Shanaya menatap nanar pintu kamarnya yang baru saja tertutup. Daddy dan Mommy-nya baru saja keluar dari kamarnya, setelah memarahinya selama hampir 2 jam karena sudah menyelinap keluar dari mansion untuk berpesta bersama teman-temannya. Daddy dan Mommy-nya bertambah marah, karena Shanaya pulang dalam keadaan mabuk.
Sebelum Drake memaksa Shanaya pulang ke mansion, Shanaya memang sempat dicekoki sekitar 3 sloki vodka dari teman-temannya, satu diantaranya laki-laki bernama yang tidak pernah disukai oleh Shawn. Ternyata benar, teman-temannya itu memang membawa pengaruh buruk untuknya.
Shanaya melirik ponselnya yang berada di atas nakas, sesungguhnya ada satu sosok yang diharapkannya muncul dihadapannya saat ini. Ada rasa kecewa saat mengetahui kalau bukan Shawn yang menjemput dan menyelamatkannya dari teman-temannya, melainkan Drake. Apalagi sampai sekarang Shawn sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya dihadapan Shanaya.
"Apa sekarang Kak Shawn sudah tidak peduli padaku ya? Dia bahkan tidak menjemput dan menjengukku." Tangis Shanaya tiba-tiba pecah, entah kenapa perasaannya terasa sangat tidak nyaman saat ini. Ada perasaan kecewa terhadap Kakaknya, tapi juga hatinya merasa rindu dan ingin bertemu dengan partner ributnya itu.
"Aduh kepalaku semakin pusing karena minuman dan terlalu banyak menangis. Biasanya setiap kali sakit, Kak Shawn akan menemani dan menyuapiku. Kak Shawn juga selalu memijat pelipisku dengan lembut." Keluh Shanaya dengan tatapan sendunya.
Diambilnya ponsel dari atas nakas, tanpa membuang waktu segera ditekannya nomor kakaknya. Namun sedetik kemudian raut kecewa mulai tergurat di wajah cantik Shanaya, saat mengetahui ponsel kakaknya sedang tidak aktif saat ini.
"Kak Shawn benar-benar tidak peduli padaku. Aku benci Kak Shawn." Tangis Shanaya yang sempat mereda, kini kembali pecah seiring rasa kecewa yang semakin memenuhi hatinya.
*************************
Keesokan harinya...
Suasana pagi di akhir pekan mendadak ramai, saat Shawn datang bersama Drake dan beberapa anak buahnya untuk membereskan dan membawa barang-barang pribadinya dari mansion ke penthouse barunya.
Sanchia yang sempat menentang ide Shawn untuk tinggal sendiri di penthouse, terpaksa mengizinkan setelah diyakinkan oleh Sall, meskipun dengan sangat berat hati.
"Son, tidak bisakah kamu makan malam dan menginap di mansion malam ini? Apalagi kondisi adikmu masih belum benar-benar membaik. Sampai pagi tadi kepalanya masih saja sakit, meskipun sudah meminum obat yang dari dokter. Jenguklah adikmu, dia pasti senang melihat Kakaknya."
"Maaf Mom, nanti malam aku harus menghadiri meeting dengan seluruh petinggi klan di markas besar."
"Tapi sekarang kan akhir pekan Sayang, kamu bisa me-reschedule meetingnya." Ujar Sanchia penuh harap.
"Mommy bisa tanyakan pada Daddy, kalau meeting ini sangatlah penting. Sengaja diatur di akhir pekan, karena hari senin besok sepulang kuliah, aku harus langsung berangkat ke Spanyol untuk urusan bisnis selama 2 hari. Benar kan Dad?" Jawab Shawn yang langsung dibalas anggukan kepala Sall dihadapan Sanchia.
"Shawn benar Sweetheart, semua agendanya sangat padat dan tidak bisa di reschedule (jadwal ulang)." Jelas Sall seraya merangkul bahu Sanchia.
Gurat kecewa jelas tergambar di wajah Sanchia yang selalu terlihat cantik, namun Sanchia tentu tidak bisa memaksa putranya, jika sudah berkaitan dengan kuliah atau perusahaan.
"Baiklah.. Tapi jenguklah adikmu, dia pasti sangat merindukanmu." Bujuk Sanchia.
"Hmm, sepertinya dia tidak merindukanku. Dia lebih nyaman dengan teman-temannya yang hobi berpesta itu. Dad.. Mom.. Aku pamit ya, aku harus segera kembali ke penthouse untuk membereskan barang-barangku." Shawn mencium pipi kedua orangtuanya, lalu mengambil tas ransel yang sudah terisi barang-barang pribadinya.
Sall dan Sanchia tentu kecewa dengan sikap Shawn yang menolak menjenguk Shanaya, tapi mereka juga mengerti alasan dibalik sikap Shawn yang jelas terlihat sangat kecewa itu. Drake sudah menjelaskan, bahwa Shawn sudah berkali-kali menasehati Shanaya agar tidak bergaul dengan teman-temannya itu, namun Shanaya sama sekali tidak menggubris nasihat dari kakaknya itu. Sall dan Shanaya juga merasa sudah lalai sebagai orangtua, karena baru mengetahui kelakuan putrinya yang ternyata sangat nakal.
"Kami pergi dulu Uncle.. Aunty.." Perkataan Drake dibalas Sall dengan tepukan di bahunya.
"Selalu jaga dirimu dan lindungi Shawn untuk kami." Ujar Sall yang langsung dibalas anggukan mantap dari Drake.
"Tentu Uncle, aku akan selalu menjaga dan melindungi Shawn dengan nyawaku sendiri." Sall dan Sanchia tersenyum, terlebih kini Shawn terlihat merangkul Drake dengan santainya.
"Hei Bro.. Bukan hanya kamu yang melindungiku, tapi aku juga akan melindungimu." Kehangatan semakin menjalar di hati Sall dan Sanchia melihat interaksi Shawn dengan Drake yang begitu dekat dan akrab. Memang keputusan Sall untuk memasukkan Drake yang seorang anak yatim piatu ke dalam keluarganya adalah keputusan yang sangat tepat. Ternyata sesuai harapan dan instingnya, Drake tumbuh menjadi anak yang kuat dan dapat dipercaya.
Beberapa saat kemudian, Shawn, Drake beserta anak buahnya segera pergi meninggalkan mansion. Sall dan Sanchia pun segera kembali ke ruang makan yang sempat terjeda karena kedatangan Shawn tadi. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka dari lantai 2, kini sepasang mata itu sudah kembali menjatuhkan air matanya yang sempat mengering.
"Kak Shawn membenciku.. Dia bahkan sudah tidak mau melihat dan bertemu denganku." Lirih Shanaya lalu mengusap pipinya yang sudah basah oleh air mata.
*************************
Lebih dari sebulan berlalu sejak kepindahan Shawn ke penthouse-nya, dan selama itu pula Shawn mencari banyak alasan untuk tidak datang ke mansion orangtuanya. Dia akan memilih bertemu dengan Daddy-nya di perusahaan atau di markas besar, dan mengajak Mommy-nya bertemu di mall atau restaurant sepulang kuliah. Shawn benar-benar menghindari pulang ke mansion karena tidak ingin bertemu dengan Shanaya, kesibukan kuliah dan bekerja selalu dijadikannya alasan kuat kepada kedua orangtuanya. Beruntungnya Daddy dan Mommy-nya percaya dengan alasan yang dikatakannya.
Hari ini Shawn tidak bisa datang ke perusahaan karena jadwal kuliahnya sedang padat. Menjelang sore hari setelah jadwal kuliah selesai pun, Shawn harus berkutat di perpustakaan ditemani banyak buku-buku tebal untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.
Tiba-tiba sebuah kegaduhan menarik perhatian Shawn dari laptop dihadapannya. Seorang gadis tampak menjatuhkan tumpukan buku yang sedang dibawanya, Shawn hanya menatap sekilas lalu kembali mengetikkan jari-jarinya di atas keyboard laptopnya tanpa berniat menolong si gadis yang sedang kesulitan mengumpulkan buku-bukunya itu.
Gadis itu melirik sekilas Shawn yang bersikap acuh tak acuh padanya, namun dirinya tentu tidak bisa meminta apalagi memaksa orang lain untuk membantunya. Setelah beberapa lama mengumpulkan tumpukan bukunya, gadis itu kembali berdiri dan membawa buku-bukunya dengan sangat hati-hati.
Namun malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, lagi-lagi kesialan menimpa gadis itu saat tiba-tiba tubuhnya ditabrak seorang laki-laki bertubuh tambun dari belakang. Alhasil tubuhnya limbung dan buku-buku tebalnya kini terjatuh dan menimpa kepala, bahu, tangan dan laptop Shawn. Shawn yang begitu terkejut dengan apa yang terjadi padanya, langsung menghunuskan tatapan tajam pada si gadis yang terlihat merasa bersalah dan sedikit ketakutan.
"I'm sorry.. I really didn't do it on purpose. (Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja melakukannya)." Ucap gadis itu seraya menempelkan kedua tangannya sebagai tanda penyesalan.
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Atik Marwati
siapa itu...
2023-11-26
1
mama Al
Terkadang harus ada kejadian dulu baru sadar
2022-12-26
1
mama Al
ya Allah teman yang menghancurkan
2022-12-26
1