Cinta baru

Langit melukiskan semburat oranye tanda senja menjemput. Di balkon atas rumah yang di desain dari kayu bergaya eropa itu Biyan berdiri memandangi hamparan padang rumput yang ikut tersiram warna oranye dari langit. Tangan kanannya masih memegang cangkir teh yang mulai pudar hangatnya. Matanya menerawang jauh melintasi padang rumput yang biasa ia lewati jika sedang berkuda. Keresahan itu masih ada meski telah berbaur dengan detak cepat jantungnya yang ia harus tenangkan jika bersama dengan Sofia atau Anna nama pemberian dokter Rasyidi pada gadis itu.

Setelah kematian Flora tunangannya lima tahun lalu ia sama sekali tidak dekat lagi dengan seorang wanita. Jantungnya sepertinya sudah mati rasa, tak ada lagi debaran kuat dan hati yang terpikat pada wanita manapun hingga Anna datang walau kehadirannya dengan cara yang tak lazim. Enam bulan sudah terlewati selepas dari sembuh fisiknya Sofia atau Anna tak ada pilihan lain selain membawa gadis tanpa ingatan itu ke rumah mereka. Biyan tak ingat lagi kapan jantungnya mulai berdebar saat dekat dengan Anna.

Getaran di saku celana Biyan membuatnya sedikit tersentak pikiran tentang Anna selalu berhasil membuatnya hanyut. Pria itu segera merogoh kantung celananya dan terlihat nama Arda yang memanggil.

“Gimana Ar, kamu sudah dapat informasinya ?”

“Susah bro… Kayaknya nih cewe bukan penduduk bumi !” jawab Arda dengan nada gusar.

“Kamu sendiri kan yang bilang kalau kamu punya koneksi untuk informasi seperti ini ?” Biyan menghela nafas selama berbulan-bulan ini ia dan Arda tetap berusaha mencari identitas Anna.

“Tapi paling tidak ada sesuatu yang harus aku kasih lihat ke kamu. Tunggu saja aku akan kesana malam ini.”

“Baiklah aku menunggu.” percakapan itu selesai dan Biyan menghabiskan tegukan teh terakhirnya yang sudah dingin.

“Aku sangat suka pemandangan senja dari balkon ini.” suara seorang wanita tiba-tiba mengejutkan Biyan, ia terbatuk kecil lalu menoleh pada Anna yang entah kapan sudah berada di sampingnya.

“Heyyy… Maaf aku tidak bermaksud mengejutkanmu. “ sorot mata Anna terlihat cemas. Mata dengan iris coklat muda yang membuat Biyan terasa ada hipnotis di dalamnya.

“Tak apa.” gumam Biyan pendek hampir tak terdengar. Pria itu berusaha nampak setenang mungkin, ia tak ingin terlihat gugup di depan Anna.

“Aku juga suka senja di balkon ini, ketika padang rumput itu berubah warna rasanya sedang melihat karpet raksasa berwarna oranye.” Biyan terkekeh sekenanya, Anna tersenyum lebar deretan gigi putih dan rapih itu semakin membuat Biyan tertawan. Oke fix… Aku memang sedang mengalami kejatuhan… Hatiku jatuh pada wanita ini. Suara itu terdengar lagi di kepala Biyan.

“Bi…” Anna selangkah mendekat dan berdiri persis di samping Biyan. Aroma parfum Anna tercium begitu lembut dan membuat senja semakin syahdu.

“Akhir-akhir ini aku sering bermimpi tentang anak kecil perempuan yang menangis di dalam hutan. Aku tidak tau anak itu siapa atau bisa jadi itu aku.” Anna tertunduk dengan wajah yang mendadak muram.

“Dunia ini luas Bi, tanpa ingatan apa pun aku merasa dunia ku hanya ada kamu dan ayah serta kebaikan kalian. Bagaimana jika aku ini ternyata orang jahat Bi ?”

Biyan berbalik dan memandangi Anna, jemarinya perlahan mengangkat dagu wanita itu, mata mereka bertemu mata teduh Biyan yang selalu membuat Anna nyaman.

“Semua orang punya masa lalu, siapa pun dirimu hingga kau hidup saat ini itu rencana Tuhan. Jalani saja jangan cemaskan apa pun selama kau disini.” Biyan tersenyum meyakinkan Anna, tatapan mata Biyan berkata semua akan baik-baik saja karena ada cintaku yang selalu menjagamu…

Biyan meletakkan cangkir tehnya, lalu berjalan ke arah belakang Anna. Lengan kokohnya melingkari bahu Anna dan melewati dada atasnya. Ia meletakkan dagunya di bahu kanan Anna sambil menikmati aroma wangi di sela-sela anak rambut gadis itu. Anna pun memegang lengan Biyan dengan hangat. Mereka terdiam dan merasakan senja yang hangat berdua.

"I love you Anna..." sambil mengecup pipi gadisnya bahkan hingga berbulan-bulan ini Biyan belum sekali pun memberanikan diri mencium bibir Anna. Ia tak ingin memaksa, ia hanya menunggu momen yang tepat untuk itu. Anna awalnya canggung dengan sikap Biyan yang kadang romantis seperti ini namun ia sesungguhnya tak berani berharap lebih meski ia sangat menyukai pria yang menolongnya ini. Anna menerima semua perlakuan baik Biyan karena berhutang nyawa dan tak punya ingatan apa-apa.

"Mengapa kau tak pernah membalas ucapan cintaku An?" tanya Biyan setengah berbisik di telinga Anna. Sekilas Anna tersenyum dalam hatinya memang belum yakin dengan perasaannya itu. Ia masih memiliki ketakutan dalam dirinya bagaimana jika suatu saat nanti ingatannya pulih ? Bisa saja ia punya seseorang yang sedang menunggunya kembali.

"Aku menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya kepadamu Bi" jawab Anna beberapa saat. Gadis itu menghela nafas ia merasa Biyan terlalu baik kepadanya selama ini. Tak pernah ia melihat sifat buruk dari Biyan yaa kecuali gila kerjanya itu dan kutu buku. Tak jarang pria yang tengah memeluknya ini tidur dengan beberapa buku di atas kasurnya atau ia mendekap sebuah buku yang terbuka dalam tidurnya.

"Waktu yang tepat?" Biyan melontarkan kembali pertanyaan itu meski terdengar hanya sebagai kalimat yang tak ingin Anna jawab.

"Hmmm... iya waktu dimana aku tak meragukan lagi ingatan atau masa laluku." desah nafas Biyan terdengar sedikit berat. Ia menegakkan badannya, kalimat yang di dengarnya barusan memang masih menjadi dinding pembatas tak terlihat antara dirinya dan Anna. Keraguan yang membuat Anna terkadang masih menjaga jarak dengannya walau pun ia tak menolak sentuhan fisik spontan yang dilakukan Biyan kepadanya.

Anna melepaskan pelukan Biyan, berbalik menatap Biyan yang pandangan Biyan justru jauh ke padang rumput sana. perlahan jemarinya menyentuh pipi Biyan dan menuntun wajah itu untuk sedikit tunduk melihat ke arah wajah Anna. Jantung Biyan seketika berpacu dengan cepat konyolnya bahkan ia mengira Anna akan mendengar degupan jantungnya itu.

"Terima kasih atas kebaikanmu selama ini Biyan bahkan terang-terangan dirimu menyatakan cinta padaku. Kau tahu aku sangat beruntung ditabrak olehmu." Anna mengukirkan senyum di bibir tipisnya itu. Biyan merengkuh Anna ke dalam pelukannya.

"Terima kasih untuk kau tetap bertahan hidup Anna, aku tak tahu hidupku akan jadi seperti apa andai kau menyerah saat itu juga. Kau tidak akan berada di pelukanku saat ini dan merasa hidupku sempurna."

Anna terdengar tertawa kecil dalam dekapan dada Biyan yang bidang.

"Jangan berlebihan Bi ... itu tidak baik. Aku hanya gadis dengan cacat ingatan,aku..."

"Ssttt... aku tidak ingin mendengar kata cacat ingatan itu lagi." potong Biyan cepat ada nada geram di perkataan Biyan barusan. Anna mengangguk sambil tersenyum canggung.

Terpopuler

Comments

Justus Janis

Justus Janis

💗

2020-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!