Zoya pergi ke rooftop dan menangis sejadi-jadinya di sana. Ia meremas dadanya yang terasa sangat sesak. Semudah itu kekasihnya melepas dan membuangnya tanpa rasa bersalah. Apa yang harus dia katakan kepada kedua orang tuanya mengenai hal ini. Tidakkah Bryan berpikir matang sebelum memutuskan semuanya secara sepihak. Apa selama ini kehadirannya tidak begitu berarti dalam hidup Bryan. Zoya masih menangis sampai sebuah elusan lembut di kepalanya menyadarkannya.
"Dia sudah keterlaluan," ujar Haden.
Zoya segera berbalik dan menatap Haden dengan mata berkaca-kaca. Pria itu menghela napas lalu membuka kedua tangannya. Ia membiarkan tubuh gadis yang sangat dia cintai menjadikannya sebagai sandaran saat sedih.
"Kenapa hanya kamu yang selalu ada saat aku terpuruk seperti ini." isak Zoya membuat senyum Haden mengembang.
"Karena aku sangat mencintaimu."
"Kenapa hatiku tidak untukmu saja," ucap Zoya saat ia sudah membaik. Ia mengambil sapu tangan yang disodorkan Haden padanya.
"Mungkin kita tidak berjodoh sebagai pasangan."
Mereka berdua tertawa setelah Haden mengucapkan kalimat tersebut. Haden adalah pengacara di rumah sakit tersebut. Ia mencintai Haden jauh sebelum gadis itunbertemu dengan Bryan. Haden dan Zoya adalah teman masa kuliah yang pada saat itu sama-sama sedang galau karena diputuskan. Persahabatan mereka dimulai sejak saat itu.
"Aku tidak tahu apa akan sanggup menangani Donita atau tidak. Hatiku sangat sakit Den, Bryan menghancurkannya sampai remuk."
Mendengar hal itu, Haden berusaha meyakinkan Zoya mengenai prinsip yang sudah dipegang teguh olehnya. Ia tidak ingin Zoya goyah hanya karena hal ini. Meski sangat menyakitkan tapi nyawa Donita yang dipertaruhkan. Ia tidak ingin sahabatnya menjadi tidak terkendali jika sampai melakukan hal di luar dugaan.
"Zoya, aku sangat tahu bagaimana selama ini kamu menangani pasien secara profesional. Jangan menganggap Donita sebagai wanita yang sudah membuat Bryan berpaling. Dia adalah pasienmu, yang harus kamu selamatkan."
Zoya menganguk, ia tidak seharusnya mencampurkan hal pribadi dengan pekerjaannya. Selama ini, ia sudah sangat profesional. Zoya tidak ingin karir kedokterannya hancur karena Donita. Tidak akan dia biarkan pemikirannya menghancurkan segalanya.
"Terima kasih Den," ujarnya.
Kini Zoya kembali ke ruangannya. Ia kembali mempelajari kasus Donita disela kelonggarannya. Lalu seorang residen mengetuk pintunya. Ia mempersilakan masuk.
"Ada apa, Lin?"
"Dokter Zoya, ada yang salah dengan Donita."
"Salah bagaimana?" tanya Zoya penasaran.
"Berdasarkan hasil tes, hanya jantungnya yang bermasalah. Namun, di sini terlihat jelas jika kondisinya lebih buruk dari yang kita prediksi."
"Kita harus kembali melakukan pemeriksaan," ucap Zoya dan ia segera menemui Donita.
Zoya mengabaikan keberadaan Bryan. Ia tahu rumah sakit ini adalah milik keluarganya, mungkin karena hal itu membuatnya bebas berkeliaran di mana pun.
"Ibu Donita, saya ingin menyampaikan beberapa hal mengenai kondisi Anda. Tapi sebelum itu saya ingin Anda menjalani tes CT scan."
"Apa begitu parah? Tanya Donita yang begitu khawatir.
"Kita akan segera mengetahuinya."
"Sister Ely, tolong bawa pasien ke ruangan CT scan." perintah Zoya.
Bryan segera menahan Zoya saat gadis itu hendak beranjak dari sana.
"Apa kondisinya sangat parah?"
"Hasilnya akan keluar setelah pemeriksaan selesai." Zoya terlihat begitu dingin pada Bryan. "Dokter Bryan, saya tidak tahu mengapa Anda sangat betah di sini sehingga mengabaikan pasien Anda."
Zoya segera pergi dan melakukan pemeriksaan pada Donita. Di sana ia bisa melihat jika kondisi jantungnya sudah sangat parah. Meski dilakukan pencangkokan, kecil kemungkinan akan berhasil.
"Bawa dia kembali ke ruangannya." perintah Zoya.
"Baik, Dok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments