Biyan sedang mencari sesuatu di meja kerjanya, beberapa kali memeriksa ulang laci dan kabinet di sudut ruangan. Ia menghela nafas ia semakin yakin kotak hadiah itu pasti tertinggal di kamarnya. Kotak kecil berwarna biru dengan isi hadiah jam tangan untuk bibi Rima, wanita yang ia anggap pengganti ibunya. Entahlah mengapa ayahnya sampai detik ini tak melamar wanita itu padahal menurut Biyan mereka sudah lama saling mengenal dan di mata bibi Rima Biyan menemukan sinar cinta yang terpendam untuk dokter Rasyidi ayahnya. Ia melirik jam di dinding pria itu berencana pulang ke rumah sekaligus menjemput Anna calon istrinya untuk makan siang di luar. Pasien hari ini pun tidak banyak jadi ia bisa pulang lebih awal. Biyan bergegas mengambil kunci mobil namun sebelum pulang ia menemui bibi Rima terlebih dahulu.
Ketukan pintu terdengar pelan di ruang kepala perawat, Rima menyahut menyuruh masuk kepada yang mengetuk pintu. Wajah ceria Biyan menyembul di balik pintu dan mendekati Rima, dengan takzim ia menyalami tangan wanita itu dengan lembut. Rima tersenyum hangat dan mengelus kepala Biyan.
“Selamat ulang tahun Bi, andai ayah sudah pulang kita akan makan malam bersama. Double date.” Dengan binar menggoda Biyan mengucapkan itu Rima hanya mencubit lengan Biyan sambil tertawa kecil.
“Aku ada hadiah buat Bibi tapi rupanya tertinggal di rumah. Aku akan pulang untuk makan siang bersama Anna lalu mengambil hadiah itu untuk Bibi.”
“Jangan repot-repot begitu Biyan hadiah darimu sudah terlalu banyak Bibi simpan, hadiah hari ibu, hadiah hari raya, hadiah tahun baru, hingga hadiah hari kasih sayang. Sudah cukup Biyan.”
Sekali lagi Biyan meraih tangan Rima dan mengecupnya lembut, lalu menatap wanita itu penuh kasih.
“Hanya lewat Bibi aku merasakan kasih sayang seorang ibu, begitu tulus dan hangat juga omelan pedas, aku menyayangimu Bi.” Biyan tersenyum lalu memeluk sesaat Rima. Ada kehangatan yang menjalar di setiap rongga dada Rima, tentu saja Rima pun menyayangi Biyan layaknya putranya sendiri meski ia belum pernah menikah dan punya anak. Tragedi panti asuhan yang terbakar itu membuat Rima mengubur keinginannya untuk menikah.
Rima menatap punggung Biyan yang berjalan menjauh ke arah parkiran di balik tirai ruangannya. Ia bersyukur sejauh ini bisa mengabdi di klinik milik dokter Rasyidi melihat dan menemani anak laki-laki itu bertumbuh dewasa dan sebentar lagi akan menikah. Tentang pernikahan Biyan dan Anna wanita paruh baya itu pun merasakan kebahagiaan yang besar namun entah mengapa justru ia merasa gelisah akhir-akhir ini, firasatnya mengatakan akan terjadi hal buruk pada Biyan.
***
Sofia dan Lily tengah berhadapan mereka sudah bersiap untuk bertarung. Mereka sama-sama mengenakan setelan hitam ketat hanya saja rambut pirang Lily tampak mencolok kontras dengan setelan yang ia kenakan. Lily menaruh senjatanya ia ingin bertarung dengan tangan kosong. Dendam atas kematian Jonan dan janinnya semakin membuat amarah berkilat di mata Lily. Sofia tampak tenang ia menaikkan tangannya dengan kaki sedikit merenggang sebagai tanda kuda-kudanya sudah siap. Tanpa menunggu lagi Lily menyerang dengan pukulan bertubi-tubi serta tendangan yang mematikan, Sofia dengan sigap menghindar dan balik menyerang di saat Lily sedikit terbuka pertahannya. Pertarungan mereka cukup seimbang artinya kemampuan Lily sudah jauh berkembang pesat karena keadaan Sofia yang sejauh ini sudah lama tak bertarung namun kemampuannya tidak berkurang. Sofia agak lelah pertahanannya terbuka sebuah pukulan telak menghantam perut, dan dadanya. Ia tersungkur namun secepat kilat mengelak ketika kaki Lily hendak menghantamnya lagi. Ia mundur agak menjauh dan mencoba mengulur waktu.
“Katakan padaku Lily apa alasanmu hingga kau sangat ingin membunuhku ?”
“Kau ingat Sofia ? Aku pernah meminta agar Jonan diserahkan padaku tapi kau menolak dan menyelesaikannya. Kau membunuh Jonan… Sofia…” suara Lily terdengar bergetar.
“Jonan… Putra Alfredo ? Aku memang menerima target itu tapi bukan aku yang menghabisinya Lily. Lagi pula apa hubunganmu dengan Jonan ?” Sofia masih belum bisa menemukan titik temu kemarahan Lily antara dirinya dengan Jonan.
Lily mengambil sepucuk pistol di balik punggungnya dan mengarahkannya kepada Sofia,
“Dia kekasihku Sofia… Dia akan menikahiku tapi kau membunuhnya dan membuat Aretta menghukumku dengan membunuh janinku pula Sofia !” teriak Lily dengan murka. Sofia tersentak matanya membulat seakan tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Namun Lily bukan tipe pembohong sangat nyata kemarahan dan duka di wajah Lily. Sofia mendadak terhuyung satu pukulan mendarat di wajahnya karena ia tak sempat mengelak serangan Lily. Kedua perempuan itu semakin ganas saling serang Lily sama sekali tidak ingin mendengar penjelasan Sofia. Tanpa mereka sadari beberapa mobil sudah tiba di pekarangan rumah dokter Rasyidi. Seorang perempuan cantik meski sudah tak muda lagi turun dengan langkah anggun. Ia mengenakan celana dan balutan blazer warna merah senada dengan rambut serta kaos tangan yang membalut jemari lentiknya. Perempuan itu masuk diikuti dengan selusin anak buahnya para lelaki berbadan tegap lengkap dengan senjatanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Justus Janis
👸 vs 🙎
2020-04-28
0