Di rumah, Zoya disambut hangat oleh sang ibu yang baru selesai berkutat di dapur. Ia tahu putrinya sudah bekerja keras dan tidak ingin mengungkit keterlambatannya dalam acara keluarga mereka bersama keluarga besar. Zoya merasa tidak enak hati dan meminta maaf, ia beralasan jadwal operasinya diundur sehingga ia pulang terlambat. Alasan mengapa tidak memberitahu yang sebenarnya, karena tidak ingin sang ibu cemas.
"Ya sudah, kamu pasti lelah, kan? Istirahat aja ke kamar." seru sang ibu lembut.
Zoya segera pergi ke kamar. Di sana ia menangis mengingat bagaimana Bryan memperlakukannya. Dari sekian banyaknya orang, ia tidak pernah menduga jika Bryan akan menyakitinya seperti ini hanya karena perempuan di masa lalunya kembali. Hari yang dilaluinya sangat berat, apalagi lusa ia ada jadwal operasi yang panjang.
Zoya mengambil ponselnya dari tas dan mengecek. Biasanya Bryan akan menghujaninya dengan belasan pesan. Namun, saat ini ia tidak menemukan satu pesan pun masuk ke ponselnya. Zoya mencoba memanggil nomornya, tapi hanya suara operator yang menyapa. Ia melempar kesal ponselnya dan memutuskan kembali istirahat.
"Masa lalu selalu berhasil mengubah masa kini. Aku yang hanya sebagian kecil dari memori indahmu terganti oleh dia yang lebih dulu mengisi hatimu."
Keesokannya, Zoya kembali berangkat seperti biasa. Ia menyapa kedua orang tuanya yang sedang menunggunya di meja makan.
"Sayang ayo makan sarapan dulu."
"Ma, Zoya sarapan di rumah sakit aja ya."
"Loh, kenapa? Kita sudah lama tidak makan pagi bersama."
"Ma, Zoya pasti banyak kesibukan di rumah sakit. Belum lagi ia harus mempersiapkan pernikahannya sama Bryan yang tidak lama lagi." terang ayahnya sambil mengedipkan mata pada Zoya.
"Makasih Papa." bisik Zoya dari jauh dan segera pergi.
Sesampainya di rumah sakit, Zoya segera menuju ruangannya dan meletakkan tas di meja. Seorang suster masuk.
"Dokter Zoya, pasien atas nama Donita ingin menemui Anda."
"Saya akan segera ke sana," ucapnya.
"Mau apa dia ingin menemuiku. Apa dia ingin bersorak karena Bryan lebih peduli kepadanya."
Zoya menggelengkan kepala, ia tidak boleh mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaannya. Dengan menarik napas pelan ia segera menghampiri Donita yang sedang terbaring di ruangannya. Di sana sudah ada Bryan yang selalu siap menemaninya dan hal itu membuatnya sangat jengah.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu Donita? Apa ada keluhan?" tanya Zoya sambil tersenyum.
Donita melihat Bryan yang masih setia menemaninya.
"Ada yang mau kukatakan padamu."
Zoya mengalihkan tatapan pada Bryan yang saat ini sedang menatapnya juga.
"Aku tidak bisa menikah denganmu, karena aku masih sangat mencintai Donita."
Zoya hampir saja jatuh saat kalimat itu keluar dari bibir Bryan. Apa pria itu sangat mudah melukai hatinya. Kenapa dari sekian banyak waktu, ia harus menghancurkan paginya. Zoya menatap Donita yang sedang tersenyum.
"Apa mengatakan hal ini harus di saat seperti ini?" tanya Zoya dengan suara bergetar. Ia berusaha mengatur napas serta suara agar tidak goyah.
"Aku mau mengakhirinya di depan Donita agar dia percaya jika kita tidak lagi memiliki hubungan."
Zoya menganguk pelan dan menghampiri Donita. "Semoga kamu bahagia bersama dia meski itu di atas luka wanita lain."
Selesai dengan itu, ia segera memutuskan keluar dari sana dan hendak membatalkan dirinya sebagai dokter yang akan mengoperasi Donita. Namun, karena waktunya yang sudah dekat, tidak ada dokter yang bersedia menggantikannya. Ia pun akhirnya pasrah.
-----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments