KUNTI
Kukeluarkan sepinggan besar lasagna dari dalam oven. Aromanya segera memenuhi dapur utamaku ini. Karena kesukaanku memasak, almarhum mas Dewa membuatkan dapur yang luas untukku mencoba resep dan menghabiskan waktu luang.
Bagaimana tidak sering menghabiskan waktu di sini, jika mempunyai 5 anak laki laki dengan fisik dan nafsu makan yang maksimum. Apalagi saat mereka liburan sekolah. Hampir tiap menit pintu kulkas, lemari dan tudung saji terbuka untuk mengecek isinya. Dalam lelahku, kadang aku begitu menginginkan tongkat sihir.
" Mau kubantu apa Ma ? ", si kembar Nakula Sadewa datang menghampiriku.
" Ini nak, bawa ke depan " Kataku pada Nakula.
" Dan kamu Sa, tolong tuang isi panci ini ke gelas2 di nampan. Mama rebuskan wedang uwuh yang tadi mama beli di pasar ", kataku memberi instruksi pada anak bungsuku yang terlahir kembar.
" Memangnya cocok Ma ? Lasagna dan wedang uwuh ?" Sahut Sadewa sambil mengerinyitkan dahi menimbang nimbang 2 menu ini.
" Coba tanya kakakmu Bima apa pendapatnya, " kataku sambil tersenyum lebar.
" Mas Bima ? Dia sih mama kasih kaki meja dengan saus tomat juga bakalan ludes dimakan nya " tukas Sadewa beranalogi tentang tipe makan Bima.
" Kakakmu lagi ngapain ? "
" Lagi diskusi dengan mas Yudhis. Katanya 3 hari yang lalu dia nabrak penjambret yang nyebrang jalan " jelas Sadewa.
" Hah, Bima nabrak orang, kenapa nggak cerita ke Mama ? "
" Sudah nggak papa Ma. Sudah beres. Orangnya sudah ditangani polisi. Dan Mas Bima nggak cerita juga pasti karena tidak ingin membuat mama khawatir. Cerita detilnya Sadewa belum terlalu paham si, nanti mama minta diceritain ulang aja olehnya. Sudah disiapkan sepinggan besar lasagna, mama mau tanya apapun pasti dijawab ", kata Sadewa menenangkanku sebelum pergi membawa nampan keluar.
Tergesa kubereskan dapur dan segera kususul Sadewa ke teras sambil membawa piring dan garpu snack.
" Arjuna belum pulang ? " tanyaku pada mereka sambil memindahkan potongan kecil lasagna ke piring.
" Belum Ma, katanya mau mampir ke toko untuk beli susu cair pesanan Mama ", jawab Nakula.
" Bim, kata Sadewa kamu nabrak orang ?
Gimana ceritanya ? " tanyaku pada Bima yang mulai memasukkan separuh porsi lasagnanya ke mulut.
Uhuuuk..uhuuk..
Bima tersedak karena ingin selekasnya menjawab pertanyaanku.
" Telan dulu baru bicara.." kataku sambil menyodorkan gelas air putih padanya.
Setelah dalam 2 tegukan isi gelas itu berpindah ke kerongkongan, Bima melanjutkan.
" Hal itu yang sedang kudiskusikan dengan mas Yudhis Ma.."
" Secara hukum Bima tidak dalam posisi salah. Ini lagi diajarin mas Yudhis menyusun jawaban saat pemberkasan kesaksian di kantor polisi. Karena 1 minggu lagi pasti akan ada undangan sebagai saksi. Bima ingin menghindari salah jawab, sehingga nggak perlu bolak balik ke kantor polisi ".
" Bima sekalian konsultasi untuk teman yang tidak sengaja terlibat juga di kejadian itu. Kasihan Ma. Dia bisa kena pasal penganiayaan karena memukul penjambretnya sampai jatuh ",
Secara ringkas Bima menceritakan kembali kronologi kejadian yang menimpa mereka berdua.
Dan berulang kali kuperhatikan, saat Bima memujii cewek pemberani yang katanya berbadan mungil itu, matanya berbinar binar.
" Katanya sudah sarapan bareng dan chatting berulang kali. Kenapa nggak tau namanya ? ", sahut Sadewa yang sedari tadi diam mendengarkan.
" Pokoknya kalian hanya boleh tahu namanya Si Mungil, aku tidak akan menyebutkan nama aslinya ", sahut Bima yang membuat kami tertawa dan semakin penasaran dengan sosok si mungilnya Bima.
Tepat saat itu, Arjuna datang menghampiri kami dan mencium pipiku sekilas.
" Pesanan mama ada di dapur ya. Tapi belum kumasukkan lemari. Mama check dulu, bener susu itu bukan yang mama maksud ".
" Iya Jun, makasih ya. Ini dimakan dulu lasagna nya. Sudah makan malam ? " tanyaku sambil memberikan piring snack padanya.
" Sudah Ma, tadi sore. Juna terlambat makan siang. Jadi sekalian makan malam. Juna boleh minta wedangnya saja. Kayaknya masih kenyang untuk snack berat. ",
" Itu di nampan, ambillah sendiri. Tp kalau lagsanamu habis, jangan minta dibuatin lagi lo ", kataku mengingatkan karena kulihat Bima sudah mengambil 5 x.
" Hampir lupa, sini Ma kembalikan piring itu ke Juna. Bahaya kalau sampai terendus penguasa foodland, " sahut Juna cepat mengamankan piringnya sambil melirik untuk memprovokasi Bima.
Melihat obyeknya masih cool melahap lasagna di piring nya, Juna duduk di sebelahku sambil menghirup aroma wedang uwuh.
" Lagi bahas apaan ? Dari garasi kenceng bener suaranya ", tanyanya kemudian.
" Kalau kenceng berarti sudah denger semua kan .Mas Bim, nggak usah cerita lagi tentang si Mungilmu ", sambar Nakula memanas manasi suasana.
" Tadi memang kenceng suaranya, tapi karena sound mixernya nggak beres, bass nya terlalu dominan, cerita apa juga aku nggak bisa denger ", sahut Juna setelah menghabiskan isi gelasnya.
" Cerita lagi..lagiii...lagiii..lagiii, " kompak si kembar membuat keributan bertambah intensitasnya.
Lalu Bima mengajukan usul dengan suara beratnya.
" Boleeeeh. Bisa diatur, dengan 1 syarat. Yang minta diceritain ulang bersujud dulu mempersembahkan lasagnanya ke mari. " terbahak Bima melihat Arjuna memakan umpan nya.
" Syarat yang lain lah mas. Tinggal sepotong aja masih kamu minta ", sahut Arjuna dengan tatapan sebal.
" Ouw..tidak bisa. Cerita tentang si mungil hanya bisa ditukar dengan lasagnamu. " Bima masih tidak mau mengalah.
Segera Juna menoleh padaku dan berbisik pelan.
" Ma..di dalam masih ada kan ? "
" Iya..ada.", ujarku tak kalah pelan.
" Baiklah paduka raja penguasa foodland, hamba persembahkan lasagna bagian hamba ini untuk memenuhi gizi paduka. Semoga paduka susah tidur karena terlalu kenyang ", kata Arjuna sambil mengangkat tinggi tinggi piringnya dengan berjongkok di depan Bima .
" Saya sangat puas dengan persembahanmu. Duduklah untuk mendengar ceritaku ", goda Bima dengan wajah puas sudah menakluk kan Juna.
" Mas, kamu hanya boleh cerita tentang si mungilmu. Aku nggak tertarik pada tokoh penjambret dan polisi. Skip aja bagian itu ! "
" Kenapa kamu cerewet sekali ", protes Bima sambil melotot ke Arjuna. Namun dia setuju hanya cerita hal hal yang menarik perhatian Arjuna.
Sejak mereka kecil, hanya Arjuna saja yang berani meladeni Bima. Dan saat mereka berdua seperti ini, kakak dan adik2nya sukacita terhibur oleh pertarungan yang selalu menarik perhatian.
Bima Vs Arjuna.
Hanya saja saat ini tidak terdengar lagi sorakan fight..fight..fight seperti saat mereka kecil.
Keributan yang tak pernah berahkir.
Batinku tersenyum.
Saat ini di dalam hati aku masih merangkai cerita tentang si mungilnya Bima dengan cerita Pran, staf di RS.
Tiga hari yll Pran cerita jika dia meliburkan Drew 1 hari, setelah gadis itu menelepon jika harus balik lagi ke kost karena bajunya terkena banyak darah saat menolong penjambret yang menjadi korban kecelakaan.
Besok aku mencari tahu dari
Drew saja.
Apakah dia benar si mungilnya Bima.
Karena Bima bersikukuh tidak mau menyebutkan namanya.
Sepertinya dia khawatir jika gadis yang dia taksir justru mencintai saudaranya yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ratmoko Ari
josssssszzzz
2021-07-18
1
Orang Baik
Koq bisa?
Spa nitis kemana?
2020-12-28
1
Anita Venter
Waduh, ternyata di kehidupan modern pun mereka bersaudara,, ceritanya makin seru
2020-10-25
3