Seira tampak berdiri menatap photo seorang perempuan berukuran besar, di ruang kerja Papanya. Air matanya menetes begitu saja tanpa bisa ditahannya. Hingga sebuah tangan kekar yang melingkar di lehernya, berhasil menghentikan tangisnya.
"Kenapa kamu menangis?" Tanya Sheran.
"Dulu aku selalu menatap photo ini penuh kebencian, karena perempuan inilah yang selalu membuat Papa menangis. Tapi entah kenapa, setelah bertemu Aunty Sanchia, pandanganku terhadapnya berubah. Dia memang sangat cantik, lembut dan baik hati. Pantas saja Papa mencintainya sedalam itu. Saat ini aku benar-benar merindukan Aunty Sanchia." Seira kembali berkaca-kaca, hingga Sheran mengelus bahu Seira berusaha menenangkannya.
"Kita tumbuh dalam bayang-bayang nama Sanchia, Papa seringkali menceritakan kebaikan dan kehebatan Sanchia, sampai kita seolah mengenalnya dengan baik. Padahal kita bahkan tidak mengenal Mama kita sendiri, sampai kita sendiri yang berusaha mencari tahu kehidupan Mama kita dulu. Yang kita tahu, perempuan yang dicintai Papa kita hanyalah Sanchia, tidak ada yang lain." Ucap Sheran tenang.
Pandangan Sheran kini beralih pada photo lain yang terletak di sebelah photo yang tadi ditatapnya. Seorang pria tampan dan gagah, dengan stelan tuxedo hitamnya, tampak memamerkan senyum penuh pesonanya.
"Papa bilang, dia selalu bahagia saat bersama Sanchia. Papa pun sudah cukup berusaha memperjuangkan cintanya. Tapi kebahagiaan Sanchia memang bukanlah Alrico.. Itu yang selalu dia katakan." Lirih Sheran.
(Kalau yang baca The Killer Knight VS The Mafia Queen, pasti tahu sama sosok Alrico ini)
"Tapi kebahagiaan Alrico adalah Sanchia, Seira dan Sheran.." Timpal Seira, yang diangguki Sheran.
"Kita lahir bukan karena diinginkan, tapi aku sangat bersyukur karena memiliki Papa. Papa pun selalu mengatakan, kalau kita adalah anugerah terindah di hidupnya, yang tidak pernah Papa duga." Ucap Seira kembali meneteskan air matanya.
FLASHBACK ON
Seira dan Sheran adalah anak yang lahir karena sebuah kesalahan Papa dan Mamanya. Papa mereka yang bernama Alrico dan Mama mereka yang bernama Tasya, bertemu di sebuah club malam secara tidak sengaja. Saat itu, Alrico sedang bersedih karena Sanchia, sahabat terbaik yang diam-diam dicintainya, tewas dibunuh oleh klan mafia.
Tasya pun tidak jauh berbeda, sedang kalut karena dikhianati kekasihnya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Keduanya mabuk berat, hingga akhirnya mereka melakukan one night stand di hotel yang terletak tepat di sebelah club malam itu.
Keesokan harinya, keduanya bangun dalam keadaan tubuh polos tanpa sehelai benang pun. Mereka benar-benar terkejut, namun setelah mencoba mengingat apa yang terjadi, Alrico meminta maaf pada Tasya. Namun Tasya pun tidak menyalahkan Alrico, karena dalam keadaan setengah sadar, Tasya tidak menolak saat Alrico berusaha menyentuhnya. Justru Tasya yang dipenuhi hasrat dan rasa marah pada mantan kekasihnya, malah menikmati sentuhan Alrico yang terus saja menyebut nama "Sanchia".
"Aku sungguh-sungguh minta maaf.. Aku tidak melakukannya dengan sengaja. Semalam aku mabuk berat."
"Tidak perlu meminta maaf, aku pun bersalah. Setelah ini kita tidak usah bertemu lagi. Aku juga akan pergi ke luar negeri untuk bekerja disana." Alrico sedikit terkejut dengan reaksi perempuan dihadapannya. Sama sekali tidak ada penyesalan atau kesedihan, perempuan itu justru tidak ingin bertemu lagi dengan Alrico.
"Baiklah, aku pergi ya.." Perempuan itu beranjak hendak keluar dari kamar hotel itu.
"Tunggu.. Ini kartu namaku. Hubungi aku, jika kamu memerlukan sesuatu." Tasya menerima kartu nama yang disodorkan Alrico, lalu segera keluar dari kamar itu. Meninggalkan Alrico yang memukul-mukul kepalanya, karena menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya.
'Alrico, kamu benar-benar bodoh. Bagaimana bisa kamu melakukan kesalahan sefatal itu? Bagaimana kalau perempuan itu hamil?' Rutuk Alrico dalam hati.
Selama berbulan-bulan, Alrico dan Tasya menjalani kehidupan mereka masing-masing. Tasya memang benar-benar pergi ke luar negeri, sedangkan Alrico berada di Indonesia, berjuang mencari keberadaan Sanchia yang ternyata belum meninggal. Klan Mafia Toddestern yang menculik Sanchia, ternyata tidak benar-benar membunuh Sanchia. Tapi membuat Sanchia seolah-olah sudah meninggal, agar keluarga Sanchia tidak lagi mencari keberadaan Sanchia.
Alrico pun begitu bahagia saat lebih dari sebulan kemudian, Sanchia kembali pulang dalam keadaan selamat. Tapi kebahagiaannya tidak berlangsung lama, karena Alrico kembali harus menelan pil pahit, mendengar Sanchia akan menikah dengan Ketua Klan Toddestern yang sudah menculiknya.
Kemurkaan Alrico dan usahanya untuk menghentikan pernikahan Sanchia rupanya tidaklah berguna. Pada akhirnya Sanchia tetap menikah dengan pria pilihannya itu, membuat Alrico benar-benar kecewa dan marah bahkan berubah jahat.
(Nah kalau ada yang penasaran tentang kisah Sanchia dan Sall, Sang Ketua Klan Mafia Toddestern yang merupakan musuh besar Alrico, bisa mampir ke The Killer Knight VS The Mafia Queen ya..)
Bulan demi bulan berganti, tiba-tiba Alrico mendapat pesan dari sebuah nomor tidak dikenal, yang mengatakan kalau anaknya sudah lahir. Tentu saja Alrico terkejut bukan main, kejadian one night stand yang sempat disesalinya dulu, bahkan sudah hampir dia lupakan. Tapi ternyata perempuan itu benar-benar hamil dan melahirkan anaknya, sehingga Alrico memutuskan untuk datang menemui perempuan itu di sebuah Rumah Sakit yang berada di Singapore.
Dua bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tampak tertidur lelap di box mereka masing-masing. Hati Alrico seketika dipenuhi kebahagiaan dan rasa syukur yang tiada henti. Bahkan sama sekali tidak ada rasa menyesal, karena dia sudah melakukan kesalahan yang membuatnya menjadi seorang ayah tanpa sengaja.
Sebuah senyuman juga terulas di wajah Tasya yang memandang ke arah Alrico dan kedua bayinya secara bergantian.
"Aku belum memberi mereka nama.. Apa kamu memiliki nama untuk diberikan pada mereka?" Tanya Tasya.
"Sheran & Seira.. Sepertinya nama itu sangat cocok untuk mereka." Jawab Alrico tanpa mengalihkan pandangannya dari dua bayi kembarnya.
"Sheran & Seira.. Indah sekali." Ucap Tasya seraya mengulas senyum indahnya.
"Alrico.. Aku titipkan mereka padamu, sepertinya aku tidak bisa menemani mereka tumbuh." Alrico yang terkejut mendengar perkataan Tasya, langsung mendekat ke arah Tasya.
"Apa maksudmu? Kita akan membesarkan mereka bersama-sama." Jawab Alrico, yang langsung dibalas senyuman lembut di wajah Tasya.
"Aku percaya kamu adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Aku juga yakin, kalau kamu akan jadi ayah yang hebat untuk si kembar. Katakan pada mereka, kalau aku sangat mencintai mereka. Aku juga meninggalkan mereka banyak surat, ungkapan perasaanku tentang kisah pertemuan kita yang merupakan kesalahan yang tidak pernah aku sesali, juga rasa syukurku karena dianugerahi dua anak kembar yang tampan dan cantik." Entah kenapa perasaan Alrico begitu sesak mendengar perkataan lirih Tasya, terlebih pandangan Tasya yang semula berbinar kini berubah redup.
"Tolong jaga mereka. Cintai mereka setulus hatimu, meskipun tidak ada cinta diantara kita berdua. Maafkan aku Al.." Tiba-tiba Tasya tidak sadarkan diri. Alrico segera memencet tombol nurse call, hingga beberapa saat kemudian perawat dan dokter datang untuk memeriksa keadaan Tasya. Namun sayang, Tasya tidak dapat diselamatkan, karena preeklamsia yang sudah dideritanya.
Preeklampsia biasanya timbul saat ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan. Biasanya, preeklampsia terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan. Preeklampsia bisa diobati namun juga bisa menjadi parah dan menyebabkan plasenta terpisah, kejang, atau sindrom HELLP. Ibu dengan sindrom HELLP dapat mengalami kerusakan hati yang berjalan dengan cepat. Tanpa perawatan yang baik, preeklampsia juga bisa menyebabkan kematian ibu setelah persalinan.
Alrico meremas rambutnya dengan kasar, air matanya jatuh tanpa bisa dia tahan. Seolah tahu apa yang terjadi pada ibunya, Sheran dan Seira terbangun lalu menangis keras secara bersamaan.
Alrico refleks menenangkan kedua bayi kembarnya, sementara Dokter dan para perawat mengurus Tasya yang sudah meninggal.
"Jangan menangis anak-anakku. Mama kalian akan menjaga kalian dari surga, Mama kalian benar-benar menyayangi dan mencintai kalian berdua." Ucap Alrico seraya mencium pipi kedua bayi kembarnya, lalu memegang jari-jari mungil mereka dengan lembut. Perlahan tangis si kembar reda, berganti senyuman manis yang bisa meluluhkan hati siapa saja.
FLASHBACK OFF
*************************
Shawn dan Drake kembali berkutat di hadapan laptop dan banyak peralatan canggih dihadapan mereka, ditemani Tim IT yang selama hampir 2 hari ini mencari keberadaan Shanaya tanpa henti.
Tok..Tok..Tok..
Sebuah ketukan menarik atensi semua orang di ruangan itu, hingga memandang ke arah pintu. Drake segera membuka pintu yang memperlihatkan kedatangan Ivone dan juga Alice yang merupakan anak dari salah satu petinggi Klan Toddestern.
"Ada apa Ivone?" Tanya Drake heran.
"Aku ingin bertemu dengan Tuan Muda." Jawab Ivone.
"Masuklah.." Shawn yang mendengar perkataan Ivone dari dalam, segera menyuruh Ivone dan Alice masuk.
"Ada apa Ivone?" Shawn sedikit penasaran dengan kedatangan Ivone, apalagi Alice yang cukup dikenalnya juga ikut datang.
"Tuan memegang kalung Angel's hand milik Nona Shanaya kan? Coba lacak dengan chip yang terdapat dalam kalung itu, sepertinya Nona Shanaya memakai pasangannya." Rasa terkejut jelas terlihat di wajah Shawn. Terbukti sudah, kalau Shanaya memanglah perempuan penyelamat yang seringkali membantu Shawn dalam misinya. Itu berarti memang Shawn-lah penyebab Shanaya menderita cedera saraf tulang belakang, hingga harus dirawat sebelumnya.
Begitu banyak hal yang ingin Shawn tanyakan pada Ivone, tapi saat ini Shawn memilih mengeluarkan kalung milik Shanaya dari saku celananya. Memang kalung itu tidak pernah lupa Shawn bawa, karena niatnya yang begitu besar untuk menemukan pemilik sesungguhnya dari kalung itu.
"Bagaimana cara membuka dan mengambil chip dalam liontinnya?" Shawn menyodorkan kalung milik Shanaya yang berbentuk telapak tangan itu pada Ivone. Ivone lalu menyentuh ujung liontin berbentuk jari telunjuk, hingga liontin pada bagian telapak tangan mulai terbuka dan menunjukkan sebuah chip berukuran kecil.
Tanpa membuang waktu, Shawn segera mengambil chip itu dan melacak keberadaan Shanaya. Alangkah terkejutnya Shawn, saat matanya menangkap lokasi keberadaan Shanaya saat ini. Semua orang pun dibuat terhenyak melihat lokasi itu.
"Denmaaark?"
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Atik Marwati
semoga nanti semua bisa bertemu dan berbaikan berakhir hidup berdampingan dengan bahagia...aamiin..
2023-11-29
1
mama Al
maksudnya mama sancia itu rada besar apa photonya yang besar
2023-01-30
1
Senajudifa
baca 5 bab aja msh banyak yg belum terkejar...aku mampir y
2022-07-29
2