Di sinilah kini Zoya berada. Di depan rumahnya. Dia masuk dengan lesu dan menangis saat ibunya menghampirinya. Sang ibu memberinya kekuatan begitu pun dengan sang ayah.
"Sayang, manusia memang menilai orang lain hanya dari apa yang mereka dengar dan mereka lihat, bukan dari apa yang mereka ketahui. Mereka hanya mendengar tentangmu tapi tidak mengetahuinya."
"Maafkan Zoya, Pa, Ma. Karena Zoya tidak bida membanggakan kalian berdua. Zoya sudah berusaha dengan baik tapi semuanya rumit saat Bryan menuduhku yang tidak-tidak hanya karena mantan kekasihnya meninggal saat Zoya menanganinya."
"Sayang, Bryan juga hanya manusia biasa. Ada saat di mana ia khilaf, sekarang kamu mandi lalu istirahat ya. Kamu sudah melalui hari yang panjang dan melelahkan."
"Makasih, Ma, Pa. Meski semua orang menyudutkanku, tapi Zoya bersyukur karena masih memiliki kalian."
Zoya segera beranjak ke kamarnya. Di ruang tamu, kedua orang tuanya tampak berbincang. "Kasihan putri kita Pa, dia harus melalui dunia yang begitu kejam."
"Ma, kita harus mempersiapkan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Entah kenapa Papa memiliki firasat buruk mengenai hal ini. Keluarga Bryan salah satu pemegang saham di perusahaan kita. Jika masalah ini mempengaruhi pandangan mereka maka perusahaan kita akan hancur."
Memikirkan hal itu saja membuat jantung pria itu berdenyut sakit. "Pa, jangan memikirkan yang aneh-aneh dulu. Ingat riwayat jantung Papa."
Beberapa hari kemudian, di kamarnya, Zoya membuka ponsel. Banyak sekali pesan yang masuk ke watsApp. Ada pesan dari temannya yang mengetahui kejadiannya. Ada juga pesan kebencian dari orang yang tidak ia kenal. Kasus Zoya sampai membuat acara televisi tertarik untuk mengundang Bryan. Di sana pria itu sangat sedih dan menceritakan apa yang terjadi. Kini nama baik Zoya sudah sangat hancur. Ia melempar ponselnya kesal dan menangis. Hanya itu yang dia lakukan sejak kejadian tersebut.
"Sayang, makan dulu Nak."
Suara ibunya tampak memanggil dari luar kamar.
"Zoya nggak lapar, Ma."
"Sayang, meski pun kamu nggak lapar, seenggaknya kamu makan dulu ya. Nanti kamu sakit, Nak."
Zoya membuka pintu dengan mata masih sembab. Ibunya yang melihat hal itu hanya bisa menarik napas. "Sayang, dunia memang kadang sangat kejam pada kita. Tapi kita harus bisa melawannya dengan bangkit dan tunjukkan pada dunia, bahka kamu tidak seperti itu."
"Mama, Apa kesalahan Zoya, sampai Bryan tega. Bahkan wanita itu bukan kekasih atau pun tunangannya. Wanita itu hanya masa lalunya. Kenapa aku yang tunangannya dia buat seperti ini Ma. Kenapa?" tanya Zoya menangis.
"Bryan sedang tidak bisa membedakan mana yang berlian,mana yang bukan sayang. Dia masih merasa kalau wanita itulah yang dia inginkan. Tapi sebenarnya yang dia butuhkan adalah kamu."
"Ma, Zoya mau pergi aja dari sini. Zoya udah nggak kuat sama semua ini. Mereka memangdang Zoya serendah itu, Ma."
Ibu mana yang tidak terkoyak perasaannya saat putri yang sangat dia cintai dilukai sedemikian oleh pria yang sangat dicintai olehnya. Ia ikut menangis dalam diam. Mencoba memberikan kekuatan pada dang putri meski kenyataannya, sang ibu karena imbas dari semua kabar buruk yang menimpa putrinya. Tapi ia tidak mau membebani Zoya dengan masalahnya. Biarlah semua itu menjadi masalahnya tanpa perlu melibatkan Zoya di dalamnya.
"Sayang, ingatlah, kamu adalah putri Mama yang paling tegar. Yang paling tidak bisa dihancurkan oleh badai sekali pun. Ingat itu."
----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments