Keesokan harinya
Kuki mendengar ada yang mengetuk pintu depan, Kuki menghampiri nya dan membukakan pintu
Terlihat kak Rei (sahabat kak Shahiro) menyapa Kuki diluar Sana, Kuki yang tau siapa kak Rei langsung memeluk kak Rei sejenak dan langsung berlari ke dalam untuk memberitahu kakaknya (kak Shahiro)
:"Kakak, kakak!! ada temen kakak noh!"
:"Hm... siapa..?"
:"KAK REI!!" Kuki yang teriak
:"Hah? oh iya kakak kesana sekarang!"
Kak Shahiro langsung keluar dari kamarnya, aku yang baru saja berada diruang tamu melihat kak Shahiro terburu-buru pergi ke pintu depan
:"Kakak kenapa dek?"
:"Ada temen kakak, kak Rei"
Kuki duduk disofa
:"Kak Rei dateng kesini? bukannya dia lagi diluar negeri?" tanyaku melihat kearah pintu depan
:"Gak tau, tapi Kuki seneng! kak Rei dateng kesini buat main"
Kak Rei dan kak Shahiro masuk kedalam rumah setelah berbincang sejenak diluar tadi
:"Halo anak-anak^^" kak Rei menyapa
:"Halo kak"
:"Hallo kak Reii"
.
Kak Rei, dia adalah teman kak Shahiro dari sejak SMP. Saat ini, kak Rei sudah memiliki pekerjaan yang bagus. Awalnya, ia ada di luar negeri untuk bekerja, dan sekarang ia mungkin berfikir untuk mengunjungi temannya itu (kak Shahiro)
Terdengar mereka yang asik berbincang-bincang diruang tamu, menanyakan kabar dan lain sebagainya. Aku menyuguhkan teh untuk kak Rei minum
:"Yoi bro, btw, Hanabi lu ngapain?" kak Rei kebingungan
:"Apalagi? mau gw siram aja kah?"
:"Ni bocah masih jutek aje_-"
:"Hanabi, beliin kakak rokok dong"
:"Gak ada rokok-rokok an, gw bilang ke ibu lu"
:"Oke gak jadi."
:"Pfftt... galak amat lu neng" sahut kak Rei
:"Terserah"
Aku langsung pergi Dari Sana dan masuk kedalam kamar sebentar, tanpa sadar mereka yang mengganti topik menceritakanku
Shahiro pov
:"Hanabi, dia makin dewasa aja ya"
:"Iya gak kayak lu, bocah"
:"Tipe anak minta dihajar_-*"
Rei yang ingin meminum teh buatan Hanabi, dengan cepat aku langsung memperingatinya
:"Hati-hati, takutnya dikasih racun sama adek gw"
info:Hanabi suka sekali mengerjai Rei karena menurutnya Rei itu lucu
:"Pfftt!!!!! gila asin banget!!!!!" Rei yang langsung menyemburkan teh itu
:"Nah kan beneran, dijailin lagi lu"
Aku melihat Hanabi yang sudah menunggu moment ini dari tangga, terlihat jelas dia tertawa walau tak bersuara
Aku yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepala dan pergi mengambilkan tisu untuk membersihkan kekacauan itu
Shahiro pov end
Rei pov
Gw rei, sahabat Shahiro
Yang lagi dikerjain sama adek nya yang non ahklak
:"Bocah gak ada ahklak" batin gw
Jelas-jelas gw denger Hanabi yang asik ketawa di atas Sana, gw langsung cepat-cepat ngejar dia sementara dengan cepat dia langsung berlari ke kamar nya dan menutup pintu
:"Awas aja lu ya!!"
Rei pov end
Hari menjelang sore, kak Rei memutuskan untuk menginap dirumah untuk 1 malam ini
:"Awas aja lu kalau jailin gw lagi"
:"Dih, suka-suka gw lah"
:"Sabar Rei, namanya juga adek gak ada ahklak" kak Shahiro yang memanas-manaskan keadaan
:"Gw kubur idup-idup lu bang"
.
Malam itu terlewati, bagiku itu sungguh menyenangkan. Apalagi kak Rei sudah ku anggap sebagai kakak sendiri.
Minggu pagi
Aku dan kak Rei sedang asik mengobrol di tangga. Ya, kami duduk di tangga dan mengobrol disana. Itu sudah menjadi kebiasaan kami
Kami membicarakan tentang bagaimana keadaan Lily, dan banyak hal lainnya
:"Btw, mau gw traktir kagak"
:"Tumben baik, kesambet apa lu?"
:"Ni bocah giliran dibaikin malah curigaan_-, dahlah males gak jadi"
Kak Rei langsung pergi dari tangga, sementara aku panik karena aku menyia-nyiakkan kesempatan itu
:"WAAAAAHH HANABI MAU DI TRAKTIR KAK REEIIII"
Aku langsung berlari ke arah kak Rei dan memeluknya
:"Gak jadi di traktir!!"
:"Huwaaaaa abang kak Rei pelit!!"
:"KAGAK!! LU NYA AJA NON AHKLAK"
Aku pun mulai menjahili nya lagi seperti biasa
.
Kau pikir menyenangkan menjahili seseorang? mungkin memang iya, tapi bagaimana dengan sudut pandang orang itu sendiri? dengan 1 ejekan.
-Bisa saja ia hancur berkeping-keping.
Reflek aku yang tiba-tiba terpikirkan hal itu, langsung meminta maaf ke pada kak Rei dengan tatapan kosong
:"Ah.. maaf.."
:"Eh? gak papa kok.. lu napa..?"
Kak Rei yang terlihat mulai panik, mencoba mencari tau apa yang salah
:"Gak papa kok kak! ^^" jawabku
Memang terkadang perasaan bisa acak-acakkan dan membuat pikiran bingung, tapi hal itu bukan termasuk hal yang harus diperhatikan. Karena kita sendiri lah yang harus memilih, kita harus melakukan apa nantinya, agar tak membuat masalah.
Aku langsung pergi ke kamar sementara kak Rei hanya menyaksikan ku di bawah sana (ruang tamu)
Rei pov
:"Ah..."
-Sebenarnya apa yang terjadi padanya? sampai dia bisa kehilangan kesenangan nya dalam sekejap padahal tidak ada masalah apapun.
Itulah yang ku pikirkan. Melihat Hanabi yang pergi ke kamarnya, aku akhirnya mencari Shahiro untuk menanyakan apa yang terjadi pada hanabi sebelum nya, karena aku merasa khawatir dan takut kejadian itu terulang lagi (Hanabi yang hampir bun*h diri)
Aku terus mencari Shahiro, memanggil namanya berkali-kali, tapi tetap tidak terdengar jawaban apapun
Rumah itu seketika menjadi sangat sunyi, padahal itu masih pagi.
Rei pov end
Sementara di kamarku
:"Hah... hiks...."
Aku menutup mulutku dengan kedua tangan dan memejamkan mata,aku menutup mulut agar suara tangisku tidak terdengar sampai keluar kamar.
.
Kenapa kau tiba-tiba menangis? padahal tak terjadi apapun, jika kau takut, maka hilang saja.
:"! Hiks..."
Aku merinding.
Jelas-jelas aku mendengar diriku sendiri berbicara, tanpa kemauan ku. Takut akan menghancurkan hati orang lain juga, aku yang sangat menyayangi orang lain, tapi membenci nya juga. Membuatku selalu merasa bersalah atas apa yang terjadi pada diriku sendiri. Aku tidak ingin ada yang terluka sama sepertiku, walau itu sekedar masalah sepele yang masih bisa diselesaikan dengan kata-kata.
.
.
:"ITULAH SEBABNYA JANGAN NAKAL! KAU MEMBUATKU HAMPIR MAT* GARA-GARA MAINAN MU ITU!"
:"Tapi kau lah yang tidak melihat jalan"
:"Kau lah yang seharusnya sadar bahwa ini bisa berbahaya, kau mau aku mat* hah?"
:"Ya, aku mau kau mat*, atau lebih baik aku lah yang mat*"
Aku ingat jelas apa yang ku katakan saat itu, pak tua sialan itu menggertakku padahal mainan itu sudah ku singkirkan agar tak melukai "siapapun".
Aku paling benci disaat aku mengingat hal yang membuatku muak akan kehidupanku ini, yang bisa kulakukan hanya menangis layaknya anak yang minta diperhatikan tapi tidak mendapatkan perhatian itu.
Aku menangis kencang dan mungkin Saja terdengar. Walaupun aku sudah berusaha untuk menutupi tangisan itu bagaimana pun caranya
:"HANABI?!"
Terdengar jelas kak Rei yang teriak dan menaiki tangga dengan terburu-buru
~ch 4 selesai~
sankyuu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments