Pelarian

     Biyan bergegas turun dari mobil ketika mereka berhenti di sebuah pondok memancing, sebenarnya tepat disebut sebagai rumah dalam ukuran kecil. Ia nyaris lupa dimana ayahnya menyimpan kunci pondok itu. Sesaat setelah terbuka Biyan terlebih dahulu menyiapkan tempat tidur untuk Sofia agar mudah bagi Biyan memeriksa luka gadis itu. Tak lama ia mengeluarkan Sofia yang sudah lemas dan setengah sadar, lalu membaringkan di sofa yang sejenak ia bersihkan tadi. Biyan berkeliling di sekitar ruang tengah jika tak salah ingat seharusnya ia menemukan kotak obat yang ayahnya simpan. Dan benar kotak obat itu ada diatas lemari namun ia sedikit kecewa karena kotak yang diharapnya tidak lengkap untuk penanganan luka tembak Sofia.

     Biyan kembali berlari kecil ke arah mobilnya memeriksa laci dashboard dan berharap ia menemukan sesuatu yang berguna. Ia menemukan sebotol alkohol yang kadang ia pakai untuk membersihkan sesuatu. Ia segera kembali dan mengumpulkan apa saja yang bisa ia gunakan untuk menolong Sofia. Ia yakin ada peluru yang bersarang di pinggang sofia meski tidak dalam dan seharusnya ia bisa mengambil itu. Namun apa harus ia lakukan dalam keadaan Sofia tersadar ?

       "Anna, dengar aku, peluru itu harus dikeluarkan segera dari lukamu. Kita tak punya obat bius di sini. Apa kau sanggup menahan sakitnya ?" Sorot mata Biyan sungguh tak tega melakukan hal sesakit itu namun ia tak punya pilihan selain meminta  keberanian Sofia. Gadis itu mengangguk yakin, semua sudah terlanjur terjadi apa pun itu Sofia harus hadapi. Biyan menggulung baju Sofia hingga sebatas bra Sofia. Membalurkan alkohol pada penjepit dan luka bekas tembakan itu. Sofia merasakan perih dan sakit yang luar biasa saat penjepit itu masuk dan berusaha mengeluarkan peluru dari bawah kulit Sofia. Jemari gadis yang berlumur darah yang mengering mencengkram sofa tempatnya berbaring hingga nyaris berlubang. Hanya ada suara yang tercekat dari tenggorokan Sofia dan nafas yang tertahan. Biyan terkejut dengan sikap calon istrinya yang luar biasa dalam menahan sakit. Ia takjub dengan kekuatan gadis itu yang memperlihatkan sikap tenang padahal di saat yang sama justru Biyanlah yang merasa gugup.

Biyan mengelap peluh di dahinya dengan gerakan lengan atasnya. Jahitan di luka Sofia sudah selesai setelah beberapa menit yang lalu peluru itu berhasil ia keluarkan. Dengan cekatan ia mengobati luka Sofia yang lainnya mengambil air hangat dan membersihkan tubuh Sofia. Tanpa sungkan ia mengganti baju Sofia dengan baju kaos Biyan yang memang tersedia di pondok ini jika ia datang memancing bersama ayahnya atau Ardha sahabatnya. Tak lupa Biyan memberinya segelas air dingin dan beberapa butir obat 

           Sofia mengambil posisi menyamping saat berbaring matanya memancarkan sorot lelah dan sedih. Sementara Biyan terdiam duduk di depannya menunggu apa Sofia ingin mengatakan sesuatu atas semua ini. Biyan menghela nafas tak mudah baginya menghapus rasa kaget dengan kejadian barusan, rumahnya yang terbakar, bayangan Sofia yang berlari kencang ke arahnya di bawah hujan peluru yang akhirnya menembus tubuh Sofia. Tangan Sofia terjulur menggenggam jemari Biyan, pandangan mereka beradu dalam diam Sofia paham tatapan Biyan yang memohon penjelasan. 

        "Namaku Sofia dokter Biyan. Aku seorang vilainess dan tugasku awalnya adalah membunuhmu agar posisi ayah kandungmu yang seorang klan besar mafia goyah." 

Mata Biyan membesar mendengar pengakuan Sofia ia nyaris tak percaya jika gadis lembut dan ceria yang bersamanya selama ini adalah seorang pembunuh bayaran. Biyan masih terdiam untuk mendengar pengakuan Sofia lainnya.

        "Di tengah misiku malam itu seorang kawan mengkhianatiku dan mengacaukan pekerjaanku hingga kau menabrakku dan membuat aku hilang ingatan." Sofia menarik tangannya kembali lalu memejamkan mata kalimat berikutnya yang akan di dengar Biyan sangat menggoncang hatinya.

         "Lalu aku jatuh cinta padamu dokter Biyan, cinta yang tulus. Hingga kemudian seorang dari agenku datang menyerahkan file rahasia kepadaku jika ayahku yang dulu seorang perwira polisi beserta ibuku yang sedang mengandung saat itu dibunuh dengan kejam oleh suruhan Maxwilliam, ayah kandungmu."

Terpopuler

Comments

Reynjyi Marissa

Reynjyi Marissa

Dah lama nunggu lanjutannya ini akhirnya...

2020-04-30

0

Reynjyi Marissa

Reynjyi Marissa

😔😔😔

2020-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!