"Apa? Tapi Ma, Bryan nggak ada di rumah jam segitu."
"....."
"Ya udah, terserah Mama kalau gitu."
Bryan kembali meletakkan ponselnya dan segera siap-siap ke rumah sakit. Ia belum melihat Zoya sejak tadi malam. Bryan berjalan menuju kamar gadis itu dan membukanya. Zoya sedang meringkuk kedinginan. Bryan menghela napas dan segera kembali ke kamatnya. Ia mengambil selimut tipis dari almari lalu kembali ke sana. Perlahan ia menyelimutinya lalu segera pergi.
Zoya terbangun pukul delapan pagi, ia dengan segera bangkit dan terdiam sejenak melihat selimut. Sedikit senyuman menyungging di bibirnya.
"Terima kasih, Bryan. Aku tahu sebenci apa pun kamu kepadaku, kamu tidak akan pernah tega melihatku kedinginan."
Ia mengawali pagi dengan semangat membara. Perlahan-lahan ia mulai belajar memasak saat melihat terdapat buku masakan yang berada di rak buku. Zoya sangat senang karena berhasil menemukan buku tersebut. Ia tidak mengira jika akan ada buku yang seperti itu di sana. Tapi yang jelas, ia sangat gembira. Zoya mulai belajar mengenal rempah-rempah serta fungsinya.
"Jadi bawang putih dan bawang merah juga memiliki fungsi yang berbeda." Zoya menganguk paham.
"Untuk nasi goreng lebih baik memakai bawang merah dan bawang putih, karena wanginya bisa membuat masakan terasa gurih, tapi dengan takaran yang pas." gumam Zoya kembali mengangguk paham.
Ia membuka kulkas dan menemukan lemarinya sudah penuh dengan sayur dan rempah-rempah. Zoya senang bukan main mengetahui hal tersebut.
"Jadi, pagi ini kita akan masak nasi goreng dulu. Ayo!" serunya dengan senang hati.
Ia perlahan mengeluarkan bumbu yang dibutuhkan. Setelah mengiris semua bahan ia sedikit terdiam sejenak. Ia merasa bumbu sudah lengkap. Tapi ada satu menu utama yang ia lupakan.
"Astaga, nasinya kan belum dimasak." Zoya seketika menepuk jidatnya. Ia segera membuka rice cooker dan menemukan sedikit nasi di sana. Ia sangat gembira dan segera mengeluarkan dari sana.
"Masak dimulai," ucapnya. Ia segera menggoreng bumbunya yang terlihat sedikit gosong. Namun, karena masih tahap belajar, Zoya memakluminya. Ia menuangakan nasi dan memberi kecap asin tanpa mengetahui rasanya terlebih dahulu. Jelas-jelas di daftar bahan tertera kecap manis.
"Sudah jadi, emmm ... harum juga ternyata. Ia segera mencicipi rasanya, lalu seketika Zoya memuntahkan masakannya karena ia terlalu banyak memberi kecap sedangkan takaran garam sudah pas.
"Bukannya kecapnya manis, kenapa berubah jadi asin."
Zoya misuh-misuh tidak jelas dan segera mencuci mulutnya. Ia gagal lagi masak. Karena ia sedang gabut, ia mencari sesuatu untuk dia bust sebagai penanda bahan-bshan yang sering ia lupakan. Setelah menemukannya Zoya segera mengerjakannya. Perlahan ia mulai menikmati kesepiannya dengan lebih menerima semua takdir yang menimpa ia dan sekeluarga.
Zoya mengganjal perutnya dengan sepotong roti. Lalu mulai melakukan aktivitasnya seperti biasa. Sekitar dua jam kemudian, dia memutuskan rehat di sofa. Baru saja akan menutup mata, ia mendengar suara seseorang membuka handle pintu. Zoya segera bangkit dari sofa dan segera berlari ke kamaranya dengan cepat. Berdasarkan di catatan yang ditunggalkan oleh Bryan, yang datang berkunjung adalah ibunya.
"Bagaimana kalau dia menemukanku di sini." gumam Zoya ketakutan. Ia samar-samar mendengar suara wanita itu yang menelpon melalui ponselnya.
"Mama sudah sampai, mama pikir apartemenmu akan kacau balau. Tapi ternyata sangat rapi. Mama lega melihatnya. Apa kamu membersihkannya sendiri Bry?" tanyanya antusias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments