Saat langit yang cerah berubah sedikit redup tergantikan langit sore yang menawan, Shawn baru saja kembali ke perusahaan, setelah menghadiri pertemuan penting dengan partner bisnisnya di hotel Knight. Baru saja Shawn hendak mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, ponselnya berbunyi dan memperlihatkan panggilan video dari Sanchia, sang Mommy. Tanpa membuang waktu, Shawn segera mengangkat panggilan video masuk itu, tidak ingin membuat Mommy-nya menunggu lebih lama.
"Hallo Mom.. Apa Mommy dan Daddy sudah sampai di Toronto?"
"Iya Sayang, Mommy dan Daddy sudah sampai Hotel dengan selamat. Bahkan Daddy sudah menghadiri meeting dengan partner bisnisnya di private meeting room hotel. Sebentar lagi Mommy akan menyusul untuk makan siang bersama mereka." Mendengar penjelasan Sanchia, Shawn sekilas melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu di London memang lebih cepat 5 jam dibanding di Toronto, sehingga di Toronto baru menjelang jam makan siang saat ini.
"Ok Mom.. Jangan lupa makan dan menjaga kesehatan ya. Aku sudah sangat merindukanmu Mom." Tulus Shawn seraya menatap sendu ke arah Sanchia.
"Mommy tidak percaya, Mommy sedang di London saja kamu jarang menemui Mommy di mansion." Perkataan Mommy-nya memang sangat menohok hati Shawn, tapi sebuah senyuman tipis sengaja diulas Shawn untuk meluluhkan hati Mommy-nya yang sedikit kesal.
"Maafkan aku Mom.. Bukankah Mom ingin aku bisa menunjukkan kemampuanku pada Daddy, perusahaan juga klan? Jadi tolong mengertilah Mom. Nanti saat Mom pulang, aku pasti akan datang ke mansion."
"Tidak Shawn, bukan nanti.. Tolong menginaplah di mansion selama Mommy dan Daddy tidak ada. Kasihan Shanaya, dia pasti sangat kesepian sekarang. Mommy dan Daddy tahu, kamu mengancam semua temannya agar menjauhinya, bahkan mengancam akan menghancurkan perusahaan keluarga mereka, jika mereka tidak menurut. Apa menurutmu masih ada teman yang mau dekat dengan Shanaya saat ini? Mereka semua pasti ketakutan, bahkan yang tidak berniat jahat pun akan berpikir berpuluh kali untuk dekat dengan adikmu. Jadi jika kamu mengusir semua temannya, berikan perhatianmu pada Shanaya. Adikmu benar-benar merindukanmu. Malam ini dan seterusnya, menginaplah di mansion. Mommy tidak mau mendengar penolakan. Baiklah, Mommy siap-siap dulu ya, bye Sayang.."
Sanchia bergegas mematikan panggilan videonya, setelah memberikan pesan dan nasihat yang sangat panjang. Dia tidak ingin mendengar alasan dan penolakan apapun dari Shawn. Sementara Shawn hanya menghela nafas panjang, menyadari kalau kali ini dia tidak mungkin bisa menghindari permintaan Mommy-nya.
***************************
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, saat Shawn memasuki pintu utama mansion kedua orangtuanya, ditemani oleh Drake tentunya. Shawn memang sengaja datang sedikit larut malam, demi menghindari bertemu Shanaya, setidaknya untuk malam ini. Beberapa pengawal dan pelayan sedikit terkejut dengan kedatangan Tuan Muda-nya tersebut, tapi beruntung kamar Shawn selalu dibersihkan meskipun sudah membawa sebagian besar barang-barangnya dari sana. Bahkan kedua orangtuanya membelikan Shawn beberapa baju untuk bisa Shawn pakai, jika sedang berada di mansion.
"Uncle Barry, dimana Shanaya?" Shawn bertanya pada Kepala Pelayan sekaligus orang kepercayaan dari orangtuanya. Barry adalah adik kandung dari Arthur, asisten pribadi Sall, Daddy-nya Shawn.
"Nona Muda baru saja kembali ke kamarnya, setelah menemani temannya di kamar sebelahnya." Ujar Barry, membuat Shawn mengerutkan keningnya karena penasaran.
"Temannya? Siapa?" Tanya Shawn penuh rasa ingin tahu.
"Nona Muda belum mengenalkan temannya pada kami. Tadi Nona Muda hanya meminta kami memanggil dokter, karena temannya itu sedang terluka."
Shawn kembali mengernyitkan keningnya, karena masih belum cukup puas dengan jawaban Barry.
"Temannya itu laki-laki atau perempuan Uncle?" Barry yang mendengar pertanyaan Shawn, tentu hanya menganggap biasa pertanyaan Tuannya itu. Berbeda dengan Drake yang menggelengkan kepalanya samar, menyadari sikap posesif dari Shawn pada adiknya itu.
"Perempuan, Tuan Muda." Jawaban Barry sedikit mengendurkan wajah tegang Shawn sebelumnya.
"Baiklah Uncle Barry, terima kasih." Ujar Shawn mengakhiri obrolannya dengan Barry, meskipun dirinya masih sedikit penasaran tentang teman yang dibawa Shanaya itu.
"Tuan Muda, apa anda ingin disiapkan menu makan malam?"
"Tidak Uncle, aku dan Drake sudah makan malam. Tapi tolong minta pelayan untuk mengantarkan secangkir americano ke kamarku ya Uncle. Terima kasih."
"Baik Tuan Muda." Jawab Barry lalu undur diri dari hadapan Shawn.
Sementara Shawn bergegas menuju kamarnya untuk istirahat, begitupun dengan Drake yang juga masuk ke dalam kamarnya.
*************************
Shawn masih berkutat dengan file-file di laptopnya, masih belum ada tanda-tanda mengantuk di wajah tampannya. Melihat cangkir americano-nya sudah kosong sejak beberapa jam yang lalu, membuat Shawn akhirnya melangkahkan kakinya menuju pantry utama di lantai 1.
Sebetulnya Shawn bisa saja menelpon pelayan dan meminta salah satunya untuk membuatkannya secangkir americano, tapi Shawn tidak ingin mengganggu waktu istirahat mereka. Shawn memilih meracik sendiri americano favoritnya, lalu mengambil sepotong cheese cake dari lemari es.
Saat dirinya hendak melintasi ruang keluarga di lantai 2, Shawn merasa ada bayangan seseorang disana. Shawn meletakkan americano dan cheese-cakenya di atas meja yang berada di dekat pintu masuk ruang keluarga, lalu berjalan perlahan menuju ruang keluarga.
Seorang gadis berambut panjang berwarna hitam, tampak berdiri menatap lukisan kedua orangtuanya, dengan posisi membelakangi Shawn. Bulu kuduk Shawn seketika merinding, menyadari kalau perempuan itu bukanlah Shanaya. Shawn jelas mengenal pasti bentuk tubuh ramping, warna rambut coklat, dan semua hal tentang Shanaya. Perempuan yang berdiri itu jelas bukan Shanaya, adiknya.
Setelah menguasai rasa takutnya, Shawn memanggil perempuan itu tanpa berniat mengikis jarak lebih dekat lagi.
"Hei.. Siapa kamu?" Tanya Shawn sedikit berteriak.
Perempuan itu tersentak dan langsung menoleh ke arah Shawn, yang terlihat menatapnya tajam. Namun selang sedetik kemudian, ekspresi keduanya berubah terkejut sekaligus keheranan.
"Kamu..?"
"Kamu..?"
Shawn dan perempuan yang ternyata Marisha itu, sama-sama memasang ekspresi tidak percaya karena bertemu kembali di tempat yang sama sekali tidak mereka duga. Shawn menyadari banyak luka di wajah bahkan tangan Marisha, tapi saat ini bukan itu yang ingin diketahuinya.
"Kenapa kamu bisa berada disini? Siapa kamu sebenarnya?" Shawn segera memberondong Marisha dengan pertanyaan yang sejak tadi berada dalam kepalanya.
"Aku diajak Shanaya kemari, aku teman baru Shanaya." Jawab Marisha sedikit canggung. Shawn akhirnya mengetahui, kalau teman Shanaya yang dimaksud oleh Barry adalah Marisha. Tapi sama sekali tidak diduganya kalau orang itu adalah Marisha, si gadis pengganggu yang selama beberapa hari ini mengusik hidupnya.
"Aku mempunyai banyak pertanyaan tentang kamu saat ini, tapi aku akan menanyakannya langsung pada adikku. Masuklah ke kamar yang disediakan untukmu, jangan keluyuran seperti hantu." Ujar Shawn lalu pergi meninggalkan Marisha, yang masih berdiri terpaku di tempatnya selama beberapa lama. Namun beberapa saat kemudian, Marisha pun segera berjalan cepat menuju kamarnya, karena merasakan bulu kuduknya mulai berdiri tanpa sebab.
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Atik Marwati
siapa sebenarnya marisha ya...
2023-11-26
1
Rahmat Jais
jgan2 Marisa musuh keluarga shanw🤔🤔
2022-08-21
1
Senajudifa
hayo marisha
2022-07-14
1