari?" Rendra mulai menggoda Zalfa. Tangannya bergantian mengusap kepala zalfa yang berbalut kerudung

Zalfa nampak salah tingkah saat menyadari ucapannya.

"Eh, ga gitu maksudnya. Maksud aku... Itu... Anu..." ucap Zalfa tergagap.

"Ssstttt... Kamu ga pandai berbohong sayang. Aku aja seneng kok bisa deket terus sama kamu. Aku memang sengaja mengatur agar kamu kerja di ruangan aku aja, biar kamu ga lepas dari pandangan aku." sahut Rendra memotong ucapan Zalfa. Seketika mereka saling melempar senyum.

Tanpa aba-aba, Zalfa yang sudah terlanjur malu malah mengahambur ke pelukan Rendra. Akhirnya perasaan yang disimpannya rapat-rapat harus diketahui juga. Rendra tak menyia-nyiakan kesempatan dengan membalas pelukan Zalfa tak kalah erat.

"Ren..."

"Heemmm?"

"Aku jadi ngrasa kayak godain suami orang."

"Aku tak peduli jika dianggap suami brengsek yang tergoda janda muda."

"Kita lagi selingkuh ga sih?"

"Whatever, aku tak akan pernah nglepasin kamu. Jika ini adalah sebuah perselingkuhan, maka ini adalah selingkuh yang termanis."

"Sweet Affair maksudnya? Enggak ah, aku ga mau lagi terlalu deket sama kamu. Takut ada yang nglabrak, hehehe." kelakar Zalfa sambil melepaskan pelukannya. Dia berdiri den keluar dari ruangan itu.

Rendra panik, tidak mengerti dengan ucapan gadisnya itu. "Yang, mau kemana? Kamu ga akan tinggalin aku kan?"

"Mau jadi packing ga? Keburu malam. Besok ke Bandung berangkat sama siapa?" jawab Rendra. Zalfa hanya takut jika berlama-lama berdua di ruangan itu mereka akan semakin melakukan banyak kekhilafan.

"Aku pikir beneran mau pergi sayang, kamu udah bikin jantungku kayak mau lepas." ucap Rendra yang menyusul langkah Zalfa sambil terus mengusap dadanya lega.

Zalfa tak menjawab, dia hanya tersenyum. Rendra menarik tangan Zalfa ke kamarnya. Inilah pertama kalinya Zalfa memasuki kamar Rendra. Tak dipungkiri, apartemen Rendra memang terbilang sangat luas dibanding ukuran apartemen-apartemen pada umumnya. Kamarnya pun ternyata cukup luas bahkan bisa dibilang luasnya setengah dari ukuran rumah Zalfa.

Zalfa mencoba untuk tidak memunjukkan bahwa dia kagum. Meski dia sudah beberapa kali ke sini, namun dia hanya berada di ruang tamu dan dapur saja. Terlalu lama bersama direkturnya itu tentu tidak akan baik untuk kesehatan jantungnya. Meski Zalfa selalu berusaha untuk bersikap biasa saja namun tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam hatinya dia tak dapat menolak pesona bos Rendra.

"Apa saja yang dibawa?" tanya Zalfa saat membuka lemari pakaian Rendra. "Udah kayak asisten beneran ya aku?"

Bukannya menjawab, Rendra malah merebahkan dirinya di ranjang dengan posisi telentang namun tetap membiarkan kakinya menggantung.

"Aku pasti bakalan kangen sayang. Kamu ikut ya?" ucap Rendra.

Zalfa memasukkan beberapa stelan jas lengkap beserta baju dan dasi ke dalam koper. Sebelum melanjutkan packingnya, Zalfa berbalik mendekati Rendra. Dia melepas sepatu Rendra yang ternyata belum dilepas sejak datang tadi.

"Ga usah aneh-aneh deh. Ingat, kita ini bukan apa-apa. Apa nanti yang akan orang pikirkan? Bukan cuma kamu, tapi keluarga kamu juga pasti dibawa-bawa. Jangan mengecewakan mereka." ucap Zalfa lembut. Bukan menasehati, hanya sekedar mengingatkan.

Rendra menegakkan tubuhnya, lalu menarik Zalfa agar duduk di sampingnya.

"Kamu pulang ke sini saja ya. Kan sama saja, di rumah juga sendiri kan?"

"Kok makin ga jelas sih. Sejak kapan Rendra jadi manja gini, hmm? Udah ah, kerja yang bener. Biar cepet selesai terus cepet ketemu lagi."

"Kalo gitu malam ini tidur sini aja, ya?" Rendra masih merengek seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggalkan ibunya.

"Ren..." sahut Zalfa memperingati.

"Iya iya... Kalau gitu nanti aku yang akan nginep." balas Rendra lalu dia melangkah ke kamar mandi.

"Eh, ini gimana? Astaga..."

"Aku mandi dulu sayang... Nanti aja lanjutin." jawab Rendra lalu menutup pintu kamar mandi lalu tertawa puas karna sudah berhasil menahan Zalfa agar lebih lama bersamanya.

Zalfa hanya mengerucutkan bibirnya karna baru sadar sudah dikerjai oleh Rendra. Namun tak lama senyumnya mengembang, mengingat kembali setiap perlakuan Rendra yang manis.

Pernah beberapa hari yang lalu dia tidak sengaja menumpahkan jus dan mengenai baju tamu wanita Rendra. Dia memarahi Zalfa habis-habisan tapi saat Rendra mendengar gadisnya diperlakukan seperti itu, dia tidak terima, yang ada wanita itu malah balas dimaki-maki oleh Rendra.

TBC...

Terpopuler

Comments

Alya Yuni

Alya Yuni

Hhhhhh Rendra

2022-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!