Perburuan

      Suara langkah kaki terdengar samar di antara riuh rendah suara anak-anak yang bersahutan riang tertawa di panti asuhan Muara Kasih. Musik dan lantunan lagu selamat ulang tahun menambah semarak suasana di salah satu ruangan panti. Tampaknya seorang anak dari panti itu sedang merayakan ulang tahunnya yang ke  enam. Pemilik kue tart dengan angka enam itu seorang anak kecil perempuan dengan rambut sebahu. Parasnya cantik seperti boneka, berkulit putih bersih, hidung yang mancung dan iris mata coklat muda. Sekilas anak itu tampak seperti anak-anak lainnya, tersenyum ceria dan binar mata yang riang karena pesta ulang tahunnya. Namun jika diperhatikan gadis kecil itu duduk di kursi roda, kakinya tak bisa berjalan dan kemungkinan besar ia akan menghabiskan seumur hidupnya di kursi roda. Ibu pengasuh bilang sejak dibawa ke panti asuhan saat umur enam bulan anak itu memang sering sakit-sakitan. Sedikit keberuntungan memihak takdirnya karena panti asuhan yang dipilih jalan hidupnya untuk tumbuh memiliki para pengasuh yang baik hati dan seorang donatur tetap yang selalu memberikan sumbangan dengan nilai yang banyak agar anak-anak di panti ini mendapat hidup yang layak juga fasilitas kesehatan yang baik. Walaupun sudah hampir setahun ini donatur yang baik hati itu menghilang tanpa kabar. 

          Tali balon-balon gas warna warni masih digenggam erat seorang gadis yang berpakaian serba hitam di dekat pintu ruangan yang dijadikan tempat pesta ulang tahun. Ibu Mirna kepala pengasuh melihatnya dari kejauhan dan menghampiri tamu yang tak dikenalinya itu.

      "Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?" Sapa ibu Mirna dengan ramah. Ia melihat gadis di depannya ini agak sedikit kesulitan dengan tangan kanan dipenuhi tali balon dan tangan kiri yang dipenuhi pula tas jinjing berisi mainan dan makanan kecil. 

       "Ooh… iya maaf bu, saya datang kesini atas permintaan Sofia sahabat saya untuk menyerahkan ini kepada teman kecilnya yang berulang tahun hari ini." Sambil tersenyum ramah tamu itu memberi kode dengan menaikkan lengannya. Ibu Mirna sejenak mengernyitkan dahi lalu tersadar dan memanggil salah seorang pengurus panti untuk mengambil balon juga goody bag dari tangan gadis yang tersenyum lebar dan ramah itu. 

         "Ayo Nona kita ke ruangan saya." Ajak ibu Mirna namun sang tamu menolak halus. 

       "Tidak usah repot Bu, saya hanya sebentar saja dan ini titipan dari Sofia juga." Sebuah amplop coklat disodorkan kepada ibu Mirna. Ibu itu menerima dengan agak ragu karena hampir setahun ini Sofia menghilang dan tak pernah ada kabar. Gadis itu selalu berpesan jika ia tak menghubunginya dalam waktu tiga bulan maka…

       "Maaf, anda siapa yaa ? Nak Sofia tidak pernah cerita jika ia memiliki teman yang akan ditunjuknya mengantar sumbangannya." Meski amplop itu sudah ada di tangan ibu Mirna ada perasaan canggung yang menjalar di hati ibu kepala panti. 

      "Ooh… maaf atas ketidaksopanan saya, seharusnya saya memperkenalkan diri dulu. Saya Trish adik junior Sofia di akademi bahasa asing, kami juga satu apartemen saat ini Sofia sedang berada di luar negeri untuk tugas belajar serta pengembangan riset. Sepertinya dia sangat sibuk sampai tidak bisa menyampaikan langsung kepada Ibu." 

Trish membuka kacamata coklatnya, senyum manis tak berkurang di bibir tipisnya. Sorot matanya hangat bersahabat mencoba menarik simpati dan kepercayaan ibu Mirna. Wanita paruh baya kepala panti itu hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. Ia melihat sekilas ke ruangan pesta yang semakin riuh dengan balon warna warni yang dibawa Trish. 

         "Terima kasih banyak yaa Nak Trish sampaikan juga kepada nak Sofia salam saya sudah cukup lama Sofia tidak main kesini lagi." Mata ibu Mirna memandang lurus ke arah wajah Trish yang putih mulus dengan polesan make up minimalis. Tak mencolok namun membuat gadis muda itu terlihat menarik.

       Tak lama kemudian Trish meninggalkan panti asuhan yang hampir sepuluh tahun ini dibiayai oleh Sofia. Selain menjadi assasin Sofia mengelola sebuah usaha florist yang dijalankan oleh beberapa pengurus panti termasuk ibu Mirna sebagai penanggung jawabnya. Kadang Sofia ada di rumah kaca di belakang panti untuk membantu menanam atau merawat bunga. Sesekali ia juga belajar merangkai bunga bersama ibu Mirna. Toko florist yang letaknya tak jauh dari panti berjalan cukup baik dan memiliki beberapa pelanggan tetap. Ketika Trish menanyakan kepada Sofia alasannya mengapa ia repot-repot mengurus bunga dan menyumbang pada panti saat itu Sofia menjawab agar ia masih ingat jika ia adalah seorang manusia juga wanita.

           "Sofia sayaaang… aku punya kartu As… siapkan dirimu untuk bertekuk lutut di kakiku, Senior!" senyum ramah Trish lenyap berubah jadi seringai yang licik siap membunuh. Sebuah rencana rupanya sudah dipersiapkan oleh Trish untuk menghancurkan Sofia lebih buruk lagi. Tidak ada yang menyadari jika selama ini Trish adalah rubah betina yang bersikap manis dan setia kawan.

             Iringan mobil masuk ke halaman rumah dokter Rasyidi yang sudah berantakan. Firasat dokter itu akhirnya terjadi. Rumahnya sudah diserang, ia bergegas memeriksa ke dalam dan melihat sejauh mana penyerangan itu terjadi. Max ikut masuk mengekori sahabatnya sekaligus ayah asuh putranya. Max juga memberi kode agar anak buahnya turut memeriksa keadaan sekitar dan berjaga-jaga. Dokter Rasyidi segera menelpon Rima dan menanyakan kondisi klinik ia bernafas sedikit lega karena penyerangan tidak sampai ke klinik. Namun Rima pun tak tahu dimana keberadaan Biyan juga Anna. Dokter Rasidi terlihat cemas frustasi sama seperti Max namun ayah kandung Biyan ini menyimpan bara amarah karena ada yang mengganggu kehidupan putranya yang selama  ini tenang.

           Tak ada jejak siapa pun kecuali puluhan selongsong peluru, dinding yang berlubang juga separuh ruangan yang terbakar. Mereka tiba terlambat jika saja mereka tiba enam jam lebih awal mereka akan berhadapan langsung dengan Aretta dan anak buahnya. Kaki dokter Rasyidi melangkah tanpa sadar ke arah kamar Anna, mendorong pintu kamar yang sudah rusak sebagian. Di tempat tidur gadis itu teronggok gaun pengantin yang seharusnya dipakai Anna lusa di hari pernikahannya. Ada perih yang menggores hati laki-laki yang sudah menganggap Anna bak putrinya sendiri. Ia melepas kacamatanya dan memijat kelopak matanya yang terasa hangat. Sungguh ia menyayangi dua anak manusia yang sudah saling terikat cinta. Entah dimana Biyan dan Anna. Segenap hati dan pikirannya berharap jika keduanya selamat dan baik-baik saja.

          "Aku akan tetap disini sampai putra kita ketemu Ras." Suara Max di belakangnya memecah kesunyian ruang kamar Anna yang berantakan. 

          "Tampaknya mereka memang akan benar-benar menikah. Gadis ini tersenyum sangat bahagia." Max sempat melihat gaun pengantin yang tampak berdebu juga foto Sofia yang tergeletak di lantai dalam keadaan pigura yang pecah. Foto Sofia yang sedang tersenyum lebar dalam pelukan Biyan yang tengah menatap gadis itu penuh cinta.

       "Kita akan cari mereka Ras dan siapa pun yang melakukan ini kepada kalian tidak akan selamat dari ku, aku akan pastikan itu!" 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!