" Kangmbok Ayu Kunti, walau terasa sulit menelan makanan karena marah dan sedihmu, cobalah untuk makan sehingga tubuh kangmbok Ayu bertenaga."
" Demikian juga kalian para putra kangmas Pandhu. Paman sudah siapkan makanan untuk kalian semua.
Yudhistira, ajaklah adik adikmu makan..
Hari sudah siang. Setelah membersihkan diri, kita bisa bicarakan langkah selanjutnya," bujuk Yama Windura kepada keponakan dan iparnya.
Setelah membersihkan diri, makan dan secara mental lebih siap, Yudhistira mengajak adik adik dan ibunya berbicara kepada Sang Paman.
" Paman, Terimakasih atas bantuan paman Windura kepada kami. Melihat nyala apa yang sangat besar tadi, jika tidak ada terowongan yang paman buat, kami pasti sudah tewas terpanggang. Saat ini karena rasa marah masih menguasai hati adik adik dan supaya keputusan yang kami buat benar, tentang langkah selanjutnya kami serahkan pada keputusan kepada ibu. Karena ibu pasti sudah menimbang banyak hal dengan arif..", tutur Yudhistira bijak mewakili adik adiknya.
" Anak anakku putra Pandhu dan kakang adi Windura, aku sangat bangga padamu semua. Kebaikan hati, kecakapan, kebijaksanaan dan kehormatan selalu menjadi mahkota di dalam diri kalian. Di dalam situasi apapun.
Maaf jika keputusan ibu nanti membuat kalian tidak nyaman.
Semua pertikaian dengan putra kangmas Destarata selalu terjadi sejak kalian kecil. Ini adalah takdir yang terjadi atas seijin Sang Hyang Widhi. Dan semakin hari, kekejian yang Duryudana lakukan bersama mahapatih Sengkuni semakin buruk bahkan mengancam keselamatan kita semua.
Saat ini ibu mempertimbangkan supaya kita menyingkir menjauhi Kurawa.
Walaupun pamanmu Windura berjanji akan memperjuangkam keadilan padi ibu dan anak2 Pandhu, ibu tidak yakin pamanmu Destarata akan diam saja saat melihat Duryudana dan aduk adiknya dihukum.
Resi Bisma, guru Durna dan Kreta serta semua pihak bahkan seluruh rakyat Hastinapura bisa dalam situasi yang sulit karena hal ini. Jadi ibu putuskan, kita akan mengembara mencari pengalaman hidup untuk menggembleng diri dan watak kalian menjadi manusia unggulan.
Tidak perlu khawatir akan kesusahan nya. Bukankah kalian anak anak yang hebat yang terbiasa prihatin dalam tapasidi. Dan Sang Hyang Widhi pasti akan selalu membantu kita, " tuturku pada mereka semua berharap anak anakkuPandawa bisa memahami alasanku tidak memperpanjang kejadian upaya pembunuhan yang dilakukan sepupunya ini.
" Dan Dimas Windura..Jika situasinya tepat, sampaikan salamku pada Resi Bhisma,. Jangan sampai cerita kematian kami yang dibawa oleh patih Sengkuni menyebabkan kesedihan mendalam bagi beliau, " ujar ku kepada adik ipar yang sudah selalu membantu dan mendukungku selama ini.
Dan besok pagi pagi, kami mohon pamit dari padepokan ini.
Bagaimana kami dapat membalas kebaikan dan bantuan ayah mertuamu, Resi Gunabantala," ujarku sambil menatap Yama Windura.
" Nggak perlu dipikirkan kang mbok Ayu, aku dan Bapa Resi hanya melakukan yang harus kami lakukan. Dan aku menghargai keputusan kang Mbok jika saat ini ingin menutupi sinar cemerlang putra putramu demi kebaikan mereka. Aku akan meminta abdi menyiapkan perbekalan untuk kalian. Sebentar lagi aku akan kembali ke istana Hastina, jangan sampai Sengkuni mencurigaiku karena tidak hadir di pertemuan yang membahas kejadian Bale Sigala gala .
Selamat jalan..Semoga Sang Hyang Widhi selalu mendampingi dan memudahkan perjalanan kalian.".
Segera setelah Yama Windura memberkati para pandawa, dia pergi meninggalkan kami.
--------------------------------
Sebelum matahari terbit kami berpamitan kepada Resi Gunabantala dan segera melangkah ke arah selatan untuk memulai pengembaran.
Sepanjang perjalanan, kami menjadi lebih bersatu padu, sepemahaman seperasaan sebagai keluarga.
Kami tidak pernah kelaparan, karena kepiawaian Arjuna memanah dan kepandaian saudara saudaranya yang lain memudahkan kami mendapatkan makanan.
Bahkan ketrampilan penyembuhan Sadewa berkembang pesat. Baik untuk menyembuhkan saudara saudaranya yang cedera saat berlatih ilmu kanuragan ataupun menyembuhkan hewan terluka yang kami temui di perjalanan.
Sedangkan putra Dinda Madrim yang lain, Nakula.. saat sudah selesai membantuku menyiapkan makanan, dia akan melatih energi jiwanya untuk bercakap cakap dengan hewan hewan yang ada di hutan ini.
Anak anak yang luar biasa.
Arjuna.
Jika dia pamit pergi hingga purnama selanjutnya, pasti Arjuna sedang mencari guru yang akan mengajarinya atau bertapa entah dimana sesuai pesan Dewata yang dia temui dalam mimpi.
Berteman karib dengan Dewata dan menjadi kesayangannya, Arjuna sering mendapat ilmu kanuragan dan senjata baru.
Bahkan kepandaian, kebaikan dan wajah rupawan Arjuna membuatnya banyak dicari bidadari dan dewi dewi dari khayangan.
Duh..Daneswara putraku yang tak pernah menolak cinta..
Kesulitan jika ikhlas dijalani akan membawa kebaikan dan keberuntungan sebagai ganjarannya.
Bima.
Dengan badan besar gagah perkasa walau kadang kurang santun, di tengah pengembaraan kami ini , putra Bayu justru menemukan jodohnya yang rupawan.
Dewi Nagagini.
Putri cantik Batara Anantaboga dari Kahyangan SaptaPratala lah yang menjadi istrinya. Tetapi karena masih dalam masa mengembara, Istri dan anak dititipkannya pada ayah Mertuanya untuk diasuh.
Yudhiistira.
Sulungku yang terlalu baik putera Batara Dharma.
Bijaksana, bukan pendendam, selalu mengalah dan menghormati yang lebih tua. Tetapi karena hal itu, adik adiknya sangat menghormati Yudhistira dan menuruti kehendaknya.
Semoga kelak Dharma memberinya istri dan jalan hidup yang lurus.
Dalam pengembaraan ini, saat kami mendekati keramaian sebuah kerajaan, Yudhistira, Bima dan Arjuna akan mencari sedekah dengan menyamar sebagai Brahmana.
Hari ini terasa lama.
Mengapa mereka tidak segera pulang ?
Nakula dan Sadewa sudah selesai membantuku sedari tadi.
Apakah ada hal buruk ?
Mengisi waktu sebelum senja, aku bergegas meracik beberapa rempah minuman penghangat untuk kuhidangkan bagi kami semua saat mereka pulang.
Tiba tiba terdengar langkah beberapa kaki mendekat.
Ah..anak anakku sudah pulang rupanya.
Sayang susu rempah yang akan kuhidangkan belum masak.
Biarlah mereka membersihkan diri terlebih dahulu, pikirku sambil melanjutkan pekerjaanku.
" Lihatlah Ibu, hari ini Arjuna membawa sedekah !", suara berat Bima terdengar menggelegar di pintu pondok kecil beratap daun rumbia yang kupakai untuk istirahat dan menyiapkan makanan.
" Ya anakku..Bagilah apa yang kamu dapatkan sama rata diantara kalian ", jawabku tanpa melihat pada mereka dan terus melanjutkan kegiatanku menyiapkan susu rempah.
Di sudut batinku terasa ada yang salah dari ucapanku.
Segera aku selesaikan pekerjaanku dan menghampiri mereka.
Kulihat semua sudah duduk bersama mengelilingi tunggul kayu tempat kami biasa makan.
Semua diam terpekur sambil menunduk dalam dalam.
Kesunyian berbeda yang seharusnya sudah kurasakan sejak tadi.
Splaaaash.
Kuyakinkan penglihatanku lagi.
Ada seorang gadis cantik berbusana gemerlap yang duduk merapat di sebelah Arjuna.
Siapakah putri itu ?
Jangan jangan itukah sedekah yang Bima sebutkan ?
Apa yang sudah aku lakukan ?
Mendadak kakiku lunglai.
Rasa takut merayap di dalam hatiku.
Jiwaku pasrah menanti amarah Dewata.
Ibuuuu...!
Kurasakan tangan Bima sigap menahan tubuhku sebelum semua terasa gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ratmoko Ari
josssssss
2021-07-18
1
RR Wulandari
halo, The Lost Empress datang.. xoxo nyicil beberapa chapter nih..
anyway ceritanya bagus ❤❤👌 tapi sebaiknya jangan menyingkat kata yang berulang dengan angka 2 wkwk seperti lamat-lamat jadi lamat2, trus di awal kalimat untuk penunjuk jumlah, selalu gunakan kata bukan angka seperti 'Dua jam' bukan '2 jam', dan pastikan menggunakan huruf miring jika menuliskan kalimat yang terlontar dalam benak/hati para tokohnya. ❤ semangaaat nulis!
2020-12-03
4
Elegi Senja
semangat selalu kakak authorku😍
2020-10-27
2