Mobil mereka berhenti di depan sebuah butik yang terlihat artistik. Butik khusus gaun pengantin yang ditunjuk atas rekomendasi Arda. Butik yang kala itu Flora ingin sekali memesan gaunnya di sini. Anna tak keberatan dengan rekomendasi Arda toh ia pun tak banyak tau tentang kota ini. Kedatangan mereka di sambut ramah oleh pemilik butik dan mereka berbicara tentang model dan bahan gaun. Anna diminta mencoba beberapa gaun pengantin. Setiap model yang dikenakan Anna tampak cocok dan cantik Rasyidi dengan sabar menunggui calon menantunya ini. Samar\-samar Rasyidi justru teringat pada Sandrina wanita yang pernah menghuni hatinya.
“Ayah kok jadi melamun siih ?” tegur Anna dipercobaan gaunnya yang ketiga gaun yang mirip dengan gaun pengantin putri inggris Kate Middleton. Meski terlihat klasik namun aura anggun dan elegan terpancar dari paras Anna yang cantik.
“Wow… Kau terlihat sangat anggun Nak… Cantik sekali. Biyan pasti pangling liat kamu nanti.”
Rasyidi memperbaiki letak kacamatanya,
“Kenapa bukan Biyan yang kamu ajak kesini, kan Biyan bisa lihat juga ?”
“Biyan kan lagi sibuk yah, lagian katanya akan membawa kesialan jika calon mempelai pria melihat calon mempelai wanita dengan gaun pengantinnya.” Anna tersenyum lebar tentu saja hal yang dikatakannya barusan itu tidak masuk akal. Rasyidi terkekeh mendengarnya.
Setelah melewati beberapa proses gaun itu kembali disimpan untuk sedikit perbaikan dan akan dikirim menjelang hari pernikahan Anna. Rasyidi mengeluhkan jika perutnya mulai lapar dan Anna memilih restoran yang tak jauh dari butik. Mereka berjalan bersisian layaknya ayah dan anak yang sangat dekat. Mereka masuk di sebuah restoran dan memilih duduk dekat jendela. Pengunjung tak terlalu ramai hanya dua atau tiga meja saja yang terisi tentu karena saat ini belum masuk jam makan siang. Anna sibuk memilih makanan, di sudut ruangan seorang perempuan baru saja duduk. Ia mengenakan jaket hitam dan memakai topi baseball yang terbenam hingga wajahnya nyaris tak terlihat. Matanya tajam mengarah pada Anna dan Rasyidi. Ketika pelayan menghampirinya ia hanya memesan secangkir kopi dan sepotong cake. Matanya benar-benar tak lepas dari Anna, seorang yang ia kira sudah tewas hampir setahun ini. Anna sudah selesai dengan makanannya begitu pula Rasyidi mereka berencana mampir di klinik setelah dari restoran. Keduanya berjalan menuju parkiran namun seseorang berjalan dengan terburu-buru hingga menabrak Anna. Perempuan bertopi itu menyenggol Anna cukup keras hingga Anna terjatuh.
“Maaf saya tidak sengaja, saya sedang terburu-buru.” Tangan wanita itu terulur untuk membantu Anna berdiri, mata keduanya bertemu mata tajam beriris hijau muda milik perempuan bertopi itu seperti hendak menghujam jantung Anna. Anna bergegas berdiri darahnya berdesir ia seperti mengenali wajah dibawah topi itu. Rasyidi pun tak kalah pucat ketika sekilas melihat tatto kecil berbentuk kupu-kupu berwarna hitam di pergelangan tangan perempuan itu. Badai sepertinya sudah tiba…
Anna menarik nafas untuk menenangkan diri entah mengapa rasanya tiba\-tiba ia merasa terancam dengan sosok wanita yang menyenggolnya barusan. Anna hanya tersenyum kikuk dengan kejadian itu. Dokter Rasyidi pun mulai resah, ia segera membawa Anna pergi dari sana, tujuan mereka ke klinik. Sepanjang perjalanan keduanya banyak terdiam dan hanyut dengan pikiran masing.
Klinik tampak tidak terlalu ramai Anna segera masuk ke ruangan Biyan dan menunggunya disana. Ia memilih melupakan saja kejadian dengan perempuan bertopi baseball itu. Meski bagi Anna tatapan wanita itu sangat tajam bahkan seakan-akan ia mengenali dirinya. Apakah memang ia mengenaliku ? Mengapa wajahnya tidak asing bagiku ? Pertanyaannya itu memantul-mantul dalam kepala Anna, ia tersentak ketika seseorang memeluknya dari belakang, aroma parfum yang mulai samar dan bercampur dengan bau obat-obatan menelusup di hidung Anna.
“Apa yang kau pikirkan hingga tak mendengarku masuk ?” bisik Biyan lembut di telinga Anna, gadis itu semakin membenamkan tubuhnya di pelukan Biyan seketika ia merasa takut kehilangam pria baik hati ini.
“Aku sedang memikirkan rencana pernikahan kita, gaunnya sudah ku coba, aahhh… Aku jadi gugup.” Anna tertawa kecil ia memang benar soal itu tak terlintas di pikirannya jika ia benar-benar akan dinikahi pria yang menabraknya sekian waktu lalu.
“Sebentar lagi hidupku akan sempurna oleh mu Anna.” Biyan mengecup kepala Anna. Anna memejamkan mata begitu keras ia menghindar bayangan mata wanita itu lagi-lagi muncul. Mendadak Anna merasa nyeri di kepalanya. Ia memegang pelipisnya. Biyan memutar bahu Anna dan mencermati wajah kekasihnya.
“Hey… Apa kau baik-baik saja An ?” raut cemas Biyan terlihat jelas setelah mendapati wajah Anna yang memucat.
“Kepalaku sedikit sakit, mungkin aku hanya lelah dengan tumpukan gaun yang ku coba berganti-ganti.” Anna mencoba tersenyum pada Biyan.
“Ku antar pulang yaa ?” tawar Biyan, Anna pura-pura merengut,
“Aku kan baru datang Bi… Kok malah diantar pulang lagi ? Aku ingin menemanimu makan siang, kamu belum makan kan ? Aku tadi makan dengan ayah di restoran dan membelikan kamu semur daging kesukaanmu.” Anna merapikan meja Biyan dan membuka bungkusan yang ia bawa.
“Baiklah… Kebetulan perutku juga sudah lapar, makan denganku yaa ?” Biyan ingin menyuapi Anna namun gadis itu menggeleng.
“Tidak aahh… Kan aku sudah makan dengan ayah, nanti aku gemuk dan desainer gaun pengantin ku marah karena bajunya jadi sempit.”
Biyan tertawa pelan lalu menikmati makanannya dengan lahap.
“Jangan diliatin begitu doong… Aku memang sudah tampan dari sananya.” Ujar Biyan yang memergoki Anna menatapnya tak henti. Anna tertawa mendengarnya,
“Aku bingung kok kamu tidak ada mirip-miripnya dengan ayah deeh Bi.”
Biyan melap mulutnya dan membereskan bungkusan makanannya.
“Kata ayah aku mirip banget dengan ibu jadi ketampananku ini warisan ibuku. Nanti aku kasih liat foto beliau.”
Anna hanya ber ooh pelan, ia percaya saja dengan omongan Biyan. Tampang Biyan sebenarnya mirip blesteran bule, kulit putih, rambut hitam kecoklatan, mata coklat muda, hidung mancung dan alis lebat. Kontras dengan dokter Rasyidi yang berkulit sawo matang, rambut yang hitam dan raut wajah kebanyakan orang di negara tropis.
Jam kerja Biyan sudah selesai dan ia ingin pulang beristirahat di rumah. Anna setuju ikut pulang dengannya. Mereka berjalan beringan sepanjang koridor klinik tanpa mereka ketahui lagi-lagi sepasang mata mengawasi Anna. Mata hijau perempuan tadi, seorang anggota Black Butterfly yang ditugaskan untuk menyelesaikan tugas Sofia yang tak usai. Dia Trish, meski posisinya lebih junior di club namun kemampuannya untuk menjadi seorang assasin tak diragukan lagi. Ia berada di tiga besar setelah Sofia dan Lily. Namun Trish tidak secepat itu beraksi ia ingin tahu mengapa Sofia pura-pura tidak mengenalinya dan alasan mengapa Sofia tidak pernah kembali ke club hampir setahun. Ie meraba pinggangnya, terselip di sana sepucuk pistol dengan peredam suara yang siap ia tembakkan kapan saja namun tidak hari ini, sebelum ia mengetahui mengapa Sofia justru ingin menikah dengan targetnya.
Rasyidi masih tampak gusar, seorang Black Butterfly muncul di tengah persiapan pernikahan Biyan dan Anna. Dengan berat hati akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi seseorang yang ia harap bisa melindungi Biyan. Walau ia harus melanggar sumpahnya pada Sandrina ibu Biyan. Namun tak ada pilihan lain demi kehidupan Biyan ia sekali lagi harus kembali ke masa lalunya. Maxwill, seorang mafia kelas kakap, berbahaya dan tak tersentuh hukum, laki-laki gagah yang tangguh. Ia lahir di keluarga mafia berdarah indo eropa dan tak punya pilihan lain untuk hidup sebagai penerus kerajaan mafia milik sang kakek setelah ayahnya menutup mata karena sakit jantung. Maxwill, laki-laki yang sesunguhnya sahabat karibnya yang juga laki-laki yang ia ingin hindari di sisa umurnya bersembunyi bersama Biyan Mahesa Putra yang tak lain anak kandung Maxwill dengan Sandrina. Yaahh… Biyan putra kandung Maxwill dan Sandrina. Mereka bertiga bersahabat sejak di bangku kuliah hingga hati Rasyidi harus patah ketika Sandrina dijodohkan dengan Maxwilliam. Ia sadar diri, seorang Rasyidi tak mungkin bisa memiliki putri seorang milyuner walau dasar pernikahan mereka karena ikatan bisnis keluarga semata. Namun Rasyidi bersyukur Maxwill memperlakukan Sandrina dengan baik. Rumah tangga mereka harmonis hingga suatu tragedi terjadi, dalam suatu perjalanan Max dan Sandrina diserang saat itu Sandrina tengah mengandung. Sandrina sempat melarikan diri dan bersembunyi di tempat Rasyidi. Di saat itu lah Sandrina memutuskan menyerahkan bayinya pada Rasyidi agar kelak kehidupan anaknya tidak seperti kehidupan ayahnya. Max sendiri percaya jika Sandrina ikut tewas dalam penyerangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Justus Janis
📢
2020-04-28
1