kupu-kupu tak bernama

Biyan menahan nyeri di pelipisnya yang harus mendapatkan tiga jahitan. Tampak raut cemas dari suster Rima, suster senior yang sudah lama bekerja dengan ayah Biyan mulai dari klinik kecil yang dirintis ayah Biyan hingga sekarang. Biyan mengenal Rima mulai dari Biyan di taman kanak-kanak hingga ia menjadi dokter dan berusia matang. Kasih sayang Rima pun sangat lembut serupa ibu baginya, masih menjadi tanda tanya Biyan juga mengapa ayahnya yang sudah lama menduda tak menikahi saja suster Rima yang belum pernah menikah itu.

“Jangan menatapku seperti itu Bi, aku tidak apa-apa.” ujar Biyan sambil tersenyum, Rima memalingkan muka dan menghilangkan raut cemasnya itu.

“Bibi kan sudah bilang kamu menginap di klinik saja jika lelah akhirnya kamu tidak fokus di jalan dan menabrak orang.”

“Bi… aku tadi pulang dalam sikon baik-baik saja lagi pula gadis itu yang tiba-tiba menyeberang jalan dan…” Biyan terdiam kalimatnya menggantung tadinya ia ingin bersama ayahnya untuk memeriksa gadis itu tapi ayahnya justru berhasil membuat Rima menyeretnya ke ruangan Rima untuk diobati.

“Istirahatlah Yan, kalau ada kabar mengenai gadis itu Bibi akan beritahu kamu.” Rima membereskan perlengkapannya dan meninggalkan ruangan.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari rasanya Biyan tak ingin tidur sampai pagi.

Di ruang operasi dokter Rasyidi tengah melakukan operasi kecil di bahu Sofia untuk mengeluarkan peluru yang bersarang cukup dalam di bawah daging yang terkoyak. Kantong darah sudah diganti untuk yang kedua kalinya gadis itu benar-benar nyaris mati kehabisan darah. Menangani Sofia membuat debaran jantung dokter Rasyidi berpacu dengan tidak biasanya. Memorinya mundur jauh di puluhan tahun yang lalu ketika ia masih muda, jauh sebelum Biyan lahir dan mengubah jalan hidupnya. Kala itu di waktu yang sama ia tengah berjuang menyelamatkan seorang pemuda yang babak belur dan diterjang tiga peluru. Seorang pria muda keturunan indo belanda yang tak bisa

memilih takdir bahwa dia lahir dan tumbuh di keluarga mafia. Takdir pula yang membawa pria itu pada Rasyidi dan mereka terikat pada persahabatan yang tak jauh dari uji adrenalin Rasyidi.

Jemari dokter paruh baya itu lincah memainkan jarum dan menutup luka Sofia. Mendadak nafas Rasyidi tercekat saat ia melihat sebentuk tatto kecil di tengkuk leher Sofia, tatto kupu-kupu berwarna hitam. Jarinya gemetar mengusap tatto itu dan membayangkan wajah cantik seorang perempuan.

“Aretta…” desisnya tertahan dan mendadak wajah Rasyidi pias dan berpeluh.

“Dok… Anda baik-baik saja ?” asisten Rasyidi yang sedari tadi membantu menangani Sofia heran melihat perubahan atasannya. Dengan cepat Rasyidi menarik nafas dan membuat dirinya tampak normal kembali.

“Iya, tidak apa-apa. Saya hanya teringat dengan seorang kawan lama saya yang pernah mengalami luka ini. Ooh… Ya… Saya minta kamu merahasiakan luka pasien ini, hanya kita berdua saja yang tahu jika ia mengalami luka tembak. Saya enggan berurusan panjang dengan polisi. “

Asisten dokter Rasyidi hanya mengangguk tanda ia paham dengan perintah atasannya. Tak lama Sofia pun dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Sepertinya Sofia mengalami gegar otak dan entah kapan gadis itu akan pulih kesadarannya. Setelah membersihkan diri Rasyidi kembali ke ruangannya waktu sudah menjelang pagi. Ia duduk di kursi kerjanya dan merenung. Sungguh takdir yang hendak ia ubah bersama Biyan kembali datang mengejarnya. Jemarinya kembali bergetar, matanya memanas rupa jelita Sandrina ibu Biyan kembali hadir memenuhi ingatannya. Hingga kalimat terakhir yang diucapkan perempuan itu sabagai pesan dan amanah seumur hidup Rasyidi kembali terngiang.

“Jaga Biyan untuk ku Ras… Ku mohon… Jangan sampai ia tumbuh di tempat yang tak punya pilihan selain membunuh atau terbunuh. Jaga putraku… “ mata coklat muda milik Sandrina pun

menutup seiring degup jantungnya yang terhenti. Sandrina tak dapat bertahan hidup setelah berjuang melahirkan Biyan. Di saat itu pula Rasyidi memutuskan menghilang bersama Biyan, menjaga anak laki-laki itu dengan segenap jiwa raganya, memastikan ia tak kurang apa pun baik kasih sayang dan pendidikan yang baik. Terbukti Biyan menjadi dokter yang handal, cekatan dan rendah hati. Rasyidi menarik nafasnya dengan berat, ia mengingat kembali gadis bertatto kupu-kupu hitam itu. Ia paham sebuah pesan kematian hampir tiba entah untuk dirinya sendiri atau harus bersama Biyan Putra Mahesa.

Mentari bersinar sangat cerah, senyum. simpul seorang anak kecil perempuan berusia tujuh tahun tak henti menghiasi wajahnya yang manis. Rambut hitamnya tergerai sebahu dengan bando warna pink menambah cantik penampilannya yang bergaun warna senada. Ia senang sekali ayahnya membawanya jalan-jalan seperti janji ayahnya minggu lalu. Duduk di sampingnya perempuan muda yang tengah mengandung sekitar tujuh bulan, raut wajahnya pun berseri melihat kebahagiaan putrinya, sesekali ia mengusap perutnya yang terasa bergerak karena bayi di dalam perutnya tak mau diam. Akhir pekan yang sempurna, keluarga kecil ini akan berpiknik di kebun binatang tempat favorit keluarga mereka. Dengan penuh riang mereka ada di dalam mobil yang dikemudikan dengan tenang oleh pria yang usianya hampir kepala empat namun masih terlihat sangat muda dan enerjik.

“Apa putri ayah senang kali ini ?” Tanya sang ayah kepada putri manisnya itu.

“Iya Ayah… Tentu aku senang sekali, bunda juga… Iya kan Bunda ?” manik mata coklat muda

anak itu begitu berkilau menatap bundanya.

“Iya Sayang… Adik juga niih sepertinya senang juga sampai bergerak-gerak terus dalam perut bunda.”

Sang ayah tertawa lepas, ia pun turut bahagia melihat dua perempuan kesayangannya nampak gembira. Sejenak ia bisa melupakan ketegangan dan tekanan pekerjaannya sebagai seorang polisi apa lagi sekarang ini ia sedang menghadapi kasus besar gembong narkoba yang membuatnya berhadapan dengan mafia kelas kakap.

“Tapi janji yaaa Sayang… Anak ayah harus rajin belajar dan pintar. Ayah sayaaaaaang banget dengan anak ayah, bunda dan… “ Brrraaaaaakkkkk…!!! mobil yang dikendarai laki-laki itu ditabrak oleh mobil truk ukuran besar dan menyeretnya beberapa meter. Sang polisi segera menoleh untuk melihat keadaan istri dan anaknya. Istri dan anaknya tampak shock wajah mereka pucat juga wajah polisi muda itu. Mobil truk itu berhenti beberapa orang turun dari sana dan bersenjata, segera ia mengingatkan istri dan anaknya agar turun dari mobil dan melarikan diri.

“Anak ayah sayang, ayah tahu kamu anak ayah yang pemberani, ayah mau kamu lari sejauh mungkin jangan khawatirkan ayah dan bunda. Ayo cepat…!”

Putri kecil itu tampak gemetar ia tahu ada bahaya besar yang sedang menimpa mereka. Polisi itu turun secepat mungkin membuka pintu mobil dan menyuruh putrinya lari secepat mungkin. Tapi tidak dengan istrinya, posisi istrinya terjepit dan butuh waktu untuk mengeluarkannya.

“Senja… Maafkan aku yang tidak bisa menjaga keluarga kita… Bertahan lah sayang…” suaranya bergetar dengan segala usaha ia mencoba mengeluarkan istrinya. Mendadak tangan-tangan besar

menariknya dan menghempaskannya ke tanah sementara beberapa laki-laki lainnya berusaha mengeluarkan Senja istrinya dan memaksanya berlutut. Senja terlihat menahan sakit yang luar biasa namun tetap mencoba tegar ia tahu resiko menjadi istri penegak hukum tipe suaminya yang pantang mundur dalam membasmi kejahatan. Senjata ditodongkan ke kepala Senja, suaminya mencoba melawan namun menjadi bulan-bulanan orang-orang yang berbadan kekar itu. Berkali-kali mereka bertanya tentang bukti kejahatan bos mereka yang disimpan polisi muda itu. Di balik semak dan pepohonan putri kecil mereka dengan tubuh gemetar melihat ayahnya dipukuli, air mata anak itu sudah membasahi wajah putihnya yang pias. Ia pun mundur perlahan masuk ke dalam hutan kecil di belakangnya, ia tahu ayah dan bundanya ingin ia selamat, meski ia takut luar biasa ia yakin dengan kata-kata ayahnya kalau ia anak yang pemberani. Gadis kecil yang kakinya bergetar perlahan berbalik dan siap lari…

Dooorrrr…! Bahu anak kecil itu tersentak ia menoleh dilihatnya bundanya sudah terkapar,

“Senjaaaaaaaa…!” terdengar raungan ayahnya dan sekali lagi… Dooorrrr…! Lalu semua senyap, sang gadis kecil menutup mulutnya agar tidak menangis tapi bukan kah sedari tadi air matanya tumpah ? Kaki kecilnya melangkah pelan selangkah dua langkah hingga ia memutuskan berlari tanpa henti

hingga “Aaaaaahhhh….!” tubuh kecilnya terperosok ke dalam jurang cukup dalam untuk tubuhnya dan membuat dunianya

gelap mungkin sebentar lagi ia akan berkumpul dengan ayah bundanya di kebun surga.

Satu tarikan nafas panjang terdengar dan mata Sofia terbuka, ia sudah sadar setelah hampir sebulan tak sadarkan diri. Matanya nanar menyapu ruangan yang bernuansa putih. Ia melepas alat bantu pernapasannya dan mencoba bernafas dengan baik. Gadis itu mencoba mengumpulkan ingatannya tentang apa yang terjadi hingga ia terbangun di ruangan ini. Pintu perlahan terbuka seorang perawat masuk dan tersenyum ramah.

  “Kau rupanya sudah sadar Nona. Saya akan memanggil dokter untuk memeriksa kondisimu.”

Perawat itu berbalik kembali menutup pintu. Sofia masih merasakan sakit di kepalanya dan nyeri di sekujur tubuhnya. Beberapa menit kemudian dua orang pria dokter paruh baya dan dokter muda juga perawat yang tadi. Setelah memeriksa bagian tubuh Sofia dokter yang tak lain dokter Rasyidi itu mencoba menggali informasi pada gadis yang masih terlihat lemah itu.

“Siapa namamu Nona ? Apa kau punya keluarga ? Kami tidak menemukan identitas apa pun hingga sulit menghubungi keluargamu.”

Sofia terdiam ia mencoba mengingat namanya sendiri namun ia lupa… dahinya berkerut sungguh

aneh kan ? Masa nama sendiri ia tidak bisa mengingatnya.

“Nona ? Apa kau baik-baik saja ?” Dokter Rasyidi kembali bertanya.

“Dokter…” suara Sofia terdengar parau, “Aku tak bisa mengingat namaku… aku tidak punya

ingatan apa-apa… “

Dokter Rasyidi menghela nafas berat hatinya bimbang ia ragu percaya pada pernyataan gadis ini barusan namun tatapan mata Sofia menyatakan gadis cantik ini kebingungan seperti anak kecil yang tak tahu jalan pulang.

Terpopuler

Comments

Fiorenz

Fiorenz

awal yang menarik

2020-12-15

0

Silfiani Hafid Anni

Silfiani Hafid Anni

penasaran

2020-06-04

1

Justus Janis

Justus Janis

👍

2020-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!