ARJUNA
" Tunggu.." kataku pada Drew.
Tak akan kulepaskan dia sebelum memberi kesan positif.
Dia berhenti namun masih dengan wajah cemberut.
Melihat ekspresi imut anehnya itu sebenernya aku pengen tertawa lagi, tapi akan menjauhkan tujuanku mendekatinya.
" Lihat Dr. Kunti ? " kataku melunak menatap magnetku sendu.
" Sepertinya masih meeting di ruang direktur.
.Ditunggu saja di ruang tunggu. Cuman jam kerja beliau sudah selesai. "
" Ouw, kalau begitu aku akan menunggu di depan ruang Dr. Kunti. Karena tadi pagi sudah janji mau menjemputnya sepulang kerja ".
Dahinya agak berkerut mendengar jawaban diluar dugaan.
" Dr. Kunti itu...." tebakmu hati hati.
" Iyaaa.. Dr. Kunti itu mamaku..", jawabku tersenyum lebar melihat mimik kagetnya.
" Berhubung aku anaknya Dr. Kunti dan cowok baik baik, maukah kamu menemaniku duduk menunggunya ? Nggak enak duduk diam sendiri. Bisa bisa aku ketiduran ",
Usaha lebih keras Jun..Buat peluang bagimu.
- batinku menyemangati.
" Sebagai gantinya, kamu boleh bertanya apapun padaku Drew..Aku tau kamu pasti mempunyai banyak pertanyaan yang butuh klarifikasiku. Benar kan ? ", ujarku meletakkan kartu As padanya.
Yes Jun !
Kamu mendapatkan nya.
Tanpa kata dia meluncur ke arah ruang kerja mamaku. Melihatnya meliuk indah membuatku semakin takjub dan ingin memeluknya sambil merasakan lagi emosi menggelora seperti saat kami berdansa.
" Jangan bengong, ntar kemasukan hantu lewat mulut lo.." katamu saat melihatku melamun.
Magnetku rupanya sudah mulai berani membalik kata..Hahaha..
" Drew..Memangnya nggak ada yang komplain kamu pakai sepatu roda di RS ? ", tanyaku memecah kebisuan kami saat duduk bersebelahan.
" Awal awal dulu sudah bertanya ke Dr. Kunti dan diperbolehkan, asal tahu tempat dan sikon.
Supaya tidak membahayakan orang lain apalagi pasien. Jadi kalau ramai, ya jalan biasa.
Hanya saja tadi siang Dr. Kunti bilang, ada kemungkinan aku diminta melatih beberapa staf RS yang job desknya membutuhkan kecepatan.
Kebetulan selama SMU aku jadi asisten pelatih club di kota asalku jadi mungkin beliau percaya aku mampu melatih staf RS juga ", jelasmu panjang lebar dengan mata berbinar.
Ternyata sepatu roda adalah salah 1 hobi favoritmu, batinku mencatat.
" Pas kecil aku takut bersepatu roda karena pernah jatuh dan luka lumayan parah gara gara di dorong kakakku.
Boleh minta ikut diajarin sepatu roda juga ? ", coba coba kubuat proposal kegiatan bersama.
Bagus Jun ! Skill pendekatan ke cewek cewekmu yll saat ini berguna banget.- Kali ini pengen kujitak keras2 suara batinku.
" Hah..mas Juna mau minta diajarin sepatu roda ? Sudah nggak takut jatuh ? ", katamu dengan mata ingin menertawaiku.
Aku tahu kamu berusaha menggagalkanku , karena rasamu padaku, rabaku dalam hati dengan PD.
" Kalau sekarang aku sudah nggak takut jatuh. Lagipula kan ada kamu Drew.
Kamu pasti akan memegang dan menjagaku baik baik biar nggak cedera kan ? "
Hoeeeek, batinku merasa mual. Jangan terlalu lebay Jun. Norak tau !
" Maksudku..saat melatih, kamu pasti punya banyak tips dan cara jatuh yang aman yang bisa kamu ajarkan padaku. " jelasku lebih lanjut untuk menetralkan motifku.
" Ada sih.." katamu masih ragu.
" Menurutmu sebaiknya kita mulai hari Sabtu atau Minggu ? " kataku mempraktekkan teori menutup negosiasi.
" Ehmm, mas Juna sudah punya sepatu dan perlengkapan nya ? "
" Belum sih. Bagaimana jika kamu membantuku memilih sepatu dll di hari Sabtu, dan kita mulai berlatih di hari Minggu ? "
Kamu tidak memberinya banyak pilihan Jun..Good job ! - batinku memuji
" Sabtu besok aku punya rencana dengan Javeline jam 17. Aku rasa bisa mengantar mas Juna Sabtu siangnya ".
" Sippppp..Terimakasih Drew.." Senyum sumringah tidak pernah lepas dari bibirku.
Kami diam lagi dalam pikiran kami masing masing.
" Kenapa diam Drew ? Tadi katanya pengen mengklarifikasi beberapa hal ke Mas Juna ? " tanyaku hati hati.
" Hanya 1 hal si mas, tapi menggangguku semingguan ini ". katamu lirih.
Ternyata kamu juga merasa kegalauan yang sama.
" Sabtu seminggu yll, aku menemani Javeline ke pesta tunangan sepupunya. Disana aku ketemu dan berdansa dengan seseorang yang mirip banget denganmu.
Apakah partner dansaku itu mas Juna ? "
Katamu langsung pada tujuan.
" Sebelum menjawab, apakah kamu bisa jujur menjawab pertanyaanku ?
Kamu diam.
" Bagaimana perasaanmu saat bertemu dan berdansa dengan nya ?"
" Apakah mas Juna pernah tau etika bertanya " katamu membalas provokasiku saat itu sehingga membuatmu sulit menolak paksaan dansaku.
Gadis cerdas.
" Oke oke..Aku yang menjawab terlebih dulu."
" Iya Drew..Partner dansamu adalah aku.
Please, jangan pingsan.
Karena saat ini kita hanya berdua.
Apa nanti kata mamaku jika melihatmu pingsan karenaku ",
aku mencoba melucu supaya kamu tidak terlalu shock.
Tiba tiba tanganmu terulur meninju dadaku.
Duug..Nggak terlalu keras, tapi cukup mengagetkanku.
" Kenapa meninjuku ? "
" Itu untuk ...Gara gara penasaran siapa partner dansaku, aku jadi sulit tidur berhari hari..! "
katamu dengan mata melotot yang justru membuatmu semakin menarik
" Apakah ada hal lain yang membuatmu sulit tidur ? " tanyaku mencari jawaban hatinya.
" Tidaak ada " katamu sambil memalingkan wajah, enggan menatapku.
" Karena aku sudah memuaskan rasa penasaranmu, apakah kamu mau menjawab pertanyaanku tadi, Drew ? "
Setelah kamu diam beberapa waktu,
" Untuk saat ini, tidak. Mungkin suatu saat jika aku sudah lebih paham pada jawaban nya, aku akan mengatakan nya pada mas Juna "
" Oke. Aku bisa menerima dan akan menunggu jawabanmu ".
Dan tepat pada saat itu, mamaku muncul.
" Ma..Drew sudah setuju untuk melatihku ber inline skate ", jelasku sebelum mama menginterogasi kami yang akan membuat Drew tidak nyaman.
" Pas banget. Direktur Operasional sudah setuju usul mama, jika Drew akan melatih in line skate staf pengiriman dokumen antar unit.
Kamu bisa bareng latihan dengan staf RS ini, Jun.." kata Mama nggak sensitif banget.
" Nggak bisa dong Ma, karena pasti waktu latihan nya berbeda " kataku ke Mama sambil memberikan wajah memelasku.
" Bisa kan Drew, dijadikan 1 latihan..
Supaya Drew nggak buang buang waktu dan kamu bisa menghemat uang les, Jun ".
" Mamaaaa...", wajahku pasti sudah menunjukkan ekspresi putus asa, sehingga guru inline skateku sampai menyelamatkanku.
" Nggak apa apa Dok. Saya bisa membuat jadwal latihan yang berbeda untuk staf dan mas Juna ". kata Drew yang membuatku ingin menciumnya.
" Mama tau banget modusmu ! " bisik mama saat mendekatiku.
Dan aku memohon dengan pandangan mataku supaya Mama membuatnya menjadi rahasia level A.
" Dokter Kunti..Mas Juna.. Saya pamit dulu. "
" Bareng kami aja Drew. Toh arah pulang kita sama " kataku dan mama langsung menginjak kakiku tak kentara.
" Terimakasih Dok. Saya pulang sendiri saja, karena masih ada keperluan " elak Drew menahan diri.
Dan saat aku ingin menjawab, mama menusuk igaku dengan sikunya.
" Oke Drew. Sampai ketemu besok. Jangan lupa mengerjakan hasil konsultasi kita tadi siang "
" Selamat sore Dr. Kunti..mas Juna.." katamu sebelum membalikkan badan dan meluncur meninggalkan kami.
" Arjunaaaa..Entah apa rencanamu tapi ingat, Jangan terlalu banyak dan cepat supaya tidak muntah ! "
" Trimakasih Ma sudah mengingatkan Juna " kataku sambil mencium pipi Mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ratmoko Ari
Josssssssssssssssssssssssss🦭
2022-04-03
0
Ratmoko Ari
josssssssss
2021-07-18
1
Orang Baik
Aih.
jadi meleleh
2020-12-28
1