Baru 2 hari menjadi OG, Zalfa sudah bisa menghandle pekerjaan dengan cekatan. Sikapnya yang ramah ditambah wajahnya yang menarik bukan hanya kaum adam saja yang tertarik , namun kaum hawa pun tentu akan merasa iri dengan penampilan sederhana namun terlihat Istimewa.
Bahkan dia hanya seorang OG, kaum yang memiliki pekerjaan rendah yang kadang hanya dipandang sebelah mata. Kasak-kusuk di kalangan OG pun jadi merebak. Ada yang menduga Zalfa adalah sugar baby salah satu petinggi di perusahaan ini, ada juga yang menduga saat ini dia bisa masuk tanpa tes karena memang kekasih salah satu dari orang-orang penting di perusahan. Namun ada juga yang biasa saja menanggapinya. Zalfa pun tak ambil pusing.
Yang penting dia bisa bekerja dengan baik dan mendapat gaji yang layak itu sudah lebih dari cukup. Dia harus banyak menabung jika ingin lanjut kuliah.
"Gaes... Hari ini direktur utama akan kembali berkantor di sini, semua diharapkan untuk menyambut beliau." Ucap salah satu teman Zalfa.
Mereka lalu menatap zalfa bersamaan. Zalfa yang ditatap pun bingung.
"Kok lihatin aku sih? Kenapa? Jangan bikin deg degan deh Mbak!" ucap zalfa serius.
"Kok kamu kayak biasa aja. Kamu yang dikasih tanggung jawab ruangan pak direktur kan?" tanyanya lagi.
"Ya emang, terus kenapa memangnya? Kenapa sih mbak?" tanya Zalfa lagi yang belum tahu arah pembicaraan teman-temannya.
"Maksude Mbah Sarah. Kamu ga merasa takut apa grogi gitu? Secara kan kalau kamu disuruh bertanggung jawab di ruangannya otomatis kamu yang akan melayani kebutuhannya lho, kamu tahu kan kalau di ruangan direktur fasilitasnya lengkap hampir sama dengan ruangan CEO. Intinya kamu sudah siap berhadapan langsung dengan dia, disuruh-suruh, juga ada kemungkinan dibentak-bentak?" kali ini Sinta yang bertanya.
"Iya juga ya. Ya udah sih Mbak, jalanin aja, orang belum kejadian juga. Nanti dipikirin lagi kalau udah kejadian. Yang penting kan kita sopan dan memberikan pelayanan yang baik, saya rasa tidak masalah." jawab Zalfa santai.
Mereka yang di sana hanya melongo mendengarnya. Zalfa yang terlalu polos atau memang di belum pernah mendengar kalau direkturnya itu sekarang agak berbeda.
"Kamu ga tahu ya? Dia itu lebih temperamen sekarang. Bu Nely yang senior saja pernah dibentak-bentak saat 3 bulan yang lalu Pak Rendra mampir ke perusahaan. Padahal waktu itu Bu Nely hanya tidak sengaja meninggalkan kanebo di meja kerjanya Pak Rendra." ucap Niken yang saat ini bertugas si lantai 54 bersama Bu Nely.
"Jangan nakut-nakutin dong Mbak. Pokoknya bismillah saja. Doain ya Mbak-mbak senior." ucap Zalfa pada senior-seniornya.
Mereka hanya mengangguk. Hanya Jeani saja dari tadi yang diam tak menanggapi bahkan cenderung sinia pada Zalfa. Sejak dulu dia memang sangat ingin bisa berada di posisi Zalfa. Dia adalah OG paling lama di sini, pernah satu sekolah dengan Rendra. Dia juga menyukainya, namun Rendra tak pernah meliriknya. Dan sekarang malah Zalfa yang diberikan kesempatan? Bahkan wakil direktur sendiri yang menunjuk. Tentu saja dia sangat iri. Sejak kehadiran Zalfa, Jeani memang bersikap apatis padanya.
Semua itu tak luput dari pengamatan cctv yang dipantau oleh Fandy. Dia yang ingin tahu seperti apa orang yang sudah mengusik hati sahabatnya itu.
Berkali-kali dia melihat adegan Jeani yang terkesan memusuhi Zalfa dari gerak-geriknya. Fandy tak tahu kenapa, namun yang dilihat dari seorang Zalfa adalah kesabaran dan keluguannya. Dia bersikap biasa saja dan seakan tak terjadi apa-apa.
"Ya sudah ayo kita ikut menyambut. Tak masalah berada di barisan paling belakang. Kita masih bisa melihat Pak ganteng Rendra kok. Yang penting jangan ngarep dilirik nanti jadinya malah baper, hahaha..." ucap Sinta sambil menarik tangan Zalfa meninggalkan pantry. Sinta tak peduli dengan sikap sinis Jeani. Sedikit Sinta menebak hahwa saat ini Zalfa memangnya membuatnya iri.
Saat sampai di loby ternyata di sana terlihat para karyawan yang sudah menempatkan diri.
Banyak karyawan wanita yang tak henti membicarakan ketampanan. Zalfa sendiri tidak Paham, mengapa hanya menyambut direktur utama harus seheboh ini, bukankah pemilik perusahaan ini adalah Pak Surya. Apa mungkin Pak Rendra adalah anaknya. Tapi bukannya Pak Vano yang lebih tua? Artinya dia kan yang akan menjabat sebagai CEO berikutnya? Ah, sudahlah. Otaknya benar-benar tidak mampu untuk berpikir terlalu jauh.
"Zalfa... Kamu ikut denganku. Tidak perlu ikut menyambut di sini." ucap Fandy yang segera berlalu. Zalfa bengan tanggap mengikuti perintah Fandy. "Ada beberapa hal yang harus kamu siapkan. Nanti aku tunjukkan." ucap Fandy lagi saat menyadari zalfa sudah mengikuti langkahnya dari belakang.
"Iya pak, siap!" jawab Zalfa kemudian.
Anak ini menggemaskan sekali. Pantas saja Rendra sangat ingin melindunginya. Dia mengingatkanku pada Maysa, kalau dia masih ada, pasti sekarang juga sudah sebesar ini. Ucap Fandy dalam hati.
Kemarin Rendra memberitahu Fandy bahwa mungkin ke depannya dia akan sering menginap di kantor. Karena memang hanya di kantor dia bisa berpikir lebih jernih tentang rencana yang akan dilakukan selanjutnya. Meski Ayah Surya sudah mengirimkan Nena namun dia sendiri juga harus segera melakukan penyelidikan.
"Kemungkinan besar, hari ini dan seterusnya Pak Rendra akan banyak menginap di kantor, kamu yang bertanggung jawab menyiapkan kebutuhannya. Kamu cek kebutuhan kamar mandi setiap hari, pastikan pakaian di dalam lemari lengkap, jika ada yang kurang tanyakan ke bagian loundry." ucap Fandy menjelaskan saat mereka berada di ruangan pribadi Rendra yang dipakai untuk istirahat." Jika perlu beli yang baru kamu catat saja. Cek juga makanan dan minuman di kulkas, isi jika habis. Segera keluarkan dari kulkas jika sudah mendekati expired." lanjutnya lagi saat berada di ruang kerja Rendra.
"Maaf Pak, saya tidak tahu kalau ada ruangan di situ tadi. Mbak Santi juga tidak memberi tahu, jadi selama saya kerja saya belum pernah membersihkan." jawab Zalfa jujur.
Fandy tersenyum lalu berkata, "Memang belum ada yang tahu. Selama ini orang dari rumah Pak Surya yang membersihkan ruangan-ruangan itu. Tapi mulai hari ini secara khusus Pak Rendra memintamu melakukan semuanya. Jangan khawatir, karena ini di luar job desk kamu, maka secara khusus Pak Rendra akan memberikanmu gaji sendiri diluar gaji dari kantor. Selama beberapa hari ini dia sudah memantaumu saat bekerja. Maka jangan kecewakan dia. Ok!" ucap Fandy yang menahan tawa saat melihat keterkejutan Zalfa. Dia segera berlalu meninggalkan Zalfa yang masih terbengong.
Sesaat kemudian tubuh zalfa merosot ke lantai.
"Astaga, jadi garak-gerikku terlihat saat di ruangan ini? Huaaaa... Aku malu! Pak direktur pasti juga melihatku yang suka ngepel sambil goyang, saat aku nyapu sambil bergaya ala-ala roker dia juga lihat pastinya. Huaaaa... Ini muka mau aku taruh di mana ya, astaga!" ucapnya sambil menendang-nendangkan kakinya dalam posisi duduk di lanta.
"Bodoh banget sih aku. Mana mungkin ruangan direktur tidak ada cctvnya. Malu malu malu, pokoknya malu! Terus Pak Rendra bakalan marah ga ya saat tau kursinya pernah aku duduki... Terus aku bergaya layaknya pimpinan. Plis Pak jangan pecat saya." ucap Zalfa lagu. Dia bahkan lupa aksinya saat ini juga pasti terekam cctv.
" Masih untung aku ga pernah buka baju di ruangan ini, kalau iya, fix... Hari ini juga aku pasti langsung dipecat." guman Zalfa lagi.
Buru-buru zalfa berdiri aaat mendengar derap kaki yang melangkah menuju ruangan itu. Pasti itu Pak direktur, pikirnya. Meski sejak tadi dia diam saja saat semua orang membicarakan tentang direkturnya yang memiliki wajah yang sangat tampan, sejujurnya dalam hati dia juga penasaran.
Pintu terbuka, zalfa tak berani menatap wajah Rendra. Dia hanya menganggukkan kepalanya tanda memberi hormat.
Berbeda dengan Rendra. Jantungnya berdetak kencang saat masuk ke ruangannya dan yang pertama kali dilihat adalah bidadari yang selalu hadir di mimpinya. Wanita itu tak melihatnya, namun waktu seperti berhenti sesaat. Sambil menikmati rasa yang menghinggapi hatinya, Rendra menatap intens padanya.
Kenapa Pak Rendra menatapku seperti itu. Ya Allah semoga dia tidak berniat memecatku. Batin Zalfa yang kepalanya semakin menunduk.
"Apa kamu tidak lelah berdiri sambil menunduk terus seperti itu?" tanya Rendra sambil menetralkan debaran jantungnya.
Tanpa aba-aba Zalfa langsung bersimpuh di kaki Rendra.
"Maaf Pak... Tolong jangan pecat saya. Saya tidak bermaksud untuk tidak sopan sama Bapak." ucap Zalfa kemudian.
Rendra bingung dengan apa yang dilakukan Zalfa.
Astaga gadis ini semakin membuatku gemas. Boleh ga sih aku kantongi terus dibawa pulang? Batin Rendra.
Namun detik berikutnya, sepertinya dia punya ide untuk mengerjai gadis ini.
"Hei, bangunlah! Apa yang kamu lakukan?" tanya Rendra tanpa ada nada emosi.
"Bapak janji dulu, jangan pecat saya." Zalfa bernegosiasi.
"Oke oke, sekarang kamu berdiri. Duduk di sana." ucap Rendra menunjuk sofa.
Dengan takut-takut Zalfa duduk di sofa.
"Sekarang katakan, apa kesalahan kamu, sampai kamu memohon ampun padaku?" tanya Rendra sambil duduk di sofa yang sama dengan Zalfa dengan jarak yang hanya beberapa senti.
Tanpa dikomando wajah Zalfa mendongak, dia sangat takjub dengan pria yang berstatus bosnya ini. Wajahnya tampan, kulitnya bersih, hidungnya mancung. Dan... Belum selesai Zalfa menilai wajah Rendra, dia segera tersadar dan menunduk kembali
Hah bisa-bisanya aku malah memperhatikan wajahnya. Kalau dia tambah marah bagaimana? Ini kenapa juga duduknya deket banget gini sih. Jadi salah tingkah kan aku. Eh, tadi dia tanya apa? Kesalahanku padanya?" ucap Zalfa dalam hati.
"Karena saya lancang. Maaf waktu itu saya mencoba tempat duduk Bapak." ucap zalfa lirih.
"Seperti apa? Coba tunjukkan ke saya!" ucap Rendra dengan suara berat.
"Maaf Pak, saya tidak berani lagi." ucap Zalfa lagi.
"Tapi kali ini aku yg ingin kamu duduk si sana. Atau aku tidak akan memaafkanmu." ucap Rendra lagi.
Seketika Zalfa menggelengkan kepalanya berulang-ulang.
"Jangan Pak, baiklah saya akan duduk di sana." ucap Zalfa, kemudian dia langsung berdiri dan berjalan perlahan. Dengan takut-takut dia duduk di kursi kebesaran Rendra.
Rendra tersenyum kemudian berdiri, dia berjalan mendekati kursi yang didusuki Zalfa. Dia berdiri bersandar pada meja dengan dua tangan dimasukkan ke saku celana.
"Kamu sudah tahu tugas kamu ke depannya kan?" ucap Rendra masih dengan posisi yang sama.
Zalfa hanya mengangguk.
"Ok, saya haus. Tolong buatkan saya air lemon hangat saja." ucap Rendra memberikan perintah tapi tetap dengan nada lembut yang diakhiri dengan tangannya yang mendarat di kepala Zalfa yang tertutup jilbab dan sedikit mengusapnya.
Zalfa baper Pak, jangan kayak gitu. Ah, aku harus segera pergi dari sini. Bisa-bisa aku mati karna jantungku loncat keluar. Batin zalfa.
"Kalau begitu saya permisi dulu Pak." ucap Zalfa sopan, lalu berdiri dan meninggalkan ruangan.
Rendra mengerutkan keningnya. Zalfa pasti lupa kalau di ruangan itu ada pantry mini, mini bar dan kulkas. Kenapa dia harus keluar ruangan. Namun Rendra membiarkan saja kemudian duduk di kursi kerjanya.
TBC...
Mohon dukungannya bestie
Vote
Komen
Like
Fav
Makasih❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Alya Yuni
Hhhhhh Zalfa
2022-04-06
1