12

Ryn nyebut pembaca yang gak vote itu ghost readers aja. Jadi anggap aja mereka tuh hantu╮(╯▽╰)╭

.......

.......

GITA menyeka ingus dihidung Doni menggunakan tisu, mereka berdua kini ada di ruangan Gita dan memang hanya berdua saja.

"Keluarin ingusnya." perintah Gita pada Doni.

Cowok urakan itu langsung ngeluarin ingusnya, setelah selesai Gita langsung membuang tisu itu. "Jadi, apa yang mau kamu jelasin?." celetuk Gita datar.

Doni menunduk pelan, dia memilin ujung seragamnya dan masih saja ada isakan disela bibirnya. "Doni, aku bertanya padamu." cetus Gita.

"Maaf..hiks..Doni gamau diejek kalau tau nikah muda..hiks..nanti Doni gak punya temen lagi.." lirihnya sesenggukan.

Gita diam, dia bersidekap dada dengan pandangan dingin terus tertuju pada Doni. "Kamu malu nikah sama aku?." tebak Gita langsung.

Doni menggeleng ribut. "Enggak..hiks..Doni gak malu cuma Doni gamau ada yang tau.." jawabnya.

"Kalau gitu, gak masalah kalau aku ngakui kamu sebagai adik sepupu aku di depan banyak orang kan?." aju Gita santai namun sedikit menyeramkan.

Seringai terbentuk diwajah cantiknya.

Doni tak menjawab dan malah kembali menangis. "Jawab Don, jangan malah nangis." sinis Gita.

Doni menggeleng. "Gamauuu..hiks..Doni gamau diakui adek kamu gamauu..hiks..Doni kan calon suami kamu Gitaa huaaaaaaaaaaaa.." kan, nangis wae.

Gita mendesah kasar, dia kangen Do btw, pengen ngunyel-ngunyel anak kecil itu.

"Nanti aku fikirin, suruh Do keluar." titah Gita tak terbantahkan.

"Hah?..hiks..kamu mau ketemu sama Do?." lirih Doni tak percaya.

Gita mengangguk mantap, Doni ragu sebenarnya, tapi daripada Gita marah mending yaudalah ngalah aja.

Tak berselang lama Do muncul, hal pertama yang dia lakuin adalah menerjang Gita dengan pelukan eratnya.

"Mamiiii, Do kangen sama mamii." ujarnya mesra dan manja, dia mendusel dileher Gita bak kucing anggora.

Gita terkekeh pelan, auranya berubah hangat seketika, padahal tadi dinginnya udah mirip Juri di acara Master Chef.

"Mami juga kangen Do, Do ikut mami yuk."

"Mau kemana mami?."

"Ke salon."

"Buat apa?."

"Mau ngewarnain rambut kamu, jadi coklat gelap. Padahal kamu bakalan lebih ganteng kalau rambut hitam, tapi Doni udah keburu ngewarnain rambut jadi gabisa balik jadi hitam lagi.."

Do tak paham apa yang Gita maksud, dia onggak angguk aja jadinya.

"Kita pergi nanti sore ya, sekarang kamu mau makan siang apa sayang?." tawar Gita lembut sembari mengelus wajah mulus Doni.

Hidung mancung, pipi sedikit chubby, alis rapu yang menyatu namun tak terlalu tebal, bibir seksinya yang kini sudah mulai jarang merokok.

Manik coklat hazel keturunan Ayah Dave yang sangat menawan.

"Mau mumu aja Mami..Do ngantuk pengen bobok sambil peluk mami.." bisiknya sembari mengucek mata kanannya yang berair.

Gita mengangguk pelan, dia menidurkan Do disofa bulat besar disudut ruangan, yang berhadapan langsung dengan pemandangan kota Jakarta.

"Bentar ya sayang, biar Mami buatin mumu nya dulu." ujar Gita setelah menidurkan Do disana, dia mengelus rambut Do sebentar lalu beranjak pergi.

Pernikahan hanya menunggu hari, memang sih mereka hanya akan menikah di KUS, Pestanya akan diadakan saat Doni berusia 21 tahun nantinya.

Tapi jika Doni terlalu banyak tingkah, sebelum 21 mungkin sudah diceraikan Gita nampaknya.

"Aduh, aku lupa bawa empengnya Do.." berdoa saja semoga Do tak merengek atau menangisi sesuatu.

Karena dia harus meminta supir membawakan pacifier Doni yang ada di rumah Gita, bukan Apartemen ya.

Gita punya 2 tempat tinggal, 1 rumah pribadi dan 1 lagi Apartemen.

Rumah pribadi tak pernah dia tinggali karena itu akan dia tempati bersama Doni nantinya.

Gita masih tak menyangka, jika bocah buluk yang dulu dia temui kejebur got komplek adalah cowok yang akan dia nikahi.

"Memang jodoh gak ada yang tau." kini Gita percaya bahwa Jodoh bisa datang darimana saja.

Dulu..

Saat itu Gita masih kelas 1 SMP, usianya 13 tahun. Dia berjalan sendirian di komplek perumahannya siang itu.

Tak ada hal aneh, sampai dia mendengar suara tangisan meminta tolong anak kecil.

"Hiks..Bundaaaa tolongin Doniii..hiks..Doni masuk parit bundaa...huaaaaaa."

Gita mencari asal suara, dia mendekati aliran irigasi komplek dan kaget tentu saja.

Ada bocil yang pakai singlet dan ****** ***** doang, didalam parit irigasi itu. Untung airnya gak terlalu kotor dan termasuk jernih.

"Dek, sini kakak bantu naik." tawar Gita sembari mengulurkan tangannya.

Doni mendongak, dia sesenggukan dengan hidung yang sudah banjir ingus.

Rambut hitam pekatnya, kulit tan akibat keseringan kena matahari, Doni memang kelihatan buluk tapi dia termasuk tampan untuk seukuran bocil.

Perlahan, Doni menerima uluran tangan Gita. Dengan sekuat tenaga Gita menarik bocah itu naik keatas.

"Huuu..hiks..makasih kak.." isaknya.

Gita mengangguk. "Rumah kamu dimana? Biar aku anterin." tawar Gita sembari memakaikan baju olahraganya pada Doni.

Kasian bocil itu nanti makin item kalau dibiarin panas-panasan.

Doni menunjuk kearah rumah yang ada disebelah rumah Gita. "Ouh, kamu anaknya tante Muti kan? Yang sering ngompol di kasur?." tebak Gita.

Doni dengan lugunya mengangguk mengiyakan. "Kok kakak tau?." tanya Doni penasaran.

Gita terkekeh pelan lalu mengusap pipi gembul Doni. "Tau dong. Kamar kamu sama kamar aku itu sebelahan tau." ujar Gita.

Dan tah, itu kali pertama Gita ketemu sama Doni.

Sedang asik-asiknya mengingat masa lalu, Gita mendapat panggilan masuk dari orang asing.

"Halo."

"Kak Gita ini Jeje sepupunya Diara, kak, tolong awasi Doni ya kak. Soalnya saya dapat penglihatan kalau Doni itu dalam bahaya beberapa waktu ke depan, ada laki-laki yang mau bunuh Doni hanya karena Doni nikah sama kakak. Kejadiannya nanti 2 minggu setelah kalian nikah, udah gitu aja kak nanti Jeje sampein sesuatu lagi."

Tut!

Gita terpelongo, antara shock dan kaget. Jeje berbicara cepat dan langsung ke intinya.

"Ada gunanya juga, kerja sama dengan sepupu Diara ini." Diara langsung mentranfer sejumlah uang ke rekening Jeje.

Gita ada 2 antek-antek, yang pertama Diara. Gunanya adalah melaporkan kegiatan buruk Doni pada Gita.

Yang kedua Jeje, gunanya untuk melaporkan kejadian buruk kedepannya.

Gita tau dari Diara kalau Jeje sejenis anak indigo juga, tapi bedanya Jeje bukan melihat hantu, melainkan sering melihat kejadian yang belum terjadi.

Memang kemampuan itu menakutkan bagi sebagian orang, bahkan Jeje saja pernah dirawat di RSJ karena stress melihat kematian yang tak seharusnya dia lihat.

...Yaitu kematian Ibu dan Ayahnya dulu....

...Bersambung😾...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!