Di salah satu ruangan Dokter Ortopedi Knight Group Hospital, Shawn menatap nanar hasil pemeriksaa CT Scan yang dilakukan terhadap Shanaya. Pendengarannya bahkan sudah tidak fokus mendengarkan penjelasan dokter kecuali beberapa kalimat pertama yang menjelaskan kalau Shanaya mengalami spinal cord injury atau cedera saraf tulang belakang, yang kemungkinan diakibatkan pukulan benda keras di punggungnya. Memang cedera yang dialami Shanaya tidaklah terlalu parah dan dapat disembuhkan dengan perawatan yang intensif. Tapi Shawn merasa terpukul, karena merasa dirinya lalai sehingga tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Shanaya.
Sempat terbersit juga di dalam benak Shawn, mengenai penyebab cedera saraf tulang belakang yang dialami oleh Shanaya. Shawn tidak bisa menepis dugaan, kalau Shanaya-lah perempuan yang berkali-kali membantunya saat menjalankan misi. Jika dugaan Shawn benar, maka dirinyalah penyebab cedera saraf tulang belakang yang dialami oleh Shanaya, akibat lemparan balok kayu sebulan yang lalu.
Di kamar VVIP Rumah Sakit Knight, Shawn duduk di sebelah tempat tidur Shanaya seraya memandang sendu wajah Shanaya yang kini tertidur lelap. Shawn memegang sebelah tangan Shanaya dengan kedua tangannya. Rasa bersalah menyelimuti hatinya, meskipun apa yang ada dalam benaknya masih merupakan dugaan tanpa bukti yang kuat.
"Shanaya bangunlah.. Jangan membuat Kakak khawatir dan merasa bersalah. Tolong bangunlah, Shanaya.." Lirih Shawn.
Shawn membenamkan kepalanya di atas genggaman tangannya pada tangan Shanaya. Tiba-tiba Shawn merasakan sentuhan di kepalanya, sehingga dia langsung mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Shanaya. Sebuah senyuman di wajah pucat Shanaya tampak terulas tipis, namun tetap memancarkan kecantikannya.
"Aku sudah bangun Kak.. Aku pingsan ya? Ayo kita pulang Kak, aku sudah baik-baik saja." Shanaya menyibak selimutnya, namun Shawn menahan tangan Shanaya dan menghentikan pergerakannya.
"Kamu harus tinggal beberapa hari di Rumah Sakit, kamu memerlukan beberapa pengobatan dan perawatan. Nanti aku akan kabari Mommy dan Daddy ya."
"Tidak Kak, tolong jangan katakan apapun pada Mommy dan Daddy. Suruh semua orang untuk tidak mengatakan keadaanku pada Mommy dan Daddy, aku benar-benar tidak apa-apa. Aku tidak mau mengganggu Mommy dan Daddy yang sedang berlibur dan beristirahat dari kesibukan mereka." Shawn merasa terenyuh mendengar perkataan Shanaya. Memang Shanaya sudah berubah menjadi orang yang sangat peka dan begitu peduli pada keluarganya. Dirinya yang dulu sangat manja dan bebas, sekarang begitu dewasa dan bijak, Shawn sangat menyadari itu.
"Baiklah, tapi bisakah kamu jelaskan pada Kakak, kenapa kamu bisa mengalami cedera di punggungmu?" Terlihat jelas keterkejutan di wajah Shanaya saat ini, namun Shawn tetap bersikap tenang, tidak ingin membuat Shanaya merasa terintimidasi oleh pertanyaan darinya.
"Ini.. Ini karena aku sempat jatuh di kamar mandi, dan terbentur pada pinggiran bathtube." Ujar Shanaya tanpa berpikir panjang. Shanaya menebak kalau Shawn sama sekali tidak percaya pada apa yang dikatakannya, melihat reaksi Shawn yang justru memicingkan matanya saat ini.
"Iya itulah yang terjadi Kak.. Apa yang dikatakan oleh dokter? Apa aku harus menjalani perawatan?" Tanya Shanaya ingin tahu.
"Iya, kamu mengalami cedera saraf tulang belakang. Kakak ingin kamu berobat sampai sembuh, tolong jangan membuat Kakak khawatir dan juga merasa bersalah Shanaya." Tatapan sendu dan suara lirihnya menyesakkan dada Shanaya. Sungguh dirinya tidak bermaksud membuat Shawn merasa khawatir apalagi merasa bersalah.
"Merasa bersalah kenapa Kak? Ini salahku yang tidak berhati-hati saat di kamar mandi, kenapa Kakak bilang merasa bersalah, hehe.." Shanaya terkekeh kecil di akhir kalimatnya, tapi hal itu sama sekali tidak terdengar lucu bagi Shawn. Justru Shawn semakin mengeratkan genggaman tangannya di tangan Shanaya.
"Cepatlah sembuh, Kakak akan merawatmu sampai kamu sehat kembali." Niat tulus Shawn membuat hati Shanaya menghangat dan tersenyum senang.
Tok.. Tok.. Tok..
Sebuah ketukan terdengar di luar pintu kamar perawatan Shanaya, sebelum seseorang menyembulkan kepalanya, lalu masuk tanpa dipersilahkan.
"Shanaya kamu kenapa? Aku begitu terkejut mendengar keadaanmu dari Dokter Stevan tadi. Apa kamu merasa kesakitan?" Shanaya tersenyum seraya menggeleng pelan mendengar pertanyaan Marisha yang berjalan masuk menghampirinya.
Shawn melepas genggaman tangannya dan beranjak dari kursi di tepi tempat tidur Shanaya, agar Marisha bisa duduk disana. Sementara dirinya memilih mendudukkan dirinya di atas sofa yang berada tidak jauh dari sana.
"Pokoknya aku akan mengawasi proses pengobatanmu sampai kamu sembuh, meskipun aku bukan Dokter Ortopedi." Ujar Marisha yakin, yang dibalas senyuman dan anggukan dari Shanaya.
*************************
Sudah 4 hari ini Shanaya dirawat di Rumah Sakit, Shawn benar-benar menepati janjinya untuk selalu merawat dan menemani Shanaya. Bahkan Shawn seringkali menginap di Rumah Sakit dan berangkat bekerja langsung dari Rumah Sakit. Hal itu sangat membuat Shanaya terharu dan bahagia.
'Sepertinya sakitku ini membawa berkah yang besar, Kak Shawn kembali menunjukkan perhatiannya padaku.' Batin Shanaya.
"Shanaya, sarapan dulu ya.. Ini masakan chef kita, pasti kamu menyukainya lebih dari makanan Rumah Sakit." Ujar Shawn lalu membuka box makanan yang dipegangnya.
Perlahan Shawn menyodorkan sendok berisi makanan tepat di hadapan Shanaya, dan Shanaya tanpa ragu langsung melahapnya. Memang masakan Chef di mansionnya sangatlah enak, meskipun masakan di Rumah Sakit keluarganya ini pun sangat enak dan sehat. Tapi beberapa hari disini tentunya membuat Shanaya rindu dengan suasana termasuk makanan di mansionnya, terutama masakan Mommy-nya. Tapi saat ini, Shanaya tidak ingin Mommy-nya mengetahui keadaan dirinya yang sedang sakit.
Di sela-sela menyuapi Shanaya yang terlihat mulai sehat dan bersemangat, pikiran Shawn dipenuhi banyak pertanyaan tentang Shanaya. Terutama mengenai kecurigaannya, kalau Shanaya adalah gadis penyelamat yang dicarinya selama ini. Dari hasil penyelidikan Drake dan anak buahnya, mereka sama sekali tidak menemukan bukti yang kuat, kalau Shanaya-lah si gadis misterius itu.
Hal itu karena Shanaya terlalu pintar membuat alibi tentang keberadaannya, setiap kali Shanaya melakukan misinya. Shawn jelas-jelas melihat rekaman CCTV yang menunjukkan kalau Shanaya berada di mansion, setiap kali gadis misterius itu membantu Shawn dalam misinya. Karena Shanaya selalu menyuruh Ivone atau anggota Engelschatten yang lain untuk memakai pakaiannya juga topeng wajah yang sama persis seperti dirinya, lalu membuat alibi kalau Shanaya memang berada di mansion.
'Jadi Shanaya bukanlah gadis misterius yang aku cari. Sebenarnya aku merasa tenang, jika itu bukanlah dia. Tapi aku akan lebih mengawasi Shanaya, untuk meyakinkan fakta ini, sekaligus mematahkan semua kecurigaanku.' Ucap Shawn dalam hati.
"Kak Shawn, aku sudah kenyang." Ujar Shanaya mengejutkan Shawn dari pikirannya.
"Oh okay.. Minumlah.." Shawn menyodorkan segelas air putih yang kemudian diminum oleh Shanaya. Shawn juga mengelap perlahan sudut bibir Shanaya yang basah dengan sehelai tisue, membuat Shanaya tersenyum karena terharu.
"Kakak berangkat sekarang ya." Shawn berdiri dari duduknya, lalu mengusap pelan rambut Shanaya.
"Lho, Kakak kan belum sarapan." Protes Shanaya, tidak ingin Shawn berangkat sebelum memakan sarapannya.
"Kakak ada meeting penting dengan direksi pagi ini, Kakak akan sarapan nanti, jika tidak terlambat sampai perusahaan." Shanaya menganggukkan kepalanya, tidak bisa berargumen lebih jauh dengan kakaknya itu. Shawn memang sangat profesional dalam bekerja, sekalipun dirinya adalah CEO di perusahaannya sendiri, tapi dia tidak pernah bersikap sewenang-wenang dan semaunya sendiri.
"Besok pagi kamu sudah boleh pulang, tapi setiap minggu Kakak akan mengantarmu untuk kontrol ke Rumah Sakit."
"Iya Kak.." Jawab Shanaya singkat.
"Baiklah, Kakak berangkat dulu ya, hati-hati.. Beberapa anak buah berjaga di luar, suruh Marisha memanggil mereka jika kamu memerlukan sesuatu ya." Shanaya menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Shawn. Hingga Shawn keluar dari kamar perawatan itu.
'Kak, aku tahu Kakak masih mencari bukti kalau akulah orang yang kamu cari. Tapi aku pastikan Kakak tidak akan menemukannya semudah itu. Setidaknya tidak untuk saat ini.' Tekad Shanaya dalam hati.
*************************
Terima kasih banyak ya atas Like, Rate bintang 5, Favorit dan Comment-nya, selalu menjadi semangat dan motivasi lebih untukku menulis kisah Shawn juga Shanaya.
Semoga selalu sehat, bahagia, banyak rezeki dan sukses selalu ya semuanya. Love u all ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Atik Marwati
mungkinkah sebenarnya mereka punya perasaan yang sama ya...
2023-11-28
1
mama Al
wah keren ada ilmu tentang kedokteran
2023-01-16
1
Arthi Yuniar
Haii kak..maaf ya jika telat mampir tapi pasti aku baca pelan2😊
Shanaya jadi cewek tangguh ya sekarang, aku salut karena dia membantu Shawn berulang kali dan Shawn pasti gak akan semudah itu menemukan gadis penyelamatnya
2022-05-11
1