Malam sudah semakin larut, bahkan hanya ada petugas Security yang berada di perusahaan, selain Shawn dan juga Drake tentunya. Namun Shawn masih berkutat dengan tumpukan dokumen dan file di laptopnya. Belum ada tanda-tanda Shawn akan menghentikan kegiatannya, jika tidak ada yang mengingatkannya.
Drake yang duduk di sofa tepat di seberang meja Shawn, menutup laptopnya lalu berdiri dari duduknya.
"Shawn, sudah malam sekali. Apa kamu mau menginap lagi di Rumah Sakit?"
Shawn melirik sekilas jam di pergelangan tangannya sebelum mengangguk yakin dan menyimpan file juga mematikan laptopnya.
"Ternyata sudah malam sekali, aku akan menginap di Rumah Sakit. Besok pagi Shanaya sudah diperbolehkan pulang, aku akan mengantarkan Shanaya ke mansion. Kalau bisa tolong aturkan schedule-ku, agar besok aku tidak perlu datang ke perusahaan." Ujar Shawn yang langsung disetujui Drake.
"Okay Shawn.. Aku akan me-reschedule kegiatanmu untuk besok. Ayo kita berangkat ke Rumah Sakit." Ajak Drake yang langsung diangguki Shawn.
Shawn baru saja hendak melangkah keluar bersama Drake, saat tiba-tiba mendapat kabar yang sangat mengkhawatirkan dari Daddy-nya. Sall mengatakan kalau saat ini ada sekelompok orang yang mengikuti dan memata-matai Sall dan Sanchia di Turki. Memang kedua orangtua Shawn dilindungi oleh cukup banyak pengawal saat ini, tapi Sall khawatir, jumlah orang yang mengincar mereka jauh lebih banyak dari yang diperkirakan.
Shawn langsung berinisiatif untuk mengirimkan banyak anak buahnya untuk melindungi Daddy dan Mommy-nya disana, namun Sall menolaknya. Sall justru mengatakan, kalau mereka akan mengalihkan perhatian agar sekelompok orang yang mereka duga klan musuh itu, tidak menemukan fakta-fakta penting mengenai Klan Toddestern. Sall memutuskan untuk mencari perlindungan dari Klan Wang Eagle di Korea Selatan untuk saat ini.
Daddy
Daddy akan memutus komunikasi untuk sementara denganmu, dengan Shanaya juga klan. Tunggu Daddy menghubungimu untuk langkah selanjutnya. Jaga adikmu baik-baik, tetaplah bersama dan jangan membuatnya kesepian. Daddy akan meminta bantuan Uncle Brandon di Korea. Daddy dan Mommy menyayangimu dan Shanaya.
Shawn menatap nanar pesan terakhir dari Sall, sebelum nomor Daddy dan juga Mommy-nya benar-benar tidak bisa dia hubungi. Hatinya benar-benar khawatir, tapi apa yang dilakukan Daddy-nya adalah bentuk perlindungan untuk banyak orang, Shawn sangat memahami itu.
Shawn dan Drake bergegas menuju Rumah Sakit dengan mobil yang dikendarai Abry. Perasaan Shawn merasa tidak tenang saat ini, hatinya bukan hanya mengkhawatirkan kedua orangtuanya, tapi juga Shanaya yang berada di Rumah Sakit.
"Shawn gawat, 10 markas cabang kita diserang musuh secara bersamaan." Ujar Drake panik.
"Shiiiit.. Kirimkan bantuan dari Markas Besar ke masing-masing Markas Cabang. Sekarang kita ke Markas Besar, dan langsung kumpulkan semua petinggi untuk mengambil langkah kita selanjutnya. Drake, perketat juga keamanan di Rumah Sakit, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada Shanaya." Netra Shawn berubah tajam, seraya memikirkan strategi yang akan dilakukannya untuk melindungi keluarga juga klannya.
"Iya Shawn." Drake segera menghubungi Kepala pengawal yang berjaga di Rumah untuk memperketat pengamanan. Drake juga mengirimkan tambahan pasukan untuk melindungi Shanaya.
Sementara itu di Rumah Sakit, Shanaya sedang duduk ditemani Ivone sahabatnya yang menjenguk juga menyampaikan kabar yang sangat tidak menyenangkan pada Shanaya. Beruntung Shanaya adalah anak pemilik Rumah Sakit, sehingga Ivone diperbolehkan menjenguk Shanaya atas izin Shanaya, meskipun di luar jam besuk.
Raut wajah Shanaya masih tampak suram setelah mendapat kabar tidak terduga dari Ivone, bahkan masih sama seperti sekitar setengah jam yang lalu.
"Kekuatan mereka ternyata sangatlah besar Shanaya, pergerakan mereka sungguh sangat tidak bisa diprediksi. Saat ini Kakakmu pasti sedang kesulitan. 10 Markas Cabang diserang secara bersamaan, dan aku sangat yakin, ada mata-mata di dalam klan yang sudah membuat kekacauan separah ini." Ivone terlihat khawatir dengan *******-***** tangannya sendiri.
Saat ini seluruh anggota Engelshcatten sedang bersiap menunggu instruksi dari Shanaya. Mereka semua memang masih berada di rumah mereka masing-masing, tapi segala macam persenjataan sudah mereka persiapkan, jika sewaktu-waktu Shanaya memberi mereka perintah.
"Ivone, minta semua anggota melindungi keluarga mereka masing-masing. Aku merasa sesuatu yang buruk benar-benar akan terjadi. Kembalilah ke mansion, minta semua orang di dalam mansion memperketat pengamanan. Hatiku merasa tidak tenang, apalagi saat ini aku tidak bisa menghubungi Mommy dan Daddy. Jika ada yang menyerang mansion dan kalian tidak bisa mencegah mereka untuk masuk, arahkan semua orang untuk keluar melalui lorong rahasia yang sudah aku beritahu. Aku percayakan semuanya padamu."
(Kalau yang sudah baca The Killer Knight vs The Mafia Queen, pasti tahu tipe-tipe mansion yang di design Shanaya. Pasti selalu punya ruang rahasia juga jalan keluar rahasia di mansion-nya).
"Tapi bagaimana denganmu? Apa tidak sebaiknya kamu juga ikut pulang bersamaku. Akan lebih mudah melindungimu di mansion daripada disini. Aku tidak mau meninggalkanmu di Rumah Sakit." Ujar Ivone khawatir.
"Banyak pengawal yang menjagaku, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan meminta beberapa pengawal untuk mengantarkanmu pulang ke mansion. Lekaslah pulang, malam sudah sangat larut." Pinta Shanaya, karena sangat khawatir akan keselamatan Ivone.
"Tidak perlu Shanaya, tadi aku diantar Kakakku, Delon. Aku akan pulang bersamanya. Baiklah, jaga dirimu Shanaya."
"Jaga dirimu juga, Ivone." Ucap Shanaya.
Netra Ivone terlihat mulai berkaca-kaca, lalu memeluk Shanaya erat, sebelum keluar dari kamar perawatan Shanaya.
'Semoga saja kekhawatiranku ini tidak terbukti.' Doa Shanaya dalam hati.
Selang 30 menit kemudian, Marisha masuk ke dalam kamar perawatan Shanaya dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman hangat.
"Seperti dugaanku, pasti kamu belum tidur. Ini aku bawakan sup dan ginger tea. Pasti badanmu akan terasa enak." Ujar Marisha seraya meletakkan nampan di atas nakas yang berada di sebelah tempat tidur Shanaya.
"Aku tidak lapar Marisha." Mendengar penolakan Shanaya, Marisha yang sudah memegang mangkuk berisi sup, hanya menggeleng pelan.
"Tidak, kamu harus makan, meskipun hanya sedikit. Aaaa.." Mau tidak mau, Shanaya akhirnya membuka mulutnya dan melahap suapan yang Marisha sodorkan. Bahkan Marisha terus saja menyuapi Shanaya, sampai makanan dan minuman itu habis tidak bersisa.
*************************
Kamar luas bercat putih dengan banyak perabot mewah, menjadi pemandangan pertama yang Shanaya lihat saat membuka matanya yang masih terasa berkunang-kunang. Tangannya refleks memegang kepalanya yang terasa sakit dan pusing.
Saat ini Shanaya tampak berada di atas tempat tidur yang besar, dengan tubuh yang sedikit meringkuk. Shanaya berniat turun dari tempat tidur, namun badannya terasa sangat lemas dan tidak bertenaga.
'Dimana aku? Aku tidak mengenal tempat ini? Apa yang terjadi padaku?' Tanya Shanaya dalam hati.
Begitu banyak pertanyaan juga dugaan-dugaan lain yang hilir mudik dalam pikirannya, hingga pintu ruangan itu terbuka. Menampakkan seorang laki-laki dan perempuan berpakaian serba hitam dan bertopeng, yang melangkah masuk ke dalam kamar itu.
"Hallo Shanaya, selamat datang di istana kami. Akhirnya, setelah sekian lama, kamu bisa kami undang kesini." Shanaya membelalakan matanya karena menyadari siapa pemilik suara yang sangat dikenalnya itu.
"Buka topeng kalian, jangan jadi pengecut begitu." Tantang Shanaya yang langsung dibalas kekehan dari kedua orang itu.
"Baiklah Shanaya, kami pun sudah tidak sabar menunjukkan siapa kami sebenarnya." Selang sedetik kemudian, laki-laki dan perempuan itu membuka topengnya secara bersamaan, membuat Shanaya terlihat shock seketika.
Sesuai dugaan Shanaya, perempuan itu adalah Marisha yang dia anggap sahabat baiknya. Sedangkan laki-laki disebelahnya tidak dikenal Shanaya, namun memiliki wajah yang sangat mirip dengan Marisha.
"Suatu kehormatan bagi kami, kedatangan Putri dari Klan Toddestern yang sangat kuat dan besar. Perkenalkan nama-ku Sheran, dan ini adik kembarku Seira." Ucap laki-laki itu dengan suara berat dan dinginnya.
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Atik Marwati
Marsya penghianat..
2023-11-29
1
mama Al
itu apa yang di sensor
2023-01-20
1
mama Al
gercep shawn
2023-01-20
1