Sebuah penthouse mewah yang berada di tengah kota London yang baru beberapa minggu dibeli Shawn, menjadi pilihannya untuk menghabiskan malam dan menikmati kesepian di hatinya yang memang sedang diliputi kegalauan. Selama berjam-jam, Shawn tidak beranjak dari tempat tidurnya, matanya masih saja menatap pilu ke arah dinding kamar yang dihiasi sebuah frame photo kedua orangtuanya, dirinya dan juga Shanaya.
Senyum manis Shanaya berhasil membuat hatinya semakin sesak dan perih. Mengingat perasaan terlarang yang dirasakannya, tidak juga luntur meskipun Shawn sudah mencoba menghapusnya dengan berbagai cara. Memang Shawn tidak pernah mengizinkan gadis manapun untuk mendekatinya, tapi sebenarnya Shawn sudah mencoba untuk melihat dan menilai beberapa diantaranya untuk dia pertimbangkan dekat dengannya. Namun tidak ada satupun dari gadis-gadis itu yang berhasil menggetarkan hatinya seperti Shanaya.
Gila.. Itulah yang Shawn rasakan setiap harinya sejak perasaan itu tumbuh di usianya yang masih awal belasan. Bagaimana tidak, perasaan indah yang biasanya dirasakan remaja seusianya, tiba-tiba tumbuh pada seseorang yang bukan seharusnya.
'Apakah aku punya masalah kejiwaan? Bagaimana bisa aku mencintai adikku sendiri? Ini gila.. Benar-benar gila.' Rutuk Shawn dalam hati.
Selama bertahun-tahun, Shawn berusaha mengikis perasaannya pada Shanaya. Tapi perasaan itu justru semakin dalam dan menuntun sikapnya menjadi semakin posesif pada adiknya sendiri. Shawn selalu menjaga dan menemani Shanaya kemanapun. Bahkan saat bersekolah, Shawn yang memiliki kejeniusan di atas rata-rata, rela tidak mengambil kesempatan untuk program akselerasi atau percepatan pendidikan karena tidak ingin segera meninggalkan Shanaya yang berbeda satu tingkat dengannya. Meskipun tidak pernah menjelaskan alasannya secara gamblang pada pihak sekolah, tapi kedua orangtuanya tahu, kalau Shawn melakukannya karena ingin selalu melindungi adiknya, Shanaya, di sekolah yang sama.
Drrtt.. Drrrtt.. Drrtt..
Sebuah ponsel yang terletak di atas nakas, hanya dilirik sekilas tanpa berniat Shawn angkat. Nama sang asisten Drake, nampaknya tidak membuatnya berniat menyudahi kegiatan meratapi perasaannya. Shawn memilih merebahkan tubuhnya, dan mengarahkan pandangannya ke arah yang berlawanan, meskipun ternyata Drake tidak menyerah untuk terus menghubungi boss sekaligus sahabat dekatnya itu.
"Aaaarrgh.. Drake tidak bisakah kamu membiarkanku tidur dengan tenang malam ini?" Semprot Shawn begitu mengangkat panggilan masuk dari Drake, dengan posisi duduk di atas tempat tidur.
"Shawn.. Adikmu menyelinap keluar dari mansion. Dia pergi ke sebuah rumah mewah yang nampaknya sedang mengadakan pesta ulang tahun. Aku belum melaporkan hal ini pada Om Sall dan Tante Shanaya. Apakah kita akan menjemputnya pulang Shawn?" Drake langsung menyampaikan laporannya, tanpa menanggapi keluhan Shawn sebelumnya.
Shawn melirik jam dinding yang sudah menunjukkan tepat pukul 12 malam, sebelum menghela nafas yang cukup panjang.
"Awasi saja, suruh anakmu memantau dari berbagai arah. Pastikan Shanaya aman dan tidak ada satupun orang yang melakukan hal buruk padanya." Jawab Shawn dengan suara tenang yang cenderung datar.
"Apa kamu tidak akan kesini dan mengawasinya secara langsung?" Tanya Drake begitu penasaran, karena merasa tidak biasa dengan sikap Shawn yang selalu posesif pada Shanaya.
"Tidak. Aku percayakan padamu." Shawn menutup panggilan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Drake, lalu kembali merebahkan tubuhnya.
Pikiran Shawn kembali menerawang pada kejadian di masa lalu yang seringkali terjadi dan membuat Shanaya tidak nyaman dengan sikap posesif Shawn padanya.
FLASHBACK ON
Seorang remaja perempuan berseragam sekolah dan berusia 16 tahun, terlihat menghentak-hentakan kakinya saat memasuki pintu utama mansionnya. Dibelakangnya seorang remaja laki-laki yang juga berseragam sekolah dengan dibalut jaket branded kekinian, dan berusia 17 tahun tampak tidak terganggu, dia malah asyik mendengarkan musik melalui earphone-nya.
Shanaya, gadis remaja yang sedang merajuk itu, kini membalikkan tubuhnya menghadap sang Kakak. Shawn menghentikan langkahnya seraya mengangkat sebelah alisnya, bertanya-tanya kenapa adiknya tiba-tiba berbalik dan menghentikan langkahnya.
"Kak Shawn, kenapa Kakak senang sekali mengacaukan acara jalan-jalanku. Padahal aku hanya menonton film bersama teman-teman, kenapa Kak Shawn malah memintaku pulang dihadapan mereka? Kalau Kak Shawn terus-terusan seperti ini, bisa-bisa aku tidak punya teman."
Alih-alih menanggapi keluhan Shanaya, Shawn malah kembali berjalan melewati Shanaya tanpa ambil pusing dengan keluhan Shanaya. Tentu saja Shanaya yang merasa diabaikan merasa tidak terima dengan sikap dan perlakuan kakak laki-lakinya itu.
Setelah menyimpan tas sekolahnya di atas meja, tanpa aba-aba Shanaya berniat mendaratkan pukulannya ke arah punggung Shawn. Namun dengan refleks yang bagus, Shawn berhasil menghindari pukulan Shanaya, sehingga Shanaya hanya berhasil memukul angin.
Tanpa berkata sepatah katapun, Shawn memandangi adiknya dengan tatapan jengah dan gelengan kepala.
"Kapan kamu bisa bersikap dewasa Shanaya? Teman-temanmu itu membawa dampak buruk untukmu. Jangan pernah berpikir untuk bisa pergi ke club dengan mereka lagi. Kamu tidak akan pernah bisa menipuku lagi. Dan jangan pernah dengan teman-teman laki-lakimu itu, terutama Dawson. Dia hanya mempermainkan, sama seperti pacar-pacarnya yang lain. Mommy dan Daddy masih harus mengurusi bisnis kita di Jepang dalam waktu yang lama, jadi menurutlah padaku Shanaya." Ujar Shawn penuh penekanan.
"Kenapa Kakak tidak mengurusi urusanmu sendiri? Kamu punya teman-teman sendiri, tapi kenapa kamu selalu ikut campur dengan kehidupanku Kak?" Tanya Shanaya sedikit berteriak.
"Karena aku adalah Kakakmu. Apa jawaban itu tidak cukup?" Jawab Shawn dingin, membuat nyali Shanaya menciut seketika. Terlebih pandangan Shawn menghunus tajam, tepat di netra Shanaya yang jernih.
Merasa akan kalah dalam berdebat ataupun adu jotos, Shanaya memilih pergi menuju kamarnya. Sedangkan Shawn terlihat masih memandangi punggung Shanaya yang berjalan menaiki tangga, sampai akhirnya menghilang dari pandangannya.
"Hmm.. Berhentilah mengekang adikmu. Rasa khawatirmu sepertinya terlalu berlebihan. Kamu benar-benar Kakak yang posesif." Pandangan Shawn beralih pada sumber suara, yang ternyata adalah Drake, asisten pribadinya yang baru saja pulang kuliah.
"Teman-teman Shanaya terlalu berbahaya untuknya. Uncle Arthur sudah menugaskan banyak pengawal terlatih untuk menjaganya, tapi kenapa Shanaya bisa beberapa kali lepas dari pantauan? Rasanya sangat menjengkelkan." Shawn dan Drake berjalan beriringan menuju lantai 2.
"Sebenarnya bukan para pengawal yang kurang kompeten, tapi adikmu saja yang terlalu licin seperti belut. Seperti kejadian saat dia kabur ke club bersama teman-temannya, dia sampai meretas sistem keamanan mansion, CCTV, bahkan nekad turun dari balkon kamar dengan menggunakan tali. Dia dibekali banyak skill, jadi jangan heran, kalau dia bisa melakukan banyak hal gila diluar nalar." Shawn mengangguk membenarkan semua perkataan Drake.
"Tapi kurangilah sifat posesifmu. Adikmu juga butuh bersosialisasi dengan teman-temannya. Dia bisa stres kalau terlaku kamu kekang. Kamu lebih baik bersikap posesif terhadap pacarmu saja Shawn, bukannya adikmu. Apa kamu memang berniat membuatnya menjomblo seumur hidup? Jika sikapmu seposesif itu, tidak akan ada laki-laki yang berani mendekati adikmu. Mereka tentu saja takut padamu Shawn." Ujar Drake panjang lebar yang langsung dihadiahi pukulan di lengannya. Drake hanya sedikit meringis, lalu melanjutkan perkataannya.
"Apalagi kalau mereka tahu, Kakak-nya Shanaya adalah seorang Calon Ketua Mafia terbesar di Inggris, pasti mereka akan mundur seketika, hehe.." Kekehan Drake hanya dibalas gelengan kepala Shawn yang memilih berjalan menuju kamarnya. Namun baru beberapa langkah berjalan, pertanyaan Drake membuat Shawn menghentikan langkahnya.
"Eh Shawn.. Menurutmu, laki-laki seperti apa yang layak menjadi pendamping Shanaya?"
Shawn membalikkan badannya menghadap Drake, lalu dengan menyilangkan kedua tangan di dada, Shawn menjawab tegas pertanyaan Drake sebelumnya.
"Laki-laki yang akan menjadi pendamping Shanaya, harus lebih segalanya dari aku. Aku tidak akan menyerahkan Shanaya pada laki-laki yang bahkan tidak bisa menyaingi apa yang aku miliki." Jawaban Shawn seketika membuat Drake tergelak, tentu saja hal ini memancing tanya di wajah Shawn.
"Kenapa kamu malah tertawa?"
"Nampaknya Shanaya harus bersiap menjadi jomblo seumur hidup, karena sepertinya tidak akan ada laki-laki yang bisa menyaingimu Shawn. Kamu memiliki otak yang terlampau cerdas, prestasi akademikmu terlalu membanggakan untuk dibandingkan dengan siapapun. Kamu juga sudah bisa berbisnis dan menghasilkan profit untuk perusahaan sejak umurmu baru 10 tahun, kekayaanmu bahkan tidak terhitung. Wajah dan tubuhmu pun sulit disaingi, kecuali oleh model dan aktor-aktor terkenal. Kemampuan meretas, beladiri, menciptakan senjata, racun, mengatur strategi, semuanya kamu miliki. Aku bahkan bertanya-tanya, apa sebenarnya yang tidak kamu bisa?" Shawn tersenyum mendengar rentetan pujian Drake padanya, namun dirinya sendiri tentu saja merasa masih banyak kekurangan. Shawn masih memiliki banyak harapan untuk bisa membanggakan Mommy dan Daddy-nya juga Shanaya.
"Mungkin di belahan bumi yang berbeda, ada laki-laki yang bisa menyaingi bahkan mengalahkan kemampuanku. Tapi jika Shanaya menjadi jomblo seumur hidup, maka aku akan menemaninya selamanya." Ujar Shawn, membuat Drake membelalakan matanya diikuti gelengan kepala yang kuat. Sementara Shawn terkekeh geli, lalu berjalan kembali menuju kamarnya.
*************************
'Tidak.. Shanaya tidak suka selalu aku atur, dan mulai saat ini aku tidak akan mengekangnya lagi. Aku tidak akan ikut campur lagi pada semua urusannya. Aku hanya akan membiarkan Drake dan anak buahnya menjaga Shanaya dari jauh.' Ujar Shawn dalam hati seraya menutup matanya dan mencoba mengistirahatkan pikirannya. Namun panggilan masuk dari Drake kembali mengusiknya.
"Shawn.. Aku dan beberapa orangku berhasil menyelinap masuk ke dalam rumah itu, dan aku melihat gelagat mencurigakan dari beberapa teman Shanaya. Mereka terus memaksa Shanaya untuk meminum minuman beralkohol, padahal Shanaya sudah memegang segelas orange juice di tangannya." Informasi dari Drake membuat Shawn seketika terkejut dan mendudukkan dirinya di atas tempat tidur.
"Jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Shanaya. Bawa dia pulang, jika memang teman-temannya bersikap keterlaluan pada Shanaya."
"Apa kamu akan menyusul kesini dan menjemputnya Shawn?" Tanya Drake penasaran.
"Tidak, kamu dan anak buahmu tentu sudah cukup untuk bisa membawa gadis nakal itu pulang. Jaga dia untukku Drake." Shawn kembali memutuskan panggilan Drake, lalu mematikan ponselnya sebelum kembali merebahkan tubuh dan memejamkan matanya.
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Atik Marwati
pengawal shanaya kurang hebat berarti...😅😅
2023-11-26
1
Senajudifa
hebat shanaya y
2022-07-07
2
lovely
pasti bukan adik kandung ya
2022-06-29
2