BAb 10. SAKIT

"Ke ruangan saya, sekarang!" tulisnya.

Tanpa bertanya pun dia sudah tahu, itu pasti nomor Rendra. Dengan terburu-buru dia setengah berlari menuju ruangan pak bosnya setelah berpamitan dengan Santi.

Tok tok tok... Zalfa mengetuk pintu ruangan bosnya.

"Masuk!" jawab yang di dalam. Ruangan Rendra memang sudah sedikit terbuka . Mungkin ada tamu, dan Zalfa disuruh bikin minum mungkin.

Begitu membuka pintu, Zalfa melihat aura kemarahan pada wajah Rendra. Di sana dia juga melihat wanita dengan pakaian menggoda. Mungkin dia memang habis menggoda Rendra atau memang model bajunya seperti itu. Wanita itu menggunakan rok mini jauh di atas paha, bajunya tidak dikancingkan sempurna sehingga dadanya hampir terekspos.

Meski dadanya terlihat besar namun tidak terlihat belahan dadanya. Dan kakinya itu seperti ditato. Ah, tapi kok lebih mirip bekas koreng sih, pikir zahra saat menilai penampilan wanita tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Zalfa kemudian.

"Kemarilah...!" meskipun itu perintah mamun diucapkan dengan pelan.

Terlihat sekali kalau wanita yang saat ini duduk di depan meja kerja Rendra itu tidak senang dengan kehadirannya.

Zalfa berjalan mendekati Rendra. Fokus Zalfa pada wajah Rendra yang tampak makin pucat.

"Pak Ren dari tadi belum istirahat? Bapak makin pucat loh." ucap Zalfa dengan nada khawatir. Rendra malah tersenyum, dia senang bukan main hanya karna Zalfa perhatian padanya. Bahkan mungkin semua pegawai yang dihadapkan pada posisi zalfa pasti melakukan hal yang sama.

"Nanti juga sembuh, kan obatnya sudah datang" ucap Rendra sambil melirik sinis pada wanita itu. Namun kemudian dia menarik tangan zalfa dan menggenggamnya dengan posisi Zalfa berdiri di sampingnya. Zalfa masih bingung dengan apa yang terjadi.

Ini Pak Ren kenapa sih. Mengapa sepertinya Pak Ren tidak suka dengan wanita ini, apa dia kekasihnya yang sedang marahan. Terus ini maksudnya apa nih pegang-pegang kayak gini. Ucap Zalfa dalam hati, namun belum dapat protes.

"Saya pikir, selara Pak Rendra sekelas artis atau model ternyata hanya dari kalangan rendahan." ucap wanita itu.

Kenapa ngomong kalangan rendahannya jadi nglirik aku sih. Ini ada apa sih sebenarnya. Tanya zalfa dalam hati masih belum mengerti mengapa dia dilibatkan.

"Saya tidak perlu mencari kelas. Bukankah banyak dari mereka yang ternyata berprofesi ganda. Menjadi wanita panggilan misalnya." ucap Rendra santai tapi mengena.

Ternyata sudah lama wanita ini sering bolak balik ke sini hanya untuk mendekati Rendra. Fandy kadang sampai harus menjadi bodyguardnya.

Wanita itu gelagapan seolah yang disebutkan Rendra tadi dia juga melakukannya.

"Sayang... Tolong anter aku ke kamar. Mendadak aku tambah pusing." ucap Rendra manja pada Zalfa yang membuat Zalfa tergagap, namun sesaat kemudian Zalfa menyadari jika bosnya ini sedang berakting.

"Eh, i... Iya. Mari saya antar." ucap Zalfa kemudian. Rendra tersenyum saat Zalfa mau mengikuti sandiwaranya.

Biarlah Rendra dibilang mencari kesempatan untuk deket-deket Zalfa. Yang penting saat ini dia hanya ingin lepas dari wanita pengganggu ini.

Zalfa memapah Rendra menuju ruang istirahatnya tanpa mempedulikan wanita itu yang kini tampak bersungut dan pergi begitu saja dari ruangan Rendra.

Setelah di ruang istirahat, Zalfa membantu Rendra untuk merebahkan badannya di ranjangnya. Nampaknya untuk sakitnya ini, Rendra memang sedang dalam kondisi tidak baik karna wajahnya yang semakin pucat.

"Apa sebaiknya saya memberi tahu Pak Fandy biar dipanggilkan dokter Pak. Badan Pak Ren panas banget lho ini." ucap Zalfa yang nampak panik. Rendra bisa melihat itu bukanlah kepura-puraan untuk mencari perhatian.

Tadi saat memapah Rendra Zalfa merasakan tangan Rendra memang panas, reflek dia meraba kening Rendra. Setelah sadar dari kepanikannya Zalfa menarik tangannya dan meremasnya sendiri.

Bodoh banget sih kamu Zalfa, berani sekali kamu menyentuh kepalanya. Siap - siap kalau dia sampai marah. Batin Zalfa.

"Maaf Pak, saya tidak bermaksud tidak sopan." akhirnya kata-kata itu yang keluar dari mulut Zalfa.

Rendra yang tadinya memejamkan mata, sekarang memandang zalfa sambil tersenyum. Senyum yang jarang sekali diperlihatkan pada orang lain selain keluarganya. Rendra malah mengambil tangan Zalfa dan menaruhnya di kepalanya.

"Saya ingin tidur. Tolong kamu usap atau kamu pijit. Itu yang biasa bundaku lakukan kalau aku sedang sakit. Sambil duduk biar ga pegel." ucap Rendra sambil menepuk ranjang disampingnya.

Dengan ragu Zalfa menuruti permintaan Rendra.

"Maaf, agama Bapak apa?" tanya zalfa hati-hati.

Rendra mengernyitkan keningnya, belum mengerti arah pembicaraan Zalfa, namun akhirnya dia menjawab, "sama sepertimu."

"Apa Pak Ren keberatan kalau saya sambil membaca surat - surat yang dianjurkan untuk dibaca saat sakit?" tanya Zalfa lirih. Sebenarnya kalau Rendra menolak pun tidak masalah.

Masya allah... Gadis ini semakin membuatku jatuh cinta. Batin Rendra.

"Bacalah, aku ingin dengar! Apa tidak apa-apa kalau aku ketiduran?" tanya Rendra.

"Jika Pak Ren bisa tidur itu artinya sakitnya mulai reda." jawab Zalfa dengan tersenyum yang semakin membuat hati Rendra bertambah hangat.

Bolehkah aku egois. Bolehkah aku memiliki gadis ini? Ya Allah, mengapa Kau hadirkan dia jika aku tak bisa memilikinya? Ucap Rendra dalam hati sambil memejamkan matanya.

Sementara Zalfa segera memulai bacaannya, meski lirih, namun terdengar merdu ditelinga Rendra. Tak butuh waktu lama, Rendra akhirnya benar-benar tertidur. Setelah menyelesaikan bacaannya, dengan hati-hati Zalfa beranjak dari tempatnya. Dia mengambil handuk kecil dari kemari Rendra, kemudian mencari tempat yang bisa digunakan untuk menuang air hangat. Dengan pelan Zalfa mulai mengompres dahi Rendra. Setelah panasnya agak berkurang Zalfa dengan hati-hati keluar dari kamar istirahat Rendra.

"Apa yang kamu lakukan? Di mana Rendra?"

Baru saja dia keluar sudah ada suara yang mengagetkannya. Dia seorang pria yang kalau tidak salah tebak umurnya diatas Rendra kalau dilihat-lihat wajahnya agak mirip dengan Rendra. Mungkinkah dia adalah saudara Pak Ren? Tanya Zalfa dalam hati.

Zalfa terlonjak karena kaget.

"Astaghfirullaah.... Ma... Maaf Pak, Pak Rendranya sedang istirahat. Badannya panas tadi Pak." jawab Zalfa dengan hati-hati, takut salah berucap. Zalfa memang belum hafal betul dengan orang-orang penting di sini. Mungkin pria ini adalah salah satu petinggi di sini.

Pria itu menyipitkan matanya, dia tidak mau asal menuduh yang tidak-tidak. Pria itu berpikir kelihatannya gadis ini adalah gadis yang baik. Nanti biar dia tanyakan langsung pada Rendra atau melihat cctv, pikirnya.

Pria itu adalah Vano. Sejak tadi di sudah berada di ruangan Rendra namun orang yang dicari tak kunjung terlihat. Dia tidak kepikiran untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Apakah sudah dipanggilkan dokter?" tanya Vano kemudian dengan intonasi yang lebih menusuawi.

"Maaf Pak, Pak Ren tidak mau, tapi tadi sudah minum obat." jawab Zalfa jujur.

"Kamu pegawai baru?" tanya Vano lagi.

Zalfa yang menyadari id cardnya terbalik pun segera merapikan, "Iya Pak, belum ada seminggu. Nama saya Zalfa." jawab Zalfa.

Vano menganggukkan kepalanya, "Ya sudah, kamu boleh kembali." ucap Vano lagi.

Zalfa kemudian permisi meninggalkan ruangan Rendra. Vano seperti sedang mengamati penampilan OG baru itu dari belakang. "Seperti pernah melihat, dimana ya?"

Sudah beberapa saat Vano mengingat gadis itu tapi belum juga teringat. Perlahan dia menuju ruang istirahat Rendra. Dengan hati-hati, dia membuka tombol otomatis yang tersembunyi. Dia melihat Rendra yang tertidur nyenyak dengan handuk basah yang masih menempel di keningnya.

"Jadi, gadis tadi yang merawat Rendra." gumam Vano sambil tersenyum. Walaupun mereka sering berdebat, namun sebenarnya mereka saling menyayangi. Tangan vano mengambil kain yang masih basah itu lalu meraba kening rendra. Tidak terlalu panas, mungkin memang demamnya sudah turun.

Setelah memastikan keadaan Rendra baik-baik saja, dia segera keluar dari ruangan Rendra.

"Gadis muda itu sepetinya cocok dengan Rendra." gumam Vano seraya masuk ke dalam lift.

TBC...

Mohon dukungannya bestie

Jangan lupa like, komen, favorit

Makasih❤️❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!