Melihat makanan tersebut, membuat perut Zoya kembali memberontak. Ia segera membawa makanan tersebut ke dapur dan menyiapkannya. Selagi menyajikan ia memakan sedikit untuk mengganjal perutnya. Ia mengambil piring dan meletakkan makanan tersebut di sana lalu menghidangkan ke hadapan gadis itu.
"Minumannya mana? Saya mau minum jus."
Mendengar permintaan gadis itu, seketika membuat ia kelabakan. Ia tidak pernah tahu bagaimana caranya mengolah buah menjadi sebuah minuman.
"Mbak, sebenarnya saja tidak ...." Baru saja akan menyampaikan isi hatinya, ponsel gadis itu berbunyi dan mengabaikan ucapan Zoya.
"Hai sayang, aku sudah sampai ke apartemen kamu. Iya, aku membawanya," ucap wanita itu sembari tersenyum renyah.
"Aku sudah bertemu dengan pembantumu," ujarnya. Ia kemudian melihat Zoya masih berdiri di sana pun segera membentaknya.
"Apa lagi yang kamu tunggu, saya tadi meminta jus. Segera buatkan!"
"Tapi, Mbak saya—"
"Sayang, maaf aku marah-marah sama pembantu kami."
"Tidak masalah sayang, dia memang tidak becus dalam bekerja."
Zoya yang mendengarnya tampak terluka. Apa Bryan begitu menganggapnya rendah sampai hanya mengakuinya sebagai pembantu yang pantas ditindas oleh setiap orang yang datang ke apartemennhya.
"Kenapa nggak kamu pecat, sayang. Aku melihatnya saja muak."
"Tenaganya cukup lumayan membersihkan rumah. Selagi aku belum sampai, kamu bisa menyuruhnya dia pasti akan menurutimu. Dia juga bodoh sayang."
Kembali, hati Zoya terkoyak oleh ucapan Bryan yang tidak pernah puas menyakiti hati dan perasaannya. Sedangkan wanita tersebut yang mendapat lampu hijau pun segera memerintahkan Zoya untuk melakukan semua yang ia inginkan tanpa memikirkan perasaannya.
"Kamu sudah dengar 'kan apa yang dibilang sama sama majikan kamu. Saya bebas memerintah kamu sampai saya merasa puas."
Zoya hanya bisa diam seribu bahasa. Ia tahu kehadiran wanita ini akan membuat hidupnya jauh lebih rumit dari sebelumnya. Zoya seperti keluar dari mulut buaya, masuk ke mulut singa.
"Dengar nggak?" teriak gadis itu kesal. Ia segera menghidupkan televisi dan menyuruh Zoya mengambilkan semua yang dia inginkan.
"Ambilkan air putih!"
Zoya mengambilnya dan segera menyerahkan kepadanya. "Ini, Mbak."
Gadis itu meneguknya dan menyemburkan tepat ke wajah Zoya membuat gadis itu kaget.
"Terlalu dingin, saya mau yang hangat!"
Zoya kembali mengambilnya. Namun, seolah tidak pernah merasa puas. Ia terus menyuruh Zoya mengambilkan air sampai sepuluh kali. Terlalu dingin, terlalu panas, terlalu hangat, dan masih banyak lagi kata terlalu yang krluar dari bibirnya yang menyebalkan.
Ia juga dengan iseng menuangkan jus ke lantai saat yang dia minta rasanya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan. Dia juga membuat ruang tamu berantakan dan hal itu membuat Zoya kewalahan.
"Mbak, tolong jangan membuat ruangan ini berantakan. Saya butuh berjam-jam untuk merapikannya. Saya mohon, Mbak."
"Hey, itu tugas kamu. Saya tidak ada masalah dengan hal itu. Mau kamu bersihinnya lama saya tidak peduli. Kamu sebagai pembantu tidak boleh makan gaji buta di sini, paham! Sekarang bereskan ruangannya."
Zoya mendesah pelan dan segera mengambil sapu serta kain pel untuk membersihkan ruangan tersebut. Disela ia sedang jongkok, tangannya sengaja diinjak, membuat Zoya meringis kesakitan. Ia sampai menangis menahan perih dan panas yang mrnjalar pada tangannya.
"Kalau kerja tuh, lihat-lihat yang bener biar nggak kena injak!" dengkusnya.
Zoya menutup matanya perlahan dan kepalanya serasa sudah melepuh dan rasa muak perlahan merasuki jiwanya. Ia menatap sepatu yang dikenakan oleh gadis itu.
----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Uti Enzo
malas bacanya thor terlalu goblok cari cewek dokter kok gk bisa apa² aneh aja
2024-10-08
0