Shanaya menghunuskan tatapan tajam pada kedua saudara kembar yang berdiri dihadapannya, terutama Marisha yang ternyata bernama asli Seira itu.
Keduanya memiliki wajah yang sangat mirip bagai pinang dibelah dua. Yang membedakan mereka hanyalah warna mata dan bentuk alis mereka saja. Seira memiliki warna mata hitam kecoklatan dengan alis yang tidak terlalu tebal, sedangkan netra tajam milik Sheran berwarna hazel dengan alis yang sangat tebal.
Shanaya merutuki kebodohannya karena bisa dikelabui oleh manusia palsu seperti Seira. Ingin sekali Shanaya menghajar Seira dengan tangannya sendiri, namun apa daya tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan.
'Kenapa tubuhku lemas seperti ini? Apa yang mereka lakukan padaku?' Tanya Shanaya dalam hati.
"Apa maksud kalian menculikku? Apa sebenarnya yang kalian inginkan?" Netra Shanaya berkilat tajam menatap Seira dan Sheran.
"Baiklah Shanaya, aku juga sudah sangat gatal ingin memuaskan rasa penasaranmu itu."
Seira mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur, membuat Shanaya berusaha menarik tubuhnya ke belakang, namun tubuhnya sama sekali tidak bergerak sedikitpun. Seira terkekeh geli melihat gesture Shanaya yang terkesan menjaga jarak darinya.
"Shanaya kenapa kamu seolah jijik padaku? Bukankah kita sahabat baik, hehe.." Ucapan Seira yang diakhiri kekehan kecil seperti mengejek, dibalas Shanaya dengan senyuman sinis.
Sheran yang memilih duduk di atas sofa yang terletak disebelah kiri tempat tidur Shanaya, hanya mengamati interaksi adiknya dengan Shanaya.
"Dengarkan aku baik-baik Shanaya, karena mungkin saja apa yang akan aku katakan ini, bisa cukup mengejutkanmu." Shanaya hanya diam menunggu perkataan Seira selanjutnya, meskipun dirinya sudah begitu penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Seira.
"Nama asliku Seira.. Aku bukanlah Marisha, anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan, dan tumbuh menjadi gadis mandiri dan pekerja keras. Aku dan Marisha adalah orang yang berbeda, aku meminjam identitasnya sejak masuk kuliah di kampus milik keluargamu. Sheran pun seringkali menggunakan identitas Marco, kembaran Marisha, saat diperlukan. Sedangkan Marisha dan Marco yang asli sudah kami kirim ke tempat yang jauh." Shanaya menggeretakkan giginya, merasa sangat marah karena Seira benar-benar telah menipunya dengan skenario yang sempurna.
"Lalu apa yang membuat kalian sampai bertindak sejauh itu? Kenapa kalian kamu masuk dalam kehidupanku dan keluargaku?" Tanya Shanaya dengan tatapan mengarah tajam pada Seira.
"Karena aku ingin menghancurkan Sall Sherwyn Knight dan Klan Toddestern." Jawab Seira dingin disertai tatapan mata berkilat tajam.
"Tapi kenapa? Apa kalian punya dendam terhadap Daddy-ku?" Apa yang sudah Daddy-ku lakukan pada kalian?" Teriak Shanaya meluapkan rasa marah sekaligus rasa ingin tahunya.
"Karena Daddy-mu sudah membuat Papa-ku menderita. Kami akan menghancurkan semua yang Daddy-mu miliki dan mengambil semua sumber kebahagiaannya." Ucap Seira dingin.
Shanaya bergeming mendengar perkataan Seira yang terdengar sangat mengancam itu. Seira berdiri dari duduknya, namun pertanyaan Shanaya seketika mengurungkan langkah kakinya.
"Tapi siapa Papa-mu?" Lirih Shanaya.
"Sahabat baik Mommy-mu.. Satu-satunya laki-laki di dunia ini yang tulus mencintai Mommy-mu dan memilih tetap setia dengan perasaannya, sekalipun Mommy-mu sudah bahagia dengan suami dan anak-anaknya. Benar-benar bodoh." Seira beranjak keluar dari kamar Shanaya, sementara Shanaya mulai emosi dengan pernyataan Seira.
"Tidak ada laki-laki yang paling setia dan tulus mencintai Mommy-ku selain Daddy. Hanya Daddy laki-laki terbaik untuk Mommy." Teriak Shanaya tidak terima.
"Tapi tidak ada laki-laki segila Papa-ku.." Shanaya mengalihkan pandangannya pada Sheran yang ternyata masih berada di kamar itu, duduk santai dengan menyilangkan kedua tangan.
"Papaku hanya mencintai satu perempuan seumur hidupnya. Perempuan yang tidak pernah bisa dia miliki. Siang sampai malam hari, dia habiskan dengan membangun klan. Tetapi di setiap tengah malam, dia akan menatap sebuah photo besar yang tergantung di ruang kerjanya seraya meneteskan air mata rindu. Dia selalu mencari tahu kabar Mommy-mu, namun tidak pernah berniat menghubungi apalagi menemui Mommy-mu. Sungguh laki-laki gila." Perkataan yang begitu dalam dari suara dingin Sheran, berhasil membuat bibir Shanaya kelu. Shanaya bahkan tidak bisa menanggapi perkataan Sheran sepatah katapun.
Sheran berjalan mendekat ke arah tempat tidur Shanaya, memicu kesiagaan Shanaya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Tenanglah, aku hanya ingin membetulkan posisi bantalmu saja. Sepertinya badanmu sudah cukup pegal dengan posisi itu." Sheran menumpuk dua buah bantal, lalu menopang kepala Shanaya dengan sebelah tangannya, sebelum meletakkannya dengan hati-hati di atas bantal. Tentu saja posisi wajah Sheran yang begitu dekat dengan wajahnya, membuat Shanaya canggung. Sheran pun menyadari hal itu, namun Sheran berpura-pura tidak mengetahuinya, agar Shanaya tidak malu.
'Akhirnya kita bisa sedekat ini, padahal selama ini aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan..' Ucap Sheran dalam hati, disertai senyuman tipis yang terulas di wajah tampannya.
Sheran kembali berdiri dan memandang lembut ke arah Shanaya yang masih canggung memandang Sheran.
"Aku akan meminta pelayan membawakanmu makanan. Setidaknya kamu perlu tenaga untuk melawan kami atau berusaha kabur dari sini." Ujar Sheran, lalu berjalan keluar dari kamar itu.
************************"
Braaaakk..
Shawn menggebrak meja ruang kerjanya yang terletak di Markas Besar. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat, setelah melihat rekaman CCTV yang menunjukkan saat Shanaya dan Marisha dibawa oleh beberapa orang bertubuh besar dan berpakaian serba hitam, dalam keadaan tidak sadar.
"Brengseeekk.. Mereka benar-benar mencari mati. Segera temukan keberadaan Shanaya dan Marisha. Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi pada mereka." Rupanya Seira pun membuat skenario, seolah-olah dirinya pun ikut diculik bersama Shanaya.
"Mereka menyerang markas cabang, mansion, bahkan menculik Shanaya dan Marisha dalam waktu yang bersamaan. Aku yakin ada pengkhianat diantara kita. Temukan para pengkhianat itu secepatnya." Perintah Shawn yang langsung diangguki semua anak buahnya.
"Iya Tuan Muda.."
'Shanaya, dimana kamu sebenarnya? Aku benar-benar khawatir Shanaya..' Lirih Shawn dalam hati.
************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Atik Marwati
penghianat nya marisha swan
2023-11-29
1
Spyro
Hmmm...
Jgn2 yg dimaksud papa si kembar ini Alrico? Soalnya dlu bucin kelewat pcyso jatuhnya sm Sanchiaa...
2022-05-12
1
IG : Chocollacious
mencurigokon lg. feelingku alrico kah? karena satu satunya cowo yg dibikin menderita sm si sall ya si alrico😅 lalu yg paling bucin pd sanchia kan juga si alrico🤣 fix alrico nih mah😅
ayo shawn cptan tlg adikmu nih
2022-05-01
1