" Ma..Lihat nih aku sama siapa !", bisik Jave menggamit lengan mamanya saat ketemu di hall pesta.
Tersipu aku menunduk kan kepala sambil tersenyum kecil.
" Wow..tante sampai pangling ", kata tante Han sambil melihatku lebih dekat.
" Kamu harus sering sering dandan Drew. Awas jangan deket deket calon pengantin, supaya nggak ada yang merasa kalah cantik ", puji tante Han dengan tatapan tulusnya.
" Ah tante..Drew total dandan supaya bisa samaan level keren nya dengan Jave, Tan.."
" Sudah sana ketemu sepupu mu dulu Jave, kasih salam sekalian pada om dan tantemu. Jangan lupa kalau dipanggil sesi foto, langsung aja ke panggung, nggak usah cari mama papa. Kita ketemu di atas. ", kata mama Jave sambil celingukan mencari om Han.
Setelah keluar dari kamar rias sepupu Jave, kami segera kembali ke hall karena acara akan segera di mulai.
" Ini topengmu Drew. Koq bisa pas banget warna bulu bulu di bagian atasnya dengan warna gaunmu. Material sutera gaun itu bisa menonjolkan tubuh langsingmu..Keren deh pokoknya..", puji Javeline.
Senyumnya lebar melihat ku dari atas ke bawah.
" Tapi aku agak malu tanpa selendangku tadi Jave. Kamu simpan dimana ? Pundak dan punggungku jadi terekspose seperti ini ".
" Pokoknya bagus tanpa selendang. Titik..
Dan maaf ya, sudah aku tinggal di mobil. Jadi bener bener selendang itu tidak bisa kamu pakai saat ini..Hahaha.."
" Kamu tu ya ..beli gaun model terbuka seperti itu memang untuk memunculkan pundak dan punggungmu. PD aja lagi toh kulitmu bagus untuk dilihat, " kata Jave lagi membesarkan hatiku.
Segera kami saling merapikan topeng kami masing2 supaya tidak merusak dandanan rambut yang sudah tersanggul rapi.
Suasana pesta sangat meriah. Tema dekorasi nuansa gold, silver dan hitam memperkuat kesan misterius Masquarade Party Ball di pesta pertunangan sepupu Jave ini.
Kebanyakan yang datang adalah teman teman calon pengantin. Sehingga kami lebih leluasa membaur dan berbincang dengan undangan yang lain.
Saat sesi dansa calon pengantin selesai, Jave segera mengambil posisi di lantai dansa setelah gagal memaksaku bergabung.
Karena belum mahir dansa, aku memilih berjalan ke arah meja cocktail, menunggu Jave selesai sambil melihat lihat kembali foto foto narsis kami.
Karena tidak terlalu suka rasa pahit pada cocktail, aku memesan mocktail pada bartender. Blueberry Mojito rasanya pas untuk menghilangkan hausku. Rasa mint yang segar berpadu dengan jus blueberry dan lemon.
Kusesap sedikit demi sedikit mocktailku saat hatiku bergolak melihat cowok yang berdiri di sudut dg topeng hitamnya..
Aioooo..
Dia berjalan ke arahku sambil membawa gelas minumnya.
" Kamu sangat cocok memakai gaun itu ", katanya sambil membungkuk meletak kan gelas di meja.
Kulirik cowok itu sekilas.
Apakah aku mengenalnya ?
Topeng yang dia kenakan menutupi hampir 3/4 wajahnya sehingga aku tidak mudah menebak wajah dibaliknya.
" Eh iya..Terimakasih ", kataku gugup.
" Mau dansa denganku ? " ajak cowok itu.
" Maaf, aku nggak mahir berdansa ", tolak ku halus sambil melihat Jave di arena dansa yang tampak antusias mengimbangi partnernya.
" Pernah dengar tentang etika dansa ? Tidak pantas menolak ajakan seseorang untuk berdansa ", katanya memprovokasiku.
Kugigit bibirku untuk mencari alasan menolak ajakan ini dengan elegan. Aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri.
" Maaf aku hanya bisa beberapa step basic waltz ", ujarku pelan berharap ada celah untuk menghindar.
" Itupun sudah cukup ", katanya sambil menarik ku ke area dansa.
" Jangaaaan ", tapi sudah terlambat untuk batal dan mundur.
Keringat mulai muncul di keningku yang tidak tertutup topeng.
" Tenang Drew, kamu hanya butuh fokus ", suara batinku menyingkirkan rasa panik ku.
Aku berusaha keras mengingat alur step kaki saat dulu latihan dansa waltz dengan teman teman SMU ku untuk acara penglepasan kelulusan kami.
" Jangan kuatir.. Angkatlah dagumu..Kamu hanya perlu merasakan dan mengikuti gerakan kakiku ", bisiknya pelan di telingaku.
" Emmm..", gumamku panik saat tangan kirinya menempel di tulang belikatku.
Apa boleh buat. Sudah terlanjur.
Kulihat sekitar.
Jave berdiri 3 meter dari posisiku dengan pasangan yang berbeda. Sekilas dia tersenyum sambil mengepalkan tangan nya.
Ciayo..!
Kugenggam tangan nya erat dan kupalingkan wajahku ke kanan menghindari kontak mata dengan nya saat irama A Thousand Years nya Christina Perri mengalun mengiringi kami. Mata dibalik topeng itu terlalu menghipnotisku.
" Awal yang bagus..Rilekslah dan biarkan kakiku memimpinmu ", bisiknya lagi sambil memajukan kaki.
Merasakan dorongan kaki kirinya, refleks kaki kananku mundur dan melangkah 1 step ke kanan. Dan sepertinya kaki kami mempunyai antena bluetooth masing masing yang saling terkoneksi dan mengimbangi.
" Kamu mempunyai tubuh yang lentur. Rasakan kakiku dan lakukan 1/4 putaran ke kanan ", bisiknya saat lagu memasuki chorusnya.
" Bagus..Lanjut 3/4 putaran. Rasakan gerakan kaki dan tanganku ", bisiknya lagi memberi panduan.
Setelah beberapa kali kami berputar dan mengayun, dia berbisik lagi teramat dekat di telingaku. Bibirnya bahkan menyentuhnya. Untunglah ada topeng yang menutupi ronaku.
" Aku akan mengangkat dan memutarmu penuh di ahkir lagu ".
Terengah engah nafasku mengikuti ritme dan instruksinya. Bukan karena lelah tapi karena api yang semakin membesar di pusarku setiap kali kaki kami bergesekan.
Oh Tuhan.
Jiwaku serasa ikut melayang saat tangan nya mengangkat tubuhku dan berputar 2 x putaran sebelum ahkirnya menurunkan nya dengan kaki yang mendadak lemas untuk menopang tubuhku.
Supaya tidak jatuh, tanganku berpegangan kuat di kelepak jasnya sembari mengatur nafas. Tubuh kami berhimpitan dan dia memeluk ku erat.
Beberapa saat berlalu dalam diam. Hanya terdengar nafas kami yang berangsur normal.
Plok..plok..plok..
suara tepuk tangan dari tamu undangan mengiringi langkah kami keluar area dansa menuju stand minuman. Rupanya tarian pasangan dadakan ini menghibur tamu yang menonton.
Wajahku mendadak memerah oleh rasa malu. Bukan karena tepuk tangan itu, tapi karena tanganku yang masih terus digenggamnya dan keberadaan nya di sampingku terasa sangat mendominasi.
" Tarian yang bagus Drew ! " bisiknya di telingaku.
" Kamu..? "
Terbelalak aku memandang senyum misteriusnya.
Namun mendadak sebuah tangan ramping putih terjulur dengan segelas air mineral di depan wajahku.
" Minuman yang paling menyegarkan untuk Dancers of This Year ", kata Jave dengan senyum lebarnya.
Kuminum cepat air dalam gelas sebelum mataku mencari sosok guru dansa misteriusku.
" Jave, dia kemana ? "
" Partner dansamu ? Tadi ada di belakangku sedang minum " jawab Jave sambil ikut celingukan mencarinya.
Setelah beberapa saat mengedarkan mata,
" Sudah nggak usah dicari... Kayaknya sudah pergi Jave..", ujarku sedih.
" Tahu namanya ? Ntar aku mintakan infonya ke sepupuku ", kata Jave memberi solusi.
" Masalahnya aku nggak tau namanya. Tapi saat minum tadi dia menyebut namaku.. Tidak kah menurutmu itu aneh Jave ? Partner misteriusku mengenalku.." Kataku sambil mengerutkan kening mencoba mengingat.
" Tapi dari posturnya, hanya 1 nama yang terlintas di pikiranku.
Mas Juna, Jave .
Tapi aku ragu, mungkinkah kami bertemu lagi di sini ? ", kataku pelan.
" Don't worry dear..clue sudah dapat..Setelah kerepotan mereda, aku carikan infonya ke sepupuku. Sabar ya.."
ARJUNA
" Cewek yang menarik. Dan seperti magnet, aku semakin tertarik ke arahnya ", gumamku pelan sambil mengamati wajahku saat membasuh tangan dan muka di toilet untuk mendinginkan api yang bergolak di tubuhku.
Sudah lama aku berdiri di sudut mengamati tamu tamu undangan dengan segala keunikan topeng dan riasan nya hingga mataku tertumbuk pada seorang gadis bergaun hijau lumut yang tampak asyik berfoto dengan teman nya di spot spot yg menarik di pesta ini.
Kadang mereka tertawa geli entah membahas apa. Kadang mereka terdiam saat ada obyek yang menarik.
Melihat gaun hijau itu tanpa sadar ingatanku melintas saat bertemu Drew di mall Paragon. Di tangan nya dia membawa baju yang warnanya sama dengan gaun gadis itu.
Apakah dia Drew ?
Kamu ada di pesta ini ?
Kuarahkan mataku di lantai dansa. Karena tadi kulihat teman nya si Jave berjalan ke tengah.
Tidak ada.
Dimana gadis itu ?
Kulayangkan mata elangku ke semua sisi ruangan.
Yes..Itu dia di stand cocktail.
Kuayun kakiku mendekati magnet itu.
Saat kamu bilang hanya bisa Basic Waltz, aku tahu kamu bisa menari. Dan inilah momentum kita.
Kutarik cepat tangan mu ke arah lantai dansa. Hampir saja kamu menarik diri jika bukan karena kita sudah sampai di tengah.
Ada rasa ragu dan cemas pada mata dibalik topeng itu. Tapi kamu menurut pada instruksiku saat musik sudah mulai mengalun dan Christina Perri mengiringi dansa kita dengan A Thousand Years nya.
Magnetku,
Tubuhmu lentur mengikuti aba abaku sehingga tidak ada insiden terinjak kaki seperti saat terahkir aku berdansa dengan seorang gadis di pesta pernikahan teman kantor.
Aku tahu kamu terpesona padaku dan tidak nyaman di dekatku.
Tapi kamupun juga sudah mempesonaku dengan indahmu. Api laki lakiku serasa ingin meledak saat aku mengangkat tubuh rampingmu di sesi terahkir dansa tadi.
Saat kamu menenangkan diri di pelukanku, akupun juga sedang mendinginkan diriku sendiri.
Dan inilah aku berdiri terengah engah di depan kaca wastafel toilet.
Maaf Melkior, aku pulang lebih awal dari pestamu.
Jika aku ketemu dengan nya lagi, aku tak tahu akan melakukan kebodohan apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ratmoko Ari
Josssssssssssssssssssssssss😁
2022-04-03
0
Ratmoko Ari
jossssssss
2021-07-18
1
Anita Venter
Udah Juna tembak aja langsung, eh panah maksudnya
2020-10-21
3