Sudut Hati Biyan

Mungkin aku adalah laki-laki yang aneh dan terbilang nekat. Jatuh cinta pada gadis yang hilang ingatan. Pertama kali melihatnya di ruang perawatan setelah operasinya ada debaran halus yang seakan memberi tanda dia gadis istimewa. Seiring waktu debaran itu makin kuat dan butuh pengakuan, yaa hatiku sudah tertawan pada gadis tanpa ingatan yang ku beri nama Anna. Mungkin aku laki-laki yang egois tanpa mau tahu latar belakangnya seperti apa dan bagaimana masa lalunya karena hanya ada aku di masa sekarang dan masa depannya. Gadis yang memiliki senyum menawan, mata yang berbinar ketika melihatku dan begitu hangat, sehangat jingga senja. 

            Aku berjalan pelan menuju balkon  tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu, akhir-akhir ini ia banyak melamun namun Anna selalu saja bisa membuatku percaya bahwa ia baik-baik saja. Aku melingkarkan lenganku di pinggangnya, ia tersentak kaget dan memukul lenganku pelan. 

          “Kamu bikin aku kaget Biyan ! Kebiasaan deeh…” ia merengut dan makin terlihat menggemaskan. Aku ingin tahu kira-kira gadis ini umurnya berapa. Aku tersenyum dan makin mempererat pelukanku, senja tiba dan balkon ini selalu jadi tempat favorit kami tuk menikmati senja. 

         “Biarlah seperti ini, rasanya aku ingin waktu berhenti disini bersamamu An.” 

            “Bi, andai ingatanku kembali dan aku harus pergi bagaimana ?” pertanyaan itu yang ketiga kalinya ia lontarkan namun kali ini entahlah dari nada suaranya terdengar aneh. 

           “Kita akan menikah sebentar lagi An, kamu tidak akan kemana-mana. Mungkin terdengar egois tapi jika kau pergi hatiku akan kau bawa turut serta dan menjadikanku mayat hidup disini.”

Anna berbalik dan menatapku dengan penuh kesedihan ada air mata yang hampir tumpah di mata bening itu. Aku cukup terkejut melihat ekspresi wajahnya seperti orang yang sedang putus asa. 

          “Hey… Ada apa An ?” aku menaruh telapak tanganku di kedua pipinya dan mengusap titik airmatanya yang jatuh dengan ibu jariku. 

          “Apa kau mengingat sesuatu mengenai dirimu Anna ?” perasaanku mengatakan ada yang sangat tidak beres, baru kali ini aku melihat raut wajahnya yang sesedih itu. 

           “Apa pun yang terjadi percayalah hanya kau yang ku cintai Biyan, seperti dirimu aku pun tidak rela jika harus berpisah denganmu.” ujarnya perlahan, ia membenamkan kepalanya di dadaku. 

          “Apa sesuatu akan terjadi Anna ?” huuftth sesungguhnya bukan ini yang ingin ku katakan padanya. Ia mendongak dan matanya yang basah itu menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan lagi. Aku kembali memeluknya rasanya ini adalah pelukan yang terakhir aahh… Tidak… Tidak… Perasaan apa ini sebentar lagi Anna akan menjadi istriku bukan ? Namun ada yang bergetar di sudut hatiku semacam firasat yang tak baik. 

           “Oh yaa An, ayah tidak pulang untuk beberapa hari ini ada simposium di ibukota yang harus ayah hadiri dan katanya ingin bertemu dengan kawan lamanya. Apa kau sudah masak sesuatu aku sangat lapar.” Aku melepas pelukanku, Anna tersenyum mendengar aku kelaparan. 

            “Baiklah aku akan menyiapkan makan malam, bersihkan lah dirimu, ku tunggu di meja makan yaa.” Ia pun bergegas menuju dapur, dia calon istri yang baik, menyiapkan semua kebutuhanku kecuali dengan barang-barang pribadiku, ia jarang masuk ke kamarku mungkin hanya hitungan jari itu pun saat aku sedang tidak enak badan, ia mengantarkan makanan, minuman juga obat serta vitamin. Meski aku sayang padanya aku menghormatinya, aku hanya sebatas memeluknya dan memberikan kecupan kecil, untuk “kebutuhan” yang lain biar dia resmi dulu jadi istriku. 

           Pukul tujuh malam, aku sudah mandi dan merasa segar. Ku lihat ia sudah duduk menungguku, aahhh apakah aku sedang berhalusinasi mengapa malam ini dia terlihat sangat cantik. Aku bersiul rendah makan malam istimewa menurutku. Tiga menu kesukaanku ia hidangkan aku sempat berpikir mungkin saja di kehidupannya yang lalu ia seorang cheff yang handal. 

        “Kau pasti sibuk sekali menyiapkan ini semua.” aku mengambil sekerat daging yang dimasak semur, hmmm rasanya lezat sekali. 

              “Hhhmmm… kamu semakin jago masak An setelah menikah nanti bisa-bisa aku kehilangan perut six packku. “

Anna tertawa pelan, ia menyendokkan nasi untukku dan juga ke piringnya. Aku sangat menikmati ayam bakar dan sayur cap cay yang terhidang ini. Hingga aku merasa membeku setelah Anna bertanya sesuatu padaku. 

            “Bi, apa kamu tahu jika ayah Rasyidi bukan ayah kandungmu ?” Anna bertanya dengan serius, ia meletakkan sendoknya, meminum air dan menyudahi makanannya. Aku terdiam dan memutuskan meminum air juga dan aku sudah tidak berselera lagi melanjutkan makan.

           “Aku tahu ketika ulang tahunku yang ke dua belas. Aku tahu jika ayahku masih hidup dan menjadi keputusan ibuku agar aku dibesarkan oleh ayah Rasyidi, karena…” aku menelan ludah rasanya tenggorokanku mendadak kering. 

           “Karena ayahku dan keluarga ayahku adalah klan mafia.” sesaat hening mendadak pendengaranku menjadi tajam bahkan suara detak jarum jam dinding aku bisa mendengarnya. 

         “Dari mana kau tahu itu Anna ?” 

Anna berdehem mungkin ia sama tegangnya denganku, sorot matanya berubah bukan seperti Anna yang ku kenal. 

          “Ayah yang cerita padaku.” jawabnya singkat dan terdengar bergetar. 

          “Itu tak masalah bagiku Bi, siapa pun dirimu aku cinta kamu apa adanya kamu.”

Aku tersenyum lega, aku meraih jemarinya, meremasnya, lagi-lagi aku melihat sorot mata yang lain pada Anna. Apakah dia bukan Anna ku lagi ? 

Terpopuler

Comments

Justus Janis

Justus Janis

🤓

2020-04-28

0

Pramita

Pramita

semangat terus Thor






mampir yaaaa 😁

2020-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!