Zoya menunjukkan hasil CT Scan kepada Donita, di sana juga ada Bryan.
"Meski dilakukan pencangkokan, hanya sedikit kemungkinannya akan berhasil. Perbandingannya tidak sepadan. Kemungkinan gagal jantung 75 % dan sukses hanya 25% saja."
Mendengar hal itu Donita sangat sedih. Apalagi Bryan yang terlihat menguatkannya. Zoya mencoba menahan perasaannya agar tidak melakukan hal di luar dugaannya.
"Kamu dokter bedah jantung terbaik, kamu pasti bisa menyelamatkan Donita, kan?" tanya Bryan penuh harap.
"Dokter Bryan, saya hanya manusia biasa. Segala bentuk mukjizat hanya pencipta yang bisa memberikannya pada mereka yang dia kehendaki."
Perkataannya cukup membjat Bryan terdiam sejenak. Tapi kini Donita tampak menangis mendengar kondisinya. Ia memohon kepada Zoya agar mau mengoperasinya. Setidaknya gadis itu harus mencoba meski persentasinya sangat kecil.
"Dokter, saya mohon, saya sangat menginginkan operasi ini."
"Bukan saya tidak mau membantu, tapi kegagalannya tidak sepadan dengan keberhasilannya."
"Dok, saya tahu, saya percaya kalau Dokter Zoya pasti bisa menyelamatkan saya. Saya sangat tersiksa dengan jantung ini Dok. Setidaknya Dokter harus mencoba." pinta Donita dengan wajah memelas.
Zoya menarik napas panjang, ia menatap Donita dengan lekat. "Saya tahu bagaimana perasaan Anda, tapi saya benar-benar tidak bisa melakukannya. Permisi!"
Melihat sikap Zoya, Bryan segera menyusulnya ke ruangan. Pria itu tampak tidak suka atas tindakan Zoya karena menyerah sebelum operasi. Ia yakin jika Donita bisa dioperasi dengan keberhasilan yang sepadan. Baginya Zoya hanya perlu meyakinkan diri dengan operasi ini.
"Zoya, aku mohon, tolong bantu Donita."
"Dokter Bryan, saya benar-benar tidak bisa melakukannya."
"Apa kamu tidak mau melakukannya karena aku lebih memilih dia daripada kamu?" Bryan memberi pertanyaan sinis yang menyulut amarah Zoya.
"Saya selalu bersikap profesional, saya melihat Donita sebagai pasien bukan sebagai musuh."
"Kalau begitu lakukan operasi itu kalau kamu seorang Dokter. Bukankah tidak baik jika menyerah sebelum melakukannya."
Zoya duduk lemas di kursinya. Ia tidak tahu harus berbuat bagaimana lagi supaya mereka bersmdua mengerti. Operasi ini sangat berisiko tinggi, tidak hanya membuat Donita meninggal, tapi juga bisa membuat karirnya sebagai dokter hancur.
Zoya akhirnya menemui Donita dan mengatakan akan melakukan operasi tersebut. Kabar itu membuat Donita sangat senang. Ia sangat berterima kasih kepada Zoya karena sudah mau berjuang untuknya.
Hari operasi pun dimulai. Zoya masuk ke ruang operasi. Dua orang suster memakaikan seragam OK berwarna hijau, memasang sarung tangan serta masker. Pisau bedah berjejer rapi, Zoya menarik napas pelan dan berjalan menuju tempat Donita sedang terbaring dan sudah dalam pengaruh bius total.
"Pasiennya adalah Donita, kita akan melakukan operasi pencangkokan jantung, operasinya harus kita lakukan semaksimal mungkin. Apa kalian sudah siap?" tanya Zoya.
"Siap, Dokter," jawab mereka semuanya.
"Pisau bedah 10."
Zoya segera melakukan irisan pada perut Donita. Setelah irisan terbuka, asistennya segera membersihkan darah menggunakan kain yang menyerap dan residen yang berada di sampingnya menyedot darahnya menggunakan sebuah alat.
Di tengah proses pembedahan, terjadi pendaharan hebat yang tidak ia ketahui sumbernya.
"Tekanan darah menurun," beritahu seorang suster yang bertugas mengontrol mesin EKG.
"Siapkan darah, segera!" perintah Zoya. Ia terus berusaha menghentikan pendarahan tersebut.
"Kain kasa," ucap Zoya. dua residen yang menemaninya segera mengambil kain kasa untuk menyerap darah yang terus keluar.
"Aku belum bisa menemukan dari mana sumbernya."
-----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
susi lawati
semangat kak
2024-10-15
0