Aretta tersenyum melihat pertarungan bekas kedua anak buahnya yang pernah menjadi kesayangannya. Sofia dan Lily sudah tampak acak-acakan dengan wajah memar dan darah. Aretta sangat menikmati pertarungan tangan kosong itu dan membuatnya bertepuk tangan. Seketika Sofia dan Lily menghentikan pergulatan mereka. Nafas keduanya memburu dicampur dengan rasa keterkejutan mereka akan sosok Aretta.
“Pertunjukan yang bagus gadis-gadisku… Sayang sekali masih butuh waktu sedikit lagi agar Trish dan Diane bisa seperti kalian, karena sekarang waktunya kalian pensiun.” Aretta menekankan kata pensiun dengan geram.
“Andai saja kau tak berkhianat padaku Lily… Dan merusak rencana target Sofia hingga otak gadis ini rusak. Hhhmmm… Rencana menikah Sofia ? Kau sama bermimpinya dengan Lily !” seru Aretta dengan nada marah. “Tapi aku beruntung bisa sekali tepuk untuk mematikan dua kupu-kupu hitamku ini. Mereka telah berkhianat padaku sayang sekali… Sayang sekali.” Aretta bertepuk tangan tiga kali lalu muncul dari berbagai arah laki-laki anak buah Aretta dengan todongan senjata ke arah kedua gadis itu. Lily dan Sofia mengangkat tangan mereka perlahan.
“Lily sebelum kau mati menyusul kekasihmu aku ingin beritahu jika yang melenyapkan putra Alfredo itu bukan Sofia tetapi Trish. Trish tahu kau sedang berpacaran dengan Jonan dan demi posisi the top number one Trish mampu berbuat apa saja untuk itu menyingkirkanmu dan Sofia. Aku suka semangat Tris dibanding kalian berdua… Ha ha ha…” tawa Aretta terasa menggema di telinga Lily. Sungguh luar biasa dendam yang ia rasa namun bukan Sofia pelakunya. Lily menatap Sofia dengan tatapan sendu sorot mata Sofia seakan berkata ‘itu tidak apa-apa’.
“Bawa mereka hidup-hidup ke markas boys aku lebih senang menyiksa mereka terlebih dahulu sebagai contoh untuk Black Butterfly yang lain dari pada mereka mati secepat ini.” Aretta memutar badan dan melangkah meninggalkan ruangan. Para anak buah Aretta mendekati Sofia dan Lily mereka hendak mengikat keduanya namun diluar dugaan kedua gadis itu melakukan perlawanan. Menghadapi selusin pria dengan senjata sungguh perbuatan nekat dan berani.
“Sofiaaa… Pergilah selamatkan dirimu dan mulai hidup baru. Aku akan menahan mereka !” seru Lily di tengah pertarungannya dengan tiga pria tiga pria yang lainnya sedang terkapar sambil mengaduh. Sofia tampak ragu ia masih bertarung dengan tiga pria lainnya.
“Cepat Sofia ! Anggap ini permintaan maafku kepadamu. Hiduplah jauh dari Aretta !”
Sofia berhasil melumpuhkan tiga lawan terakhirnya ia segera masuk ke kamarnya dan mengambil ransel yang memang sudah ia siapkan untuk pelariannya. Ia menerobos jendela dan lari lewat taman samping rumah. Sepintas ia melihat Aretta melemparkan sesuatu ke dalam rumah hanya hitungan detik terdengar ledakan besar dan api yang berkobar. Sofia mematung nafasnya tertahan ia menyebut nama Lily perlahan, Sofia kembali tersadar setelah ledakan kedua kembali terdengar dengan sama kerasnya. Aretta mengacungkan pistol ke arah Sofia, gadis itu segera berlari sekencang mungkin ke arah gerbang namun jantungnya seakan berhenti ketika mobil Biyan berhenti di depan pintu gerbang. Seakan berlomba dengan waktu dan semua gerakan terasa melambat ia berusaha agar Aretta tak melukai Biyan. Tembakan susulan terdengar dan menyasar pepohonan sekitar Sofia. Biyan terkejut luar biasa melihat rumahnya yang terbakar dari kejauhan serta Sofia yang berlari ke arahnya dengan wajah babak belur. Ia hendak turun dari mobil namun Sofia memberi kode agar jangan turun, tembakan ke tiga terdengar lagi dibarengi dengan jeritan Sofia. Gadis itu hampir jatuh namun ia tak menyerah ia tetap berlari ke arah mobil Biyan, Biyan pun menunggu Sofia, segera setelah gadis itu duduk di mobil Biyan memutar arah dan melaju dengan kecepatan tinggi. Aretta dan anak buahnya yang tersisa mencoba mengejar Sofia dan Biyan.
Sofia memegangi pinggangnya yang berlumuran darah sesekali ia menahan nafas untuk rasa sakit yang ia terima sekaligus duka pada Lily.
“Apa kau terluka Anna ?” tanya Biyan dengan sangat khawatir.
“Sepertinya aku tertembak di bagian pinggang. Kita jangan ke klinik aku tidak mau mereka menyerang klinik. Jika ada tempat lain yang kau tau Biyan…” Kalimat Sofia menggantung rasanya ia sudah tidak bisa bernafas lagi.
Biyan mengangguk ia teringat suatu tempat dimana dulu ia biasa berakhir pekan dengan ayahnya. Pondok pinggir sungai dan ada kapal sejenis yacht milik ayahnya yang biasa mereka gunakan untuk berlayar menyusuri sungai dan bermuara di laut ujung pulau. Sejuta pertanyaan memenuhi kepala Biyan namun ia bersabar untuk tidak bertanya karena ia melihat Anna calon istrinya semakin melemah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Justus Janis
🧘
2020-04-28
0