Langit masih gelap, udara pagi musim semi pun masih cukup dingin untuk membuat manusia memulai langkah. Matahari bahkan masih tertidur lelap di peraduannya, ditemani awan-awan putih yang juga masih bersantai sebelum mengiringi tugas sang surya beberapa jam lagi.
Namun suasana di mansion sudah terasa hangat dan cukup ramai dengan suara derap langkah para pengawal dan para pelayan yang hilir mudik melaksanakan tugasnya. Shanaya pun sebenarnya sudah bangun karena melaksanakan rutinitas subuhnya untuk beribadah, tapi kali ini dia memilih untuk tidur kembali setelah selesai.
Tubuhnya terasa cukup sakit karena perkelahiannya kemarin dengan para preman yang menyerang Marisha. Mungkin latihan yang mulai jarang, membuat tubuhnya tidak cukup siap untuk menghajar preman-preman itu tanpa pemanasan. Jadilah sekarang, tubuhnya terasa cukup pegal dan sakit karena kejadian yang tidak diduganya itu.
Ceklek..
Tiba-tiba pintu kamar Shanaya terbuka, membuat Shanaya yang hendak menutup matanya, memilih melirik ke arah pintu yang posisinya berseberangan dengan tempat tidurnya.
"Kak Shawn.." Shanaya mendudukkan dirinya di atas tempat tidur, wajahnya terlihat berbinar menatap Kakaknya yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Kapan Kakak datang? Apa semalam Kakak menginap di mansion?" Tanya Shanaya yang hanya dibalas anggukkan singkat dari Shawn.
Terlihat jelas Shanaya begitu merindukan Shawn yang memang sudah lama tidak datang ke mansion. Pertemuan terakhir mereka, dimana Shawn mendatanginya saat berada di Pantai West Wittering juga hanyalah pertemuan singkat. Apalagi saat itu, Shawn justru membuat Shanaya sedikit kesal dengan tingkah posesifnya.
"Apa Kakak mau ke perusahaan hari ini?" Lagi-lagi Shawn hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Shanaya, membuat Shanaya mendengus menahan kesal.
"Dasar es balok, bisa tidak menjawab pertanyaanku dengan benar. Tidak tahukah Kakak, kalau aku sangat merindukan Kakak, tapi sikap Kakak selalu saja seperti ini." Mendengar Shanaya yang merindukannya, seketika membuat perasaan Shawn menghangat. Mati-matian Shawn menahan perasaan juga tubuhnya untuk tidak memeluk tubuh mungil Shanaya yang begitu dirindukannya itu. Shawn hanya mengulas senyum, lalu mengacak gemas rambut Shanaya yang berwarna coklat keemasan, yang langsung dibalas Shanaya dengan dengusan kesal.
"Dasar gadis nakal.. Masih saja menyebut Kakak es balok. Bangunlah, temani Kakak sarapan." Shanaya melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya, seraya merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Sarapan? Ini masih terlalu pagi Kak." Protes Shanaya yang dibalas senyum tipis Shawn.
"Hmm, apa Kakak kurang tidur? Kakak memiliki kantung mata yang tebal. Berbaringlah, aku akan mengompres kantung mata Kakak dengan masker mata."
Shawn hendak menolak, namun Shanaya dengan sigap langsung mendorong pelan tubuh Shawn agar berbaring di atas tempat tidurnya. Shanaya mengambil dua buah masker mata dari rak kosmetiknya, lalu segera naik kembali ke atas tempat tidur, menghadap ke arah Kakaknya.
"Pejamkan mata Kakak, aku akan memasang masker matanya. Aku yakin Kakak benar-benar kurang tidur beberapa hari ini, apa ada yang Kakak pikirkan? Walaupun sibuk, Kakak tidak boleh lupa beristirahat." Shawn tidak berniat menjawab, dirinya memilih memejamkan matanya dan berpura-pura tertidur setelah Shanaya memasangkan masker mata yang menutupi bagian atas dan bawah kelopak matanya.
Shawn tentu tidak bisa mengatakan secara jujur, kalau setiap malam dirinya selalu memikirkan Shanaya dan memilih mengalihkan rasa rindunya itu pada pekerjaan. Shawn merasa akan lebih baik jika dirinya diam, dibanding berbohong yang mungkin bisa disadari oleh Shanaya, yang memiliki insting yang kuat saat seseorang tidak berkata jujur.
"Kak.. Apa Kakak benar-benar tertidur?" Sentuhan tangan Shanaya di lengan Shawn, membuat tubuh Shawn meremang. Namun sekuat tenaga, Shawn menahan dirinya agar tidak membuka mata.
"Sepertinya Kakak benar-benar kelelahan, sebaiknya aku membiarkannya tidur sebentar." Shanaya menarik selimutnya, agar menutupi tubuh Shawn sampai sebatas pinggang.
"Kak.. Aku benar-benar merindukanmu. Tinggallah disini, agar aku tidak kesepian lagi. Aku sangat menyayangimu Kak." Ungkap Shanaya yang diakhiri kecupan singkat di pipi Shawn.
Berbunga-bunga, mungkin itulah perasaan yang ada di hati Shawn saat ini. Tentu saja Shawn seharusnya merasa sangat bahagia mengetahui adiknya begitu menyayangi dan merindukannya. Tapi di sisi lain, ada perasaan cemas yang berkecamuk. Karena menyadari perasaannya bukanlah sekedar perasaan seorang kakak terhadap adiknya.
Entah bagaimana, Shawn perlahan tertidur setelah pergolakan batinnya di sela-sela actingnya berpura-pura tertidur di depan Shanaya. Sementara Shanaya memilih mencari keberadaan Drake untuk menanyakan jadwal Shawn padanya.
Setelah menemukan Drake yang sedang menyesap cappucino dan mengunyah sepotong waffle di gazebo belakang mansion, Shanaya segera mendudukkan dirinya di sebelah Drake.
Drake yang cukup terkejut dengan kedatangan Shanaya yang tidak didahului suara apapun, tiba-tiba tersedak dan sedikit menyemburkan waffle yang sedang dikunyahnya.
"Ih Kak Drake kenapa sih?"
"Kamu tiba-tiba datang mengagetkanku Shanaya, masih bertanya kenapa. Disini masih cukup gelap, tidak bisakah kamu menyapaku dulu dari kejauhan? Bukannya datang tanpa suara dan membuatku tersedak." Mendengar protes Drake, Shanaya bukannya merasa menyesal, dia justru tertawa menyadari alasan Drake sampai tersedak.
"Kak Drake mengira aku hantu ya? Makanya sampai tersedak begitu, haha.." Drake tentu saja tidak mau membenarkan dugaan Shanaya itu. Tubuh gagah dan wajah sangarnya sangat tidak cocok dengan image takut hantu yang dikatakan Shanaya.
"Enak saja. Aku sama sekali tidak takut apapun. Tapi kedatanganmu yang tiba-tiba, membuatku yang sedang enak-enak bersantai, menjadi terkejut." Protes Drake hanya ditanggapi Shanaya dengan menahan tawanya yang masih saja memaksa keluar.
"Baiklah.. Maafkan aku karena mengejutkanmu Kak." Ujar Shanaya dengan masih mengulas senyum jahilnya, sementara Drake tidak ambil pusing, dan memilih menganggukkan kepala seraya menyuapkan kembali sisa waffle-nya.
"Oh iya Kak, apa hari ini Kak Shawn ada jadwal pertemuan penting? Aku lihat Kak Shawn begitu kelelahan, bisakah dia tidak bekerja hari ini?"
Drake mengerutkan keningnya, karena tahu pasti dengan jadwal Shawn yang sangat padat sebagai calon CEO dan calon Ketua klan Toddestern. Tidak ada waktu bersantai untuknya, terlebih banyak sekali resolusi dan agenda yang Shawn terapkan untuk kemajuan perusahaan juga klan.
"Hari ini Shawn harus bertemu dengan CEO CU Trading di jam 10 dan CEO SA Company setelah jam makan siang untuk membahas project kerjasama di bidang otomotif. Sorenya masih ada meeting dengan jajaran direksi untuk membahas monthly profit perusahaan." Shanaya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Drake.
"Tidak bisakah Kakak mengundur jadwal pertemuan itu? Kak Shawn sepertinya sangat kelelahan." Ujar Shanaya yang ditanggapi Shawn dengan anggukan samar.
"Kakakmu itu memang kelelahan, dia seorang workaholic, dia benar-benar kecanduan kerja." Perkataan Drake seketika membuat perasaan Shanaya semakin khawatir. Dia sangat paham kehidupan seorang CEO sekaligus Ketua klan itu seperti apa. Daddy-nya, Sall adalah seorang yang sangat sibuk dan aktif, sehingga Shanaya sangat paham kehidupan seperti apa yang saat ini dijalani oleh Kakak semata wayangnya.
"Baiklah.. Aku akan menghubungi CEO CU Trading dan CEO SA Company untuk me-reschedule pertemuan dengan mereka. Tapi aku tidak janji ya Shanaya." Ujar Drake yang membuat Shanaya berbinar senang.
"Iya Kak Drake, terima kasih ya. Semoga saja mereka mau me-reschedule pertemuannya. Jangan lupa me-reschedule pertemuan dengan direksi juga Kak Drake." Perkataan Shanaya langsung dibalas Drake dengan membulatkan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya.
"Okay Sip.."
*************************
Tok.. Tok.. Tok..
Terdengar bunyi ketukan di pintu kamar Shanaya, membuat Shawn yang sedang lelap tertidur, seketika membuka matanya. Dengan kasar, Shawn melepas masker mata yang masih menempel di kelopak matanya, lalu bergegas menuruni tempat tidur Shanaya. Terlebih setelah netranya melihat angka pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
"Ah shiiiitt.."
Shawn merasa paginya begitu buruk, karena bisa terlambat untuk menghadiri pertemuan penting. Ditambah lagi saat membuka pintu kamar Shanaya, Shawn langsung disuguhi wajah Marisha yang sedang memegang nampan berisi sepiring nasi goreng telur mata sapi dan segelas susu hangat. Shawn yang cukup kesal berkali-kali bertemu dengan gadis yang menurutnya menyebalkan itu, mengeluarkan dengusan kesal yang terdengar begitu jelas di telinga Marisha.
"Kamu lagi.. Kenapa wajahmu itu selalu muncul dihadapanku? Minggir, aku mau lewat." Tanpa menjawab protes Shawn, Marisha segera menyingkir untuk memberikan jalan pada Shawn.
"Aku kan berniat memberikan sarapan buatanku untuk Shanaya, bukannya bertemu dia." Lirih Marisha, lalu berniat mencari keberadaan Shanaya.
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
mama Al
Nggak nyenyak itu tidurnya Shawn. mikirin habis dicium sama shanaya
2023-01-03
1
mama Al
emang es balok
saking dinginnya
2023-01-03
1
mama Al
nona nggak bagus subuh tidur lagi
2023-01-03
1