Zoya sudah selesai melalukan operasi panjang yang memakan waktu delapan jam lamanya. Ia keluar membawa kabar duka, pasien yng dia tangani tidak mampu ia selamatkan karena terjadi implikasi selama pembedahan.
"Saya meminta maaf, Bu. Tapi kondisi pasien mengalami implikasi selama pembedahan karena mengkonsumsi obat dengan dosis tinggi." terang Zoya dengan lesu. Ia sangat kelelahan dan kini harus memberi kabar buruk.
"Tidak mungkin, Dok. Itu tidak mungkin, dia anak yang baik." ibunya terlihat sangat terpukul mendengar hal tersebut.
"Dokter, bukankah Dokter juga yang menyebabkan salah satu pasien hampir meninggal katena keteledoran. Saya yakin Dokter sudah teledor menangani kakak saya!" teriak sang adik yang amsih mengingat jelas wajah Zoya saat berada di ruang UGD.
"Bu, semua ini tidak ada hubungannya dengan kejadian beberapa waktu yang lalu. Ini murni karena kondisi pasien sudah drop."
"Saya akan menutut Anda!" teriak sang ibu yang ikut tersulut emosi.
Zoya berusaha terus berjalan sampai ke ruangannya dengan hati terluka. Kenapa hari ini semua orang menghakiminya dengan kejam. Apa kata membunuh begitu mudah disematkan padanya. Pandnagan Zoya mulai mengabur karena ia sangat butuh istirahat. Zoya terus berusaha berjalan menuju ruangannya untuk istirahat sejenak. Namun, baru saja akan memasuki pintu, Bryan datang dan menanyakan mengenai operasinya yang gagal.
"Bryan, bisakah tidak membahasnya sekarang. Aku sangat lelah." gumam Zoya sangat pelan.
"Kamu masih punya waktu untuk merasa lelah, sedangkan keluarga pasien yang kamu tangani sedng berduka!" teriak Bryan membuat Zoya menutup matanya.
Apa bagi pria itu, hatinya baik-baik saja? Apa dia memang pantas dihakimi sampai merasa lelah pun tidak diijinkan? Apa dia harus selalu terjaga untuk.dihakimi. Zoya sangat lelah dan ia ingin rasanya istirahat untuk selamanya. Tapi Tuhan masih memberinya nyawa.
"Apa aku harus minta maaf, di mana aku harus menemui mereka?" tanya Zoya dengan lemah.
"Ikut aku!" perintah Bryan dan berjalan di depan. Ia masih marah pad Zoya mengenai insiden yang hampir merenggut nyawa Donita.
"Kamu selalu mengatakan bekerja secara profesional, tapi karena masalah kita, kamu membuat salah satu pasien meninggal dunia karena keteledoranmu!" hardik Bryan.
Zoya yang tidak lagi sanggup menopang tubuhnya, tiba-tiba mimisan. Ia melihat tubuh Bryan sudah buram dan tubuhnya langsung jatuh menyentuh lantai. Suaranya terdengar sampai ke telinga Bruan. Pria itu berbalik dan sudah mendapati Zoya tergeletak di lantai.
"Zoya!" teriaknya dan segera menghampiri. "Ya tuhan, hidungmu berdarah."
Ia segera mengangkat tubuh Zoya dan membawanya ke ruang UGD dan salah satu temannya segera memeriksa kondisinya.
"Dokter Zoya kekurangan cairan dan vitamin. Ia juga sangat kelelahan karena tidak pernah istirahat sejak tadi pagi, ia juga terlihat sangat tertekan." tutur teman Zoya.
Mendengar hal tersebut membuat Bryan terhenyak. Ia sudah bersikap sangat kejam pada kekasihnya. Bahkan sejak tadi siang ia terus memberinya ketegangan tanpa tahu apa yang sudah dilalui Zoya. Bryan sangat menyesal karena tidak memperhatikannya. Ia menunggui Zoya sampai gadis itu sadar.
Beberapa jam kemudian, Zoya membuka matanya dan melihat ke sekitar. Ia menyadari ada Bryan yang sedang tertidur di sana. Zoya melihat jam dan segera bergegas pergi karena hari ini dia memiliki acara bersama keluarganya. Bryan pun tersadar dan tidak melihat keberadaan Zoya di sana. Ia hanya melihat secarik kertas terselip di ranjang.
"Apa susahnya membangunkanku." desah Bryan. Bryan segera pergi dan kembali melihat kondisi Donita.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments