Sebuah helicopter super senyap mendarat di atas rooftop salah satu resort milik Knight Group Company yang terletak di tepi pantai West Wittering, West Sussex, Inggris. Sebelum turun dari helicopter, tatapan berkilat tajam dari netra Shawn masih sempat dihunuskan pada Drake yang duduk disebelahnya. Sementara raut wajah Drake tampak datar, seolah tidak ada yang salah pada dirinya.
Shawn saat ini sedang menahan marah, bermula saat beberapa puluh menit yang lalu Shawn menelpon Giordano pilot kepercayaannya, untuk menanyakan kemungkinan menggunakan helicopter untuk menuju Pantai West Wittering, mengingat disana sedang hujan deras. Giordano dengan sangat yakin mengatakan, bahwa tidak ada masalah sama sekali dengan cuaca, jika mereka akan menggunakan helicopter menuju West Wittering, West Sussex. Jadilah Shawn dijemput di rooftop kampusnya oleh Giordano, Winston sang co pilot dan Drake yang duduk di bangku penumpang. Hingga mereka sampai ke West Sussex dalam waktu yang cukup singkat.
Sepasang kaki Shawn gegas menuruni helicopter diikuti Drake dibelakangnya. Drake sama sekali tidak memasang ekspresi takut sama sekali, meskipun rahang dan tangan Shawn terlihat mengeras dan mengepal kuat.
'Disini sama sekali tidak ada tanda-tanda baru turun hujan. Apa Drake sedang mengerjaiku? Atau anak buah Drake yang memberikan laporan palsu dan tidak bisa bekerja dengan benar?' Kesal Shawn dalam hati, tapi saat ini Shawn memilih membawa sepasang kakinya untuk menuju kamar yang disebutkan Drake, dibanding membahas rasa ingin tahunya pada Drake.
Braak..
Shawn mendorong pintu kamar VIP di salah satu resort milik orangtuanya yang terletak di pinggir pantai West Wittering dengan kasar, setelah membukanya dengan access card cadangan yang didapatnya dari management resort. Raut wajah terkejut Shanaya adalah pemandangan pertama yang menyambut Shawn di dalam sana. Shawn segera merangsek masuk, namun tidak membiarkan Drake dan anak buahnya ikut masuk bersamanya.
"Kak.. Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Shanaya keheranan.
"Seharusnya Kakak yang bertanya seperti itu padamu, Shanaya." Balas Shawn sedikit emosi.
"Aku sedang berpiknik dengan Kak Bradley.. Memangnya kenapa Kak?" Shanaya dibuat semakin keheranan dengan reaksi Shawn yang terlihat sangat marah padanya.
"Lalu dimana Bradley sekarang?" Tanpa menunggu jawaban Shanaya, Shawn melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan beberapa sudut kamar untuk mencari keberadaan Bradley.
"Tentu saja dia ada di kamarnya Kak.. Kami mandi dan mengganti baju di kamar kami masing-masing setelah berenang di pantai tadi." Mendengar penjelasan Shanaya, Shawn terlihat membeku dan menyadari kalau dia memang sudah dikerjai oleh Drake.
Mengibaskan tangan karena kesal, Shawn berjalan menuju sofa lalu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan perasaan kesal.
"Sebenarnya apa yang Kak Shawn lakukan disini? Tiba-tiba datang sambil marah-marah. Seperti aku sudah melakukan kesalahan besar saja." Tuntut Shanaya lalu duduk tepat di depan Shawn.
Tiba-tiba Shawn merasa gugup, tidak tahu harus menjawab pertanyaan adiknya seperti apa. Sungguh sangat tidak mungkin untuk dia berkata jujur dan mengatakan kalau dia mendapat laporan palsu dari Drake tentang Shanaya dan Bradley.
"Kak.. Apa Kakak memata-mataiku?" Selidik Shanaya hingga membuat Shawn yang masih berpikir, seketika merasa terkejut.
"Tentu saja tidak. Kakak kan sudah bilang akan memberimu kebebasan, terserah apa yang ingin kamu lakukan, Kakak tidak akan ikut campur. Hanya saja Kakak kebetulan sedang meninjau resort ini, jadi Kakak mampir untuk menemuimu." Shanaya masih memicingkan matanya, tidak yakin akan apa yang diucapkan oleh kakaknya. Tapi Shawn memilih menyandarkan punggung dan kepala pada headboard sofa, seraya menutup matanya untuk menghindari tatapan menyelidik dari Shanaya.
Tok..Tok..Tok..
Sebuah ketukan terdengar di pintu kamar itu, Shanaya segera membukakan pintu yang dia yakini diketuk oleh Bradley.
"Hai Kak, sudah selesai?" Bradley yang berdiri dihadapan Shanaya tampak menganggukkan kepalanya, lalu sedikit mengarahkan pandangannya ke arah kamar yang ditempati Shanaya.
Masuklah Kak.. Ada Kak Shawn di dalam." Bradley tidak terlihat terkejut dengan perkataan Shanaya, karena Bradley sudah menduga ada Shawn disana, setelah melihat Drake dan beberapa anak buahnya berada di luar kamar Shanaya.
"Hai Bro.. Apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu sedang dalam urusan bisnis?" Bradley tersenyum lalu mendudukkan dirinya di sofa sebelah Shawn, bersebelahan dengan Shanaya.
"Iya kamu benar Bro.. Aku hanya mampir sebentar, karena tahu ada Shanaya disini." Raut datar Shawn sama sekali tidak membuat Bradley tersinggung, karena Bradley tahu begitulah sifat sahabatnya itu sejak kecil.
"Oh begitu.. Sebentar lagi aku dan adikmu akan kembali ke London, aku sudah berjanji pada Tante Sanchia untuk mengantar Shanaya pulang sebelum malam.. Aku.. " Perkataan Bradley yang belum selesai tiba-tiba dipotong oleh Shawn.
"Tidak.. Shanaya akan pulang bersamaku." Ujar Shawn membuat Bradley dan Shanaya keheranan.
"Tidak Shawn, aku yang meminta izin untuk mengajak Shanaya jalan-jalan, dan sudah berjanji pada Tante Sanchia untuk kembali mengantar Shanaya pulang. Jangan membuatku terlihat tidak bertanggung jawab Bro.." Bradley memasang ekspresi penuh harap, ingin Shawn berubah pikiran. Meskipun Bradley sangat paham dengan sifat posesif Shawn terhadap Shanaya, bahkan sejak mereka kecil.
"Kak Shawn, tolonglah.. Kak Bradley sendiri yang meminta izin pada Mommy untuk mengajakku jalan-jalan, jadi biarkan aku pulang bersama Kak Bradley. Lagipula bukankah Kakak punya urusan penting disini? Jangan bilang kalau Kakak kesini hanya untuk menjemputku pulang?" Tembak Shanaya membuat Shawn kehabisan kata.
Setelah cukup lama berpikir, Shawn akhirnya mengalah dan mengizinkan Shanaya untuk pulang bersama dengan Bradley, meskipun hatinya terasa begitu berat.
Sampai mobil yang ditumpangi Bradley dan Shanaya keluar dari area resort, Shawn masih saja menatap kepergian mereka dengan ekspresi suramnya dari lobby resort. Drake yang menyadari nasibnya cukup terancam saat ini, memilih berdiri agak jauh dari Shawn. Namun teriakan Shawn seketika menarik Drake untuk mendekat.
"Drake, apa kamu sengaja mengerjaiku?" Tatapan berkilat tajam dari Shawn bukannya membuat nyali Drake ciut, laki-laki tampan bertato itu justru mengulas senyum terpaksanya.
"Sorry Shawn aku salah mendengar informasi dari anak buahku, sehingga memberikan laporan yang salah padamu. Maaf aku tidak sengaja Shawn." Senyum lebar tanpa dosa dari Drake justru membuat Shawn semakin tidak percaya. Apalagi sahabat sekaligus asisten kepercayaannya yang berusia 5 tahun diatasnya itu, bukan sekali ini mengerjainya.
"Aku tahu kamu mengerjaiku Drake.. Aku ambil mobil sport hitam-mu selama seminggu, dan kamu harus memakai mobil VW warna pink selama seminggu ini." Ujar Shawn lalu berjalan pergi menuju lift untuk kembali naik ke atas rooftop hotel.
"Shawn.. Oh no.."
Sementara Drake berlari kecil mengikuti Shawn dari belakang, mulutnya sudah siap memprotes perkataan Shawn sebelumnya. Namun Shawn tentu akan menulikan telinganya kali ini.
*************************
Seminggu Kemudian..
Shawn sedang menikmati makan siangnya di foodcourt kampus yang lebih mirip restaurant mewah itu, setelah mengikuti 2 mata kuliah di kelasnya. Sudah banyak gadis yang menyapa Shawn sejak dia sampai di foodcourt tadi, namun tatapan tajam Shawn berhasil membuat gadis-gadis itu berbalik mundur. Mereka mungkin bisa bersikap pantang menyerah menghadapi sikap Shawn, tapi mereka sangat tidak siap jika tiba-tiba laki-laki dingin itu mempermalukan mereka di depan umum.
"Hai.." Untuk kesekian kalinya Shawn mengangkat wajah dari menu makan siangnya. Ekspresinya masih terlihat sama dinginnya seperti sebelumnya.
Gadis yang pernah mengalami insiden tidak terlupakan dengan menimpakan buku-bukunya ke kepala, bahu, tangan dan laptop Shawn, kini berdiri sambil tersenyum di depan Shawn. Shawn menampakkan raut jengahnya, karena tidak menyukai kehadiran gadis itu. Sebenarnya sudah beberapa hari ini, gadis itu terus muncul dihadapan Shawn, tapi Shawn sama sekali tidak menghiraukannya.
"Maaf aku mengganggu makan siangmu, aku hanya ingin kembali meminta maaf tentang kejadian tempo hari. Aku benar-benar menyesal dengan kejadian itu." Ungkap gadis itu, namun tidak mendapat tanggapan apapun dari Shawn.
"Aku masih belum merasa tenang, karena kamu belum memaafkanku." Raut wajah gadis itu berubah semakin muram, namun Shawn masih belum berniat membuka mulutnya.
"Oh iya namaku Marisha.. Aku.." Shawn memotong perkataan gadis bernama Marisha itu.
"Kenapa kamu terus saja muncul dihadapanku? Kamu terus mencoba menemuiku meskipun aku sudah bilang padamu untuk enyah dari hadapanku. Seharusnya kamu pergi selagi aku masih bersikap baik padamu. Aku merasa tidak ada gunanya berurusan denganmu, karena itulah aku memintamu enyah." Perkataan Shawn yang dingin tidak membuat Marisha mundur.
"Aku hanya ingin mendapat maaf darimu." Apa yang diucapkan Marisha ditanggapi senyuman sinis dari Shawn. Shawn mengikis jarak dan mendekatkan mulutnya ke telinga Marisha.
"Melihat usahamu sampai sejauh ini, aku malah semakin yakin kalau kamu mempunyai maksud tertentu padaku. Aku sangat yakin, kamu tahu siapa aku, tapi jangan harap kamu bisa mendekatiku." Tanpa menyelesaikan makan siangnya, Shawn segera mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Marisha.
Sementara Marisha seketika menerima teriakan, ejekan dan kata-kata kasar dari hampir semua pengunjung foodcourt. Mereka jelas melihat usaha Marisha yang begitu gigih untuk mendekati Shawn, meskipun Shawn terlihat sangat jelas tidak menyukai kehadiran Marisha.
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
mama Al
wkkwkwkw mantap shawn
gimana drake masih mau jahilin bos mu
2022-12-29
1
mama Al
hahahaha Shawn kamu bisa juga kena prank
2022-12-29
1
mama Al
ini Jordannya jillian ya
2022-12-29
1