Seringnya bertemu dan berinteraksi dalam sebulan ini membuat Rendra semakin mengagumi sosok Zalfa. Meski masih muda tapi pemikirannya sudah dewasa, bisa bertanggung jawab atas kehidupannya, pekerjaannya dan juga sosok yang mandiri. Logikanya semakin kacau, keinginan untuk bersama zalfa semakin kuat, dia bahkan sudah tidak peduli lagi bahwa Zalfa sufah bersuami.
Berbagai alasan sering dia buat agar lebih lama bisa bersama wanita itu. Dia bahkan sering meminta Zalfa untuk membantu membawakan ini itu ke apartemennya. Tak jarang dia juga meminta wanita itu untuk membuatkan makanan di apartemennya. Meski Rendra tahu Zalfa sudah menikah, namun dia tak pernah membahas atau menanyakan tentang suami zalfa. Beberapa kali Rendra memaksa untuk mengantar Zalfa pulang, namun di sana tak ada siapa - siapa di dalam rumahnya.
Seperti malam ini, Rendra yang tadi meminta Zalfa menemaninya lembur dan sekarang dia juga bersikeras mengantarkan pulang.
"Tapi Pak, Zalfa udah banyak ngrepotin Pak Rendra. Ga enak kalau ada yang lihat. Dikiranya saya godain Bapak." ucap Zalfa jujur. Bukan hanya kalangan OB/OG saja yang sudah ngomongin Zalfa karna dekat dengan Rendra, namun juga staf dan para petinggi, terutama mereka yang masih single yang sedang mencari perhatian salah satu orang berpangaruh di perusahaan itu.
"Ini udah lewat jam kerja Zalfa... Sekali lagi kamu panggil Pak, saya cium beneran lho. Saya masih muda, kalau kamu lupa. Coba sekali lagi kalau berani!" ucap Rendra.
"Ck... Saya harus panggil apa? Abang? Mas? Aa'? Kalau cuma nama kan ga sopan Pak... Eh!" ucap Zalfa yang langsung buru-buru membekap mulutnya karna memanggil Rendra Pak.
Rendra tersenyum menyeringai lalu mendekati Zalfa, dimana dia sedang duduk di sofa ruangannya. Tangannya diletakkan di sisi kanan dan kiri kepala zalfa, menumpu pada sofa.
Zalfa merasakan jantungnya terpompa semakin, dadanya berdebar-debar seperti orang jatuh cinta. Eh, jangan-jangan dia sedang jatuh cinta? Tidak, itu tidak boleh terjadi. Itulah yang selalu Zalfa rapalkan dalam hati. Meski kadang kebaikan bosnya itu membuat dia baper, namun dia tak ingin besar kepala. Bisa saja bosnya ini sudah punya kekasih atau malah sudah punya istri. Meski sejauh ini, Zalfa tidak pernah mendengar rumor itu, tapi bisa saja kan?
"Pak Ren mau apa? Jangan deket, Zalfa bau belum mandi." ucap Zalfa mengalihkan kegugupannya.
"Jadi beneran, kamu pengen dicium?" ucap Rendra setengah berbisik menahan gejolak dalam dadanya yang semakin bergemuruh. Wajahnya semakin mendekati Zalfa yang dari tadi sudah tegang. Tangan kanan Rendra turun mengusap wajah zalfa. Fokusnya sejak tadi pada bibir Zalfa. Meski tadi dia berniat menggodanya saja. Namun sepertinya, bibir itu benar-benar sudah menggodanya.
Cup..
Wajah Zalfa semakin menegang, matanya membola saat bibirnya basah karena kecupan singkat bosnya itu.
Ini tadi hanya mimpi kan? Mana mungkin Pak Ren mau menciumku. Iya, tadi pasti halusinasi saja. Astaga, apa yang aku pikirkan. Bisa-bisanya aku membayangkan dicium bos Rendra. Batin Zalfa, sejenak dia memejamkan mata untuk menormalkan pikirannya.
Sedangkan Rendra masih di posisi semula sambil terus menatap Zalfa intens. Ia melonggarkan dasinya dan menggulung kemejanya sampai siku.
Astaga Pak Rendra kenapa jadi berkali-kali lipat sih gantengnya. Ucap zalfa dalam hati. Matanya mengerjap pelan.
"Mau lagi?" tanya Rendra. Sebagai wanita yang sudah menikah, Rendra yakin, Zalfa sudah biasa melakukan adegan kissing yang lebih dari yang tadi dia lakukan.
"Ja... Jadi, yang tadi beneran? Zalfa ga sedang berhalusinasi? Astaga..." ucap Zalfa histeris sambil menepuk-nepuk bibirnya.
Rendra terkekeh melihat reaksi Zalfa. Selama ini Zalfa memang selalu menjaga jarak darinya, dia tidak seperti perempuan lain yang mudah menempel jika digoda. Rendra beralih duduk di samping Zalfa dengan jarak yamg sangat dekat. Rendra tidak peduli jika detak jantungnya yang terdengar nyaring oleh Zalfa.
"Jadi ceritakan, bagaimana hubunganmu dengan suamimu? Mengapa tak sekali pun aku pernah melihatnya. Bukankah aku sering mengantarmu pulang?" tanya Rendra yang membuat Zalfa terkejut.
"Pak Rendra tahu, kalau Zalfa sudah menikah?" tanya Zalfa, memdadak mukanya menjadi sendu.
Kenapa dia jadi sedih, apakah aku salah bertanya? Apakah dia tidak bahagia? Batin Rendra merasa bersalah.
Mata Zalfa berkaca-kaca. Namun sebelum menetes dia menghapusnya dengan kasar. Tidak, dia tidak boleh lemah. Lebih baik memang menjadi janda kan daripada makan hati, batinnya.
"Maaf, apa aku salah bertanya? Hei... Ceritakan, apa yang terjadi. Dia tidak menyakitimu kan?" mendadak Rendra ikut panik melihat Zalfa. Selama dia mengenal Zalfa, dia belum pernah melihat Zalfa bermuka sedih seperti ini.
"Ga papa kok Pak. Tidak ada yang istimewa yang bisa Zalfa ceritakan. Lagian semua sudah berlalu kok." ucap Zalfa berusaha menetralkan hatinya.
"Fa... Plis panggil nama aku aja saat kita sedang berdua seperti ini. Ga usah formal. Pake aku kamu aja. Sekarang panggil nama aku. Aku pengen denger, kalau enggak jangan salahkan aku, kalau aku cium lagi." ucao Rendra dengan nada mengancam.
"Astaga... Oke-oke, baiklah Pak, eh Ren... Rendra... Ah, itu ga sopan masa panggil nama aja sih." ucap Zalfa salah tingkah, hal itu malah membuat Rendra semakin gemas dibuatnya.
Rendra meraih tangan Zalfa dan menggenggamnya. "Katakan apapun masalah kamu, jangan anggap aku orang lain, oke! Sekarang, katakan apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah seharusnya kamu dan suamimu masih hangat-hangatnya sebagai pemgantin baru, terus, kenapa kamu sedih saat ditanya suami kamu. Plis, jangan menutupi apapun dariku."
Yang tadinya perasaan Zalfa sudah baik-baik saja, sekarang sepertinya Zalfa ingin sekali menumpahkan perasaan dan harga dirinya yang pernah terluka. Air matanya tiba-tiba tidak dapat dibendung. Tanpa aba-aba dia memeluk Rendra yang berada disampingnya sambil memumpahkan air matanya. Dia sudah tidak peduli lagi jika gara-gara ini bosnya itu akan memarahinya.
Rendra membalas pelukan gadis pujaannya itu sambil mengelus punggungnya dengan sayang.
Setelah puas, Zalfa menegakkan kepalanya. Tangan rendra terlulur menyeka air mata Zalfa. Wajah mereka begitu dekat.
"Ada aku, jangan merasa sendirian. Aku senang jika kamu datang padaku saat kamu butuh, meski hanya sekedar berkeluh kesah. Apakah dia menyakitimu?" tanya Rendra sambil menarik kepala Zalfa ke dadanya.
"Dia berselingkuh, kami sudah bercerai dari sebulan lebih, persis sebelum Zalfa kerja di sini." jawab Zalfa kemudian. Dia sudah bisa menguasai emosinya.
Mendengar itu Rendra serasa ingin melompat kegirangan. Mengapa dia baru tahu fakta penting ini.
"Apakah kamu sangat mencintainya? Sampai sekarang, apakah kamu belum bisa melupakannya?" tanya Rendra kemudian.
Zalfa menggeleng, "Bahkan Zalfa belum ada rasa sama sekali, hanya saja, Zalfa merasa dia melukai harga diri Zalfa. Dia menikahi Zalfa karena tidak mau kehilangan fasilitas orang tuanya. Meskipun di antara kami tidak saling mencintai, bukankah seharusnya dia berterus terang saja dan pisah secara baik-baik. Tapi, dia malah membawa pacarnya ke rumah dan bercumbu di depan Zalfa. Kamu bisa bayangin kan jadi aku?" jawab Zalfa dengan suara sendu.
Astaga, memang sekeren apa sih mantannya Zalfa, sampai bisa menyakiti gadis sebaik dia. Batin Rendra.
"Syukurlah, aku kira karena kamu belum move on makanya kamu nangis." ucap Rendra mencoba mencairkan suasana.
Zalfa memukul pelan dada Rendra, "Enggaklah, Zalfa itu kalo inget dia jadi inget orang tua Zalfa makanya Zalfa sedih.
Rendra senang dengan perlakuan Zalfa yang sudah mulai tidak canggung lagi. "Jadi ini aku ceritanya lagi mrospekin janda?" ucap Rendra mencandai Zalfa.
"Apaan sih ga lucu." jawab Zalfa cemberut. Dia menegakkan badannya, sudah cukup dia terlihat seperti wanita lemah. "Maaf, Zalfa sudah lancang peluk-peluk tadi. Dan itu, bajunya juga basah."
Sungguh, Zalfa gadis yang berbeda di mata Rendra. Jika wanita lain mendapat kesempatan berdekatan padanya pasti akan dimanfaatkan dengan baik, bahkan bisa saja balik menggoda Rendra.
"Ga papa Fa... Aku senang bisa jadi tempat curhat kamu. Kapanpun kamu butuh aku, datanglah padaku. Dengan senang hati aku akan menjadi tempatmu berbagi." ucap Rendra sambil menatap Zalfa intens, sedangkan yang ditatap malah terlihat gugup dan menunduk.
"Sudah malam, Zalfa mau pulang." ucap Zalfa mengalihkan perhatian. Tanpa menjawab Rendra segera berdiri, mengambil kunci mobilnya dan meraih jasnya. Dia menarik tangan Zalfa dan berjaln keluar ruangan.
Zalfa jadi bingung dengan perlakuan bosnya itu. Untung kantor sudah sepi, semua karyawan sudah pulang.
"Zalfa bisa jalan sendiri, ga enak nanti kalau ada yang lihat." ucap Zalfa sambil melepaskan tangannya dari genggaman Rendra.
"Karena kamu bukan milik siapa-siapa lagi. Maka aku tidak akan takut lagi untuk mendekatimu." ucap Rendra aambil mengusap kepala Zalfa yang tertutup jilbab.
Zalfa tak menyahut, dia masih belum paham ucapan bosnya itu. Dia memutuskan untuk menerima tawaran bosnya yang ajan mnegantarkan pulang, karna Zalfa juga tahu, Rendra tidak suka ditolak.
TBC...
Jangan lupa dukung karyaku ya... Dengan cara tinggalkkan komentar dan berikan like
Makasih❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Alya Yuni
Rend craikn it nenek sihir dulu
2022-05-07
1