" Terimakasih Ma..Drew akan hati hati menggunakan uang tsb ", kataku dengan hati mengawang saat mama setuju menambah uang bulanan untuk budget beli baju pesta.
Terbayang gaun sutra warna hijau lumut sebetis yang potongannya manis melekat di badan saat kemaren jalan ke mall.
Aiooo,
dengan make up tipis ala ala korean style dan rambut diblow ringan, penampilanku terbayang okelah.
Pulang praktek dari RS nanti, rencana aku akan ke mall Paragon untuk membeli gaunku.
Semoga masih di tempatnya semula.
Yes !
Keluar dari ruang CT scan, buru buru kubereskan setumpuk berkas dan laporan shift pagi untuk kuserahkan ke mas Pran senior staf di unit radiologi.
Setelah beberapa berkas selesai di paraf, mas Pran menyerahkan nya lagi padaku.
" Tolong, serahkan ke Dr. Kunti ya dek. Saya masih repot nih. Thanks ya ", belum sempat menjawabnya, mas Pran sudah menghilang di balik pintu.
Duuuug.
Auuw.
Aduh keningku.
Sebelum kuketuk ruang Dr. Kunti, daun pintu mengayun dan mendadak terbuka dari dalam.
Semoga dahi majenongku nggak semakin menonjol atau lebam.
Berjongkok sambil mengusap usap dahi, ;:kuambil beberapa berkas laporan yang terjatuh. Kelakuan siapa sih yang nggak hati hati ngebuka pintu.
Mendadak seorang cowok iikut jongkok di sebelahku membantu membereskan berkas.
" Maaf ya, aku nggak liat ada orang di balik pintu. Sini aku bantu merapikan.." ujarnya.
Waktu serasa berhenti berputar saat kulihat wajah itu.
Dia yang di cafe.
Juna.
" Hlah, dunia sempit sekali. Kita ketemu lagi disini. Drew kan. Sudah sehat ?", katanya sambil tersenyum.
" Ini berkasmu yang jatuh. Jangan melongo begitu. Awas ada hantu masuk lewat mulut ", katanya lagi sambil iseng memencet hidungku dan meletak kan beberapa lembar kertas di tanganku.
Untunglah jiwaku segera mengisi raga lagi.
"Terimakasih waktu itu sudah menolong saya. Membayar tagihan nya pula. Kalau boleh, saya ingin mengembalikan ", ujarku sambil tergagap.
" Haiish, nggak usah dipikirin. Apalagi kamu kuliah sambil kost. Budget dokter bisa kamu pakai untuk keperluan kuliahmu. Aku pergi dulu ya. Sampai ketemu lagi ". Dengan tangan dimasuk kan ke saku, dia melangkah keluar meninggalkanku dengan jantung yang masih berdentum seperti meriam tujuhbelasan.
Wahai jantungku.
Pelankan sedikit ritmenya.
Jangan sampai meloncat keluar.
Aku nggak punya serepmu.
Kataku sambil mengelus dada meredakan detak jantungku yang riuh berdetak.
Setelah beberapa kali menarik nafas dalam, aku masuk ke ruang Dr. Kunti menyerahkan berkas2 laporan dari mas Pran.
Done !
Kurapikan tas dan melangkah keluar dari unit radiolog. Setelah menekan tombol sepatu segera kumeluncur di selasar RS yang agak lengang karena pergantian jam kerja para karyawan sudah lewat 1 jam yll.
Meliuk pelan kuarahkan kaki ke halte bus trans di gerbang depan RS dengan senyum secerah mentari.
Gaun sutra hijau lumut, tunggu aku menjadi pemilikmu.
Baik baiklah di rak mu.
Bisik ku dalam hati.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
" Kenapa senyum2 sendiri Jun ", kata Dr Kunti sambil membuka pintu mobil.
" Barusan lihat ada cewek manis bersepatu roda di parkiran. Tadi ketemu di luar pintu ruang kerja mama dan dia cewek yang sabtu lalu Juna tolong ".
" Ouw, yang mendadak pingsan di cafe itu ? Ketemu dimana tadi ? " tanya Dr. Kunti sekali lagi.
" Di pintu depan ruang mama. Tadi Juna ngebuka pintunya terlalu keras, sampai berkas yang dipegangnya pada jatuh ". tersenyum geli Juna teringat wajah kaget Drew saat bertemu dirinya.
" Ouw yang rambutnya di kuncir belakang ? Namanya Drew. Salah 1 mahasiswa Radiologi yang praktek di RS ", kata si ibu melanjutkan.
" Iya Ma. Namanya Juna sudah tahu. Ternyata anak itu manis juga. Tadi dia mau ngembalikan biaya UGD yang waktu itu Juna bayar ", sambil tersenyum dihidupkan nya mobil dan dengan fasih keluar area parkir.
" Mama juga merasa Drew anak yang baik. Cantik juga parasnya walau hanya pakai bedak tipis. Mama senang saat melihat Drew pakai sepatu rodanya di selasar RS. Anak yang energik dan penuh semangat ".
" Jun, jangan kamu manterai dia. Kasian kalau sampai patah hati " , lanjut si ibu dengan tatapan serius.
" Haaish mama.bMantera apaan ? Juna tuh cuman senyum dikit aja, perempuan sudah pada bengong ".
" Makanya kalau senyum jangan sembarangan. Pilih pilih tempat. Kasian anak orang pada patah hati mengejar kamu ".
" Ma, dimana mana jika ada anggur yang manis dan menarik sehingga orang pengen beli, kesalahan bukan pada anggur ", tukas Juna mempertahankan diri.
" Baiklah tuan anggur yang mempesona. Silahkan menebar pesona sesukanya tuan anggur. Pokoknya suatu saat jika mama mempunyai calon yang bagus, kamu harus mengikuti pilihan mama !"
" Bagaimana mungkin pangeran ganteng seperti hamba harus dicarikan jodoh oleh ibunya ? "
" Jangan kepedean ya ! " sahut si ibu gemas.
" Baik paduka ibu, hamba menerima titah padukav", sambil tersenyum kecil Juna memarkir mobilnya di mall terbesar kota itu, Paragon.
Di dalam mall.
" Jun, antar mama ke area baju perempuan ya. Tungguin saat mama di kamar pas. Jangan kamu tinggal ke coffee shop. Jadi kalau mama butuh ganti size, ada kamu yang jalan ke counternya ".
Waduh. Tapi melihat tatapan tidak dari ibunya, membuat Juna tidak berani menolak.
" Oke Juna tungguin. Tapi janji ya Ma, setelah coba 5 baju mama harus beli.
Juna Nggak mau seperti kejadian terahkir. Mama coba 10 baju dan nggak ada 1 pun yang di beli.
Apa semua perempuan seabsurd itu ? "
" Beres. Asal Juna yang bayar belanjaan Mama ".
" Iya Juna bayarin mamaku sayang ", ujarnya sambil mendorong ibunya untuk segera memilih.
Di luar kamar ganti.
" Mbak, bisa minta tolong dibuatkan nota ?"
" Mbak, bisa minta tuker size XLL "
Dua suara terdengar bersamaan memanggil staf counter.
Dan Juna yang pertama mengenali suara yang lain.
" Haiiish, ketemu kamu lagi, Drew. Nggak sedang membuntutiku kan ? " tebak Juna dengan kepedean yang absolut.
" Halo mas Juna ", sapaku manis pada pahlawanku dengan jantung berdegup.
" Tapi sepertinya saya yang lebih cocok bertanya hal yang sama ke mas Juna.Karena saya lebih awal selesai bertransaksi ".
" Mbak bisa dibuatkan notanya ", kataku sambil menyorongkan gaun hijau lumutku ke mbak counter.
" Lagi apa mas ? " kuajak mas Juna ngobrol sambil menanti nota.
" Ini Drew, lagi anter mama pilih baju..Ada relasi mama yang mau mantu. Jadi disi.."
Belum selesai mas Juna bicara, ada panggilan telefon masuk.
" Ya Ma. Tunggu sebentar. Lagi dicarikan.
.Nggaaaak. Juna nggak kemana mana ".
Rupanya mas Juna dicari ibunya.
" Bagus Bu. Jangan segera ketemu dengan baju yang ibu inginkan, supaya anak ibu terus mondar mandir menukar baju ", pikirku jahil teringat dahi majenongku yang agak biru.
" Drew, aku pergi dulu ya. Jangan mengikutiku lagi ". kata mas Juna bergegas ke ruang pas.
Weeek.
Kujulurkan lidah dengan geli padanya walau sudah pergi.
Setelah selesai transaksi, ku segera meluncur pergi dengan sepatu rodaku.
Sebisa mungkin jangan ketemu mas Juna lagi. Karena tubuhku masih terasa ada yang tidak beres saat dekat dekat dengan nya.
Jika rasa berdebar debarnya hanya karena 1 orang, rasanya tidak perlu periksa ke dokter.
Di Kost.
" Jave, tebak aku tadi ketemu siapa di mall " tanyaku pada Jave saat kami WA call.
" Tukang parkir, mbak mbak counter baju, eskalator, lift, dll " tebak Jave asal.
" Bener nih, nggak mau tahu. Nebaknya yang bener dong ".
" Nggak usah kamu kasih tau aku sudah tau koq. .Ketemu mas Juna kan ". Jawab Jave yang membuatku keheranan.
" Koq bisaaa tau? "
" Kan tadi mas Juna WA aku, tanya nomer Hp mu ".
Lapor jave yang membuat tubuhku mulai tidak bisa ?Hah..
batinku terkejut.
" Udah ya Jave, ntar sambung lagi.."
Aku harus segera rebahan menenangkan diri.
" Bener nih, udahan..Kamu nggak minta no nya mas Juna ? Aku punya lo..", goda Jave semakin menjadi jadi.
" Nggak ah.."
" Kenapa ? "
" Takut mati karena kepedean..".
Dan segera kupencet tombol merah di HP ku saat masih terdengar suara keras ketawa Javeline.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ratmoko Ari
jossssssssssss
2021-07-18
1
Ai Emy Ningrum
kirain ada bintang tamu nya chef Juna yg di masterchef Indonesia ituh 🤭🤭🤭 tau nya ya Arjuna sang Pangeran tampan pewayangan...
2020-11-17
2
Cesy
semangaaat
2020-11-06
1