KUPU-KUPU JINGGA

KUPU-KUPU JINGGA

Misi yang Gagal

Sofia terus berlari sejauh mungkin, peluru yang ditembakkan oleh anak buah Lily sempat mengenai bahunya ia merasa tenaganya mulai berkurang dan akan mati konyol jika memaksakan bertarung dengan segerombolan laki-laki berbadan besar yang bernafsu untuk membunuh dirinya di bawah perintah Lily. Jauh hari Sofia memang sudah curiga ada yang tak senang padanya di dalam kelompok Black Butterfly, kelompok pembunuh bayaran yang sangat terlatih untuk membunuh dengan jasa yang dibayar sangat mahal atau tergantung dari target yang diminta klien. Namun Sofia tidak menyangka jika yang ingin menghabisinya justru Lily, kawan yang tumbuh bersama sedari kecil di bawah asuhan Aretta. Sosok perempuan bertangan dingin yang membuat senjata-senjata pembunuh

yang cantik dan menawan seperti Sofia, Lily, Jasmine, Diane dan yang termuda diantara mereka Trish.

Nafas Sofia kian memburu luka tembak di bahunya tak henti mengeluarkan darah sementara pistol di genggamannya hanya menyisakan tiga peluru saja. Gadis berambut sebahu itu memutuskan bersembunyi di balik pohon besar dari kejauhan ia mendengar dedaunan yang disibak kasar dan ocehan tentang hadiah besar jika ia bisa tertangkap hidup atau mati. Mata tajam Sofia mengawasi dalam kegelapan jika tak salah duga tak jauh dari tempatnya bersembunyi ada jalan raya dan ia harus kesana secepat mungkin. Dengan gerakan yang hati-hati Sofia berusaha untuk menjauh namun dahan kering yang ia pijak terdengar oleh seorang laki-laki memburunya, laki-laki itu berseru dan mengejar Sofia, tangan gadis yang berlumuran darah itu mengarahkan pistolnya, ia membidik sesaat dan melepaskan tembakan, terdengar jeritan tertahan dan seruan kata-kata kasar oleh rekan laki-laki itu. Sofia merasa harus berlari sekarang menuju jalan raya itu agar bisa selamat dari kejaran anak buahLily yang memburunya membabi buta.

Jalanan sangat lengang mobil yang dikendarai Biyan melaju dengan cepat hari ini ia lelah sekali dan ingin segera tiba di rumah. Malam sudah mendekati pertengahannya hanya sesekali ia berpapasan dengan kendaraan lainnya. Biyan memutar musik untuk menghalau rasa penat dan kantuk yang mulai menghampirinya. Peralihan musim membuat pasien di kliniknya mengantri lebih panjang dari biasanya dan ayahnya yang juga seorang dokter memutuskan untuk menginap di klinik mereka, hanya Biyan saja yang pulang malam ini.

Biyan menginjak gas lebih dalam mobilnya pun melaju mengikuti alur jalan raya yang berkelok membelah hutan hingga di belokan selanjutnya bayangan hitam melintas begitu saja dan mengejutkan Biyan, ia segera mengerem mencoba menghindari bayangan itu. Suara decitan rem mobil terdengar, namun terlambat mobilnya berhasil menyambar tubuh seseorang dan membuatnya terlempar dan terguling sementara Biyan membanting stir ke arah kanan hutan dan menabrak pembatas jalan. Dentuman benda keras terdengar beberapa detik berikutnya. Pandangan Biyan sesaat berkunang pelipisnya membentur stir tengkuknya pun terasa nyeri. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dengan gerak cepat ia membuka pintu mobil dan menghampiri sesosok tubuh yang tengah tertelungkup tak sadarkan diri.

Ia memeriksa kondisi korban yang ia tabrak, dahinya berkerut saat ia tahu jika ada luka tembak di bahu si korban. Biyan semakin merasa tak karuan ketika ia tahu jika korban yang tengah ia pegang adalah seorang perempuan. Ia menghela nafas berat, jemarinya merogoh saku celananya dan sesaat menelpon seseorang.

“Ayah, tolong kirimkan ambulans di kilometer 48, iya … di tikungan tajam itu. Segera ayah,

korban mengalami luka parah dan… aku yang telah menabraknya.” Biyan memutuskan sambungan telponnya. Ia mencoba memeriksa kembali apa ada tulang yang patah atau tidak.

Biyan mengedarkan pandangannya tampak sepi sekali bahkan tak ada tanda jika bakal ada kendaraan yang akan melintas. Namun tanpa Biyan ketahui di dalam hutan sana para pemburu Sofia melihat kejadian itu dan mereka memutuskan untuk tidak mengejar Sofia lagi.

Biyan menyentuh leher gadis itu untuk memastikan lagi jika korban yang ia tabrak masih hidup. Beragam tanya berkelebat di pikiran Biyan mengapa sampai kecelakaan ini terjadi. Ia heran apa mengapa seorang gadis sendirian berlarian di jalan raya lengang di tengah malam. Biyan merasa pusing sesaat, ia meraba pelipisnya yang terluka. Jalanan begitu sepi bahkan suara jangkrik di hutan pun bisa terdengar.

Dokter muda yang berperawakan tinggi dan berbadan tegap itu mencoba berdiri dan berjalan menghampiri mobilnya yang kini dalam keadaan mati. Ia memeriksa sejenak dan memastikan tidak ada kerusakan parah.

Dari dalam hutan sisa-sisa penyerang Sofia mundur ke dalam hutan. Mereka mencoba berpikir laporan apa yang akan mereka katakan kepada Lily bos yang membayar mereka. Di luar dugaan Sofia justru mengalami kecelakaan yang menurut mereka siapa pun tidak akan selamat dengan tabrakan seperti itu. Mereka memutuskan untuk menjauh para tukang pukul itu pun enggan berhubungan dengan polisi. Yaa mereka yakin polisi akan datang karena penabrak Sofia tidak melarikan diri justru menunggu sesuatu.

Tak lama suara sirene ambulans mendekat di kejadian tabrakan itu. Dengan cekatan Sofia dipindahkan ke dalam ambulans.

"Aku akan ikut di dalam. Biar aku tahu perkembangan korban ini." Tanpa ragu Biyan segera naik dan duduk di sisi Sofia sementara petugas medis segera melakukan pertolongan pertama dan memeriksa tanda-tanda vital gadis yang nyaris bersimbah darah.

"Mobil Anda bagaimana dokter Biyan?" tanya salah seorang petugas.

"Aku sudah memeriksa mesinnya ku pastikan mobil itu masih bisa membawamu kembali ke klinik."

"Maksud Anda bagaimana dok?" tanya pemuda itu lagi. Nampaknya Biyan sangat mengenalinya hingga tak canggung menyuruh pemuda itu yang mengendarai mobilnya. Biyan menatap pemuda itu dengan mata lebar,

"Hey... Arman aku baru saja mengalami kecelakaan kepalaku ini terluka dan ku rasa berdenyut sakit! Untuk kalimat yang ku katakan tadi pun kau tidak paham... ck" Biyan menutup pintu ambulans dan meninggalkan Arman yang masih tampak bingung, butuh setengah menit setelah ambulans itu berlalu barulah Arman menyadari jika ia diperintah oleh anak dari pemilik klinik untuk membawa mobil bosnya itu kembali ke klinik. Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mematuhi perintah bosnya.

Biyan masih memandangi wajah perempuan yang ia tabrak itu, kondisinya tidak bagus. Ia merasa gusar karena menurutnya ambulans ini berjalan dengan pelan. Tentu Biyan merasa khawatir jika tidak bisa tiba tepat waktu ia tak mau nyawa gadis ini melayang karena kecelakaan itu. Tentunya Biyan tidak sepenuhnya bersalah toh gadis itu tiba-tiba saja muncul di depan mobilnya yang tengah melaju.

"Dok... dokter Biyan, apa Anda tahu jika luka gadis ini bukan karena kecelakaan mobil saja ?" tanya petugas yang memeriksa Sofia. Biyan menatap lurus ke arah gadis yang menghirup oksigen dari balik masker.

"Ada luka tembak di bahu gadis ini dok..."

Terpopuler

Comments

Adel

Adel

mampir di karyAku ku juga yah...

salam dari
RINDUKU DI UJUNG SURGA

2020-12-15

0

เลือดสีน้ำเงิน

เลือดสีน้ำเงิน

penduduk bunian mampir 😇 fav and like 👍❤️

2020-12-15

0

Pindah Akun

Pindah Akun

hai thor, aku mampir nih.
bawa like&rate juga.
semangat trs ya buat nulisnya.
ceritanya seru, bacanya aku cicil ya.
salam dari time memory.

2020-10-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!