19

...Kenapa sih..masih ada juga yang gamau vote:(...

...Segitu jeleknya kah cerita ini sampai kalian gak sudi neken bintang, bahkan ini gak ada adegan vulgarnya.. jujur Ryn sedih banget, sepele emang tapi rasanya mau nangis tiap liat votenya selalu jimplang(╥﹏╥)...

.......

.......

MALAMNYA Doni ditinggal sendiri di rumah, pasalnya Gita harus melayat ke rumah Erdo. Mau tau kenapa? Yah, istri Erdo meninggal tertabrak truk.

Itu membuat Doni kembali berfikir, apa iya yang membunuh istri Erdo adalah Erdo sendiri.

"Gak habis pikir gue." guman Doni sembari duduk di sofa, jam sudah menunjukan pukul 11 lewat 30 malam.

Gita sudah pergi dari jam 10 malam tadi, Doni dipesan agar tidak keluar dulu.

Ting!

Doni melirik, dia meraih ponsel Vivo mata 3 nya di meja kaca didepannya, ternyata Xeno meneleponnya.

"Assalamualaikum, ya ahli jahannam." salam Doni langsung.

"Don! Balapan kuy malam ini!."

"Eh, setan! Salam gue lo jawab dulu bego, itu wajib!." semprot Doni kesal.

Xeno meringis pelan mendengar makian Doni, lalu membalas salam Doni. "Waalaikum sallam, gatel lidah gue. Gak biasa jawab salam." keluh Xeno.

"Makannya, jangan kebanyakan nyipok bibir yang belum halal buat lo, jadi dimana lokasinya? Biar gue otw."

"Tempat biasalah! Halah mentang-mentang lo udah pensiun njir, sok banget."

"Astagfirullah Akhi, gaboleh gitu."

"Jijik, udalah buruan!."

"Hahah, oke gue otw."

Yah daripada disini sendirian, mana banyak hantu perawan lagi.

Mending Doni keluar aja yakan, Gita mungkin gak akan masalah kalau Doni keluar buat main. Udah lama juga dia gak balapan sama temen-temennya.

.........

Raut wajah Gita sangat kaku saat ini, dia melihat dengan jelas Jenazah istri Erdo sudah dikafani, bekas luka ditubuh akibat tabrakan, kakinya hancur karena dilindas.

Ini jelas, jawaban dari ucapan Erdo tadi siang.

"Gita~" lihatlah, bahkan pria itu tak terlihat bersalah. Kematian Istrinya terbukti kecelakaan, dia tertabrak saat sebuah truk mengalami rem blong dan menabraknya.

Gita memandangnya dingin, bahkan amat dingin. Tapi Erdo hanya tersenyum saja, mereka ada di taman belakang rumah.

Tak akan ada keluarga yang menyadari keberadaan mereka.

"Kau gila Erdo." ujar Gita dingin, tak ada lagi nada lembut seperti biasanya.

Erdo tertawa antusias. "Kamu baru tau? Aku kan mantan RSJ Gita, masa gitu aja kamu gatau hahahah." ceplosnya santai.

Kedua tangan Gita mengepal kuat, menghadapi seorang psykopat harus tenang dan tak boleh gegabah.

"Ck, aku pulang." pamit Gita tanpa salam kemudian berlalu pergi.

"Suami kamu, dia target selanjutnya Gita. Pilih kembali sama aku atau nyawa Doni habis ditanganku." tuturnya lembut.

Gita diam, dia hanya melirik singkat lalu keluar dari sana.

Erdo terkekeh pelan, Gita cantik sekali kalau marah, kan jadinya Erdo semakin tak sabar untuk menjadikannya istri.

Dilain tempat, Jeje baru saja mendapat sekelibat penglihatan buruk, dia segera meraih ponselnya dan menelepon Gita.

Didering ke 2 baru diangkat.

"Halo Jeje."

"Kak Gita! Cari Doni sekarang kak, dia ada di sirkuit balap di Jalan Singosari, aku baru dapat penglihatan kalau sepulang Doni dari balapan dia akan kecelakaan kak!."

Gita menggertakan giginya kuat, ternyata Doni keluar dari rumah! Sudah dia larang tapi malah dilanggar.

Emang ya peraturan, dibuat untuk dilanggar.

"Makasih Je, nanti kakak transfer."

"Kali ini gausah kak, soalnya ini gak direncanain. Ini muncul aja tiba-tiba, ini bukan takdir tapi udah direncanain..baru aja direncanain."

"Oke, makasih sekali lagi ya."

"Sama-sama kak."

Ini pasti ulah Erdo. "Erdo brengsek!!." umpatnya emosi, dia masuk kedalam mobilnya dan langsung ngebut dijalan.

Emosi dan kekhawatiran bercampur jadi satu.

....

Lona tertawa bersama teman 1 arena balapnya, hari ini dia mendapat taruhan 1 mobil Lambhorgini jika dia berhasil menang.

"Lawan gue siapa sih? Gak sabar gue pengen liatnya." celetuk Lona penasaran.

Mereka menunjuk kearah seseorang yang Lona kenal. "Astagfirullah Doni? Yakin nih? Bukannya tadi siang lo habis kena hantam bola voli ya?." seru Lona tak percaya.

Doni mendelik tajam.

"Diam lo." sinisnya tajam.

Yang tadi siang muncul, itu Do. Little space yang Doni punya, lagipula dia balapan ini istrinya gatau loh.

Dia diam-diam keluar, dan semoga saja Gita tak tau. Doni tak sanggup jika Gita mengabaikannya, Doni bisa gila jika Gita mengabaikannya.

"Buruan, ntar binik gue nyariin nih!." ceplos Doni sembari naik ke motor sport hitamnya.

Lona tertawa pelan, dia mengangguk lalu naik ke motor sport merah kesayangannya. Seorang pria tampan berdiri ditengah mereka dengan bendera ditangannya.

Tenang, bendera hitam putih kok bukan merah putih.

"Baik! Bersiap,"

Mereka mulai menggeber gas dimotor mereka, sama-sama tak sabar untuk mulai melajukan benda besi ini.

"Siaga, MULAI!."

BRUMM!!

NGEEENG!!.

Kedua motor itu melaju cepat dijalanan yang sepi dan lengang, bertepatan dengan datangnya Erga dan Gita.

"Biar aku bantu." Erga tak menjawab, dia membiarkan Gita mendorong kursi rodanya menuju kerumunan.

Aura yang Gita keluarkan sangat gelap, dipastikan Gita ini sangat marah pada seseorang. Sama seperti Erga, dia juga marah sama Lona.

"Loh? Kalian-"

"Dimana Doni?." Gita memotong ucapan Xeno yang memegang bendera tadi.

Melihat tatapan dingin Gita, dia jadi takut sendiri. "M-mereka baru saja mulai.." ujarnya gemetar.

Gita mendecih dingin, sementara Erga hanya mampu mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.

Mereka menunggu dipinggir jalan dan menanti siapa yang duluan sampai di garia finish.

15 menit menanti, akhirnya salah satu motor itu sampai. Ternyata pemenangnya adalah Lona.

"HAHA, Lo kalah!." seru Lona kegirangan, dia dapat mobil baru dan bisa langsung menjualnya.

Rencananya Lona akan membelikan sesuatu untuk Erga, dari hasil menjual mobil itu.

Doni mendelik tak suka, baru saja dia hendak menjawab, tapi tatapannya tertuju pada Gita yang berjalan mendekatinya.

Pucat, Doni langsung pucat ditempat.

"G-gita.." lirihnya bergetar.

Gita diam dengan raut wajah ketatnya. "Tunggu surat cerainya di kamar kita." ujarnya dingin kemudian berjalan pergi.

Doni membeku seketika, apa...cerai?

Dia menggeleng ribut, dengan cepat dia lari mengejar Gita dengan cepat dan menangis histeris.

Tak perduli dengan tatapan kasihan orang disekitarnya.

"GITA MAAFIN AKU!..hiks..GITA AKU GAMAU CERAI HUAAAAA.."

Gita tak perduli, Doni sebebas ini keluar tanpa tau dia akan celaka nantinya, membuat Gita emosi saja.

Lihat aja, hukuman kali ini akan lebih lama dari sebelumnya.

Tak perduli dengan tangisan Doni, Gita langsung masuk ke mobilnya dengan Doni yang juga ikut masuk.

"Gitaaaaa..hiks..maafin aku Gita aku gamau ceraaaaiii..hiks..huaaaaa Gitaaaaaaaaa."

Diam, Gita hanya diam tak mau menanggapi.

..........

GITA mendiamkan Doni, benar-benar mendiamkan cowok itu bahkan ketika Doni sesak napas karena terus menangis.

"M-maaf..hiks..m-maaf..hiks..Doni salah..hiks..maaf..hiks..maaf mamiii..hiks..jangan cerain Doni..hiks..maaf.." isaknya sesak.

Jam sudah menunjukan pukul 3 malam dan Doni tak kunjuk tidur, Gita sendiri tak memperdulikan Doni dan terus sibuk di meja kerjanya.

Yang ada di dalam kamar.

Doni duduk disudut kamar menghadap tembok, Gita sudah menyiapkan susu dan empengnya jadi terserah Doni mau diminum apa enggak.

Yang penting kewajibannya sebagai istri untuk menyiapkan keperluan Doni gak dia langgar.

"M-maaf..hiks..m-maaf..hiks.."

"Doni nakal..hiks..nakal.."

Gita diam saja, masih sibuk dengan pekerjaannya. Gita tuh...khawatir, dia takut Doni akan menjadi target Erdo yang selanjutnya.

Memanglah kali ini Doni selamat, tapi dilain waktu? Disaat Gita tak ada disampingnya? Gita tak menjamin Doni akan selalu bersamanya.

"Hahh..kepalaku pusing." keluh Gita lelah.

"M-mami mau minum..hiks..b-biar Doni ambilin.." Doni menyahut lirih saat mendengar keluhan Gita. Dia sedikit berbalik guna memandang Gita.

Berharap Gita meladeni ucapannya, tapi yang dia dapat hanyalah lengosan dan tatapan dingin dari Gita. Hatinya semakin sakit...Gita benar membencinya.

Tangisanpun semakin kuat, bahkan Doni sampai terbatuk-batuk karena menangis, badannya gemetar hebat.

"MAMI MASIH MARAH HUAAAAAA..UHUK..hiks..HUEEEKK....hiks..m-maaf Doni nakal..hiks..maaf Mami maaf..maaf..hiks..maaf.."

Gita tak tega sebenarnya, kasihan melihat Doni nangis sampai sesak seperti itu, tapi dia masih emosi.

Daripada dia main kasar mending Gita diam saja, cara meredam emosi yang baik menurut Gita adalah diam.

Walau sesak didada, dia lebih suka diam.

Dituntut sempurnah dari kecil dan selalu memendam emosi membuat Gita menjadi People pleaser. Orang yang berusaha menjadi sempurnah didepan orang lain.

Orang yang menerima semua permintaan orang-orang, bahkan Gita sulit mengekspresi kan emosinya.

Dia lebih suka diam, saat sedih dia diam, saat marah dia diam, saat senang dia hanya akan tersenyum, saat kecewa dia akan diam.

Gita sudah terbiasa, namun saat bertemu Doni, cowok yang sangat ekspresif dan lepas dalam mengeluarkan emosinya..Gita iri..

Dia ingin seperti Doni, saat marah ya dia marah, saat sedih dia menangis, saat senang dia bergembira, saat lelah dia mengeluh.

Iri..perasaan iri itu terkadang membuat Gita merasa tak suka pada Doni, tapi sekarang cowok itu adalah suaminya.

Gita tak mungkin memendam perasaan benci itu terlalu lama.

Bruk!

Gita tersentak kaget, dia keasikan melamun tanpa sadar jika Doni sudah pingsan disudut ruangan.

..........

Dokter baru saja keluar dari kamar di rumah Gita, kamar yang satunya.

Gita sengaja meletakan Doni di kamar yang satunya agar mereka tak satu kamar, biarlah hukuman tetap berjalan walau Doni sakit.

Dia hanya terkena darah rendah saja, hanya perlu diinfus 2 botol dan bisa langsung beraktifitas.

Tak perlu ke rumah sakit juga. Gita menyiapkan ASI nya di mumu dan meletakannya di nakas, dan juga menaruh empeng Doni.

Doni memandang sayu Gita, matanya memerah dan sembab, bahkan dia masih sesenggukan gitu.

"H-hiks..m-mami..hiks.." isaknya parau.

Gita tak menjawab, dia memasukan mumu ke mulut Doni dan membiarkannya meminum susu itu sampai habis.

Doni sendiri...nangis lagi tapi kali ini gak bersuara, dia menggenggam ujung pakaian Gita erat dengan tangan gemetarnya.

"Hiks..umm..hiks.."

Doni takut, Gita akan pergi meninggalkannya..Doni takut bahkan sangat amat takut.

Dia tak lagi perduli dengan rupa wajah Gita, yang penting orang itu adalah Gita.

Selesai dengan urusannya, Gita meninggalkan Doni sendiri di kamar itu, membuat cowok itu sontak melempar mumunya dan bangun.

"Jangan pergiii..hiks..jangan tinggayin Do huaaaaaaa..hiks..yan nakay kan Doni mamiiiii..hiks..KENAPA DO JUGA KENA!! MAMIIII..hiks..DO GAK SUKA TIDUR SENDIRIII!!."

Ah...si bocil itu keluar diwaktu yang tak tepat, nampaknya Doni sengaja menggunakan Do agar Gita berhenti marah padanya.

"Diamlah, jangan sampai aku marah dan malah memukulmu Do. Tidur sekarang." ujar Gita dingin kemudian membanting pintu kamar dengan keras.

BLAM!

Do berjengit kaget, dia gemetar hebat dikasur, memeluk gulingnya erat dan terus menangis.

Satu hal yang Do benci dari Doni adalah, apapun kesalahan Doni akan menjadi kesalahan Do walau Do tak melakukannya.

"Hiks..DONI NAKAY!!..YIHAT MAMI MARAH SEKARANG!..hiks..DONI BODOH DONI BODOH DONI BODOH!!" jeritnya histeris.

Dia terus menangis, bahkan sampai jam 7 pagi dia menangis tanpa memejamkan matanya lagi dari jam 5 subuh tadi.

Gita masih bisa mendengar tangisannya, dia kasihan sungguh..tapi dia harus menyelidiki sesuatu.

Dia harus mengusut rencana apa yang Erdo akan lakukan pada Doni.

"Jeje, kira-kira penglihatan kamu tentang kejadian setelah kami menikah 2 minggu, apa benar terjadi?." tanya Gita yang sedang teleponan sama Jeje.

Jeje yang lagi pakai boxer pun berfikir sejenak, sejujurnya kejadian itu berubah lagi dan waktunya dipercepat.

"Kak, sebenarnya waktunya dipercepat. Kejadiannya tuh hari ini, tapi posisi nya ada di-"

Jeje membeku, matanya melotot tak percaya saat sekelibet penglihatan muncul dipikirannya.

Bahkan pegangannya pada Boxer terlepas begitu saja. "DONI NYAYAT TANGANNYA DI KAMAR KAK!!." jeritnya panik.

Gita melotot tak percaya, dia bangkit dari sofa dan berlari menuju kamar yang Doni tempati.

BRAK!

"DONI!!." bentaknya tanpa sadar karena terlalu panik.

Doni mendongak, ditangannya ada pisau buah dan bersiap dia iriskan ke pergelangan tangannya.

"Mami.." lirihnya pilu.

Gita berjalan cepat dan langsung membuang pisau itu, dia memeluk Doni erat walau tubuhnya gemetaran.

Doni pernah melalukan self harm beberapa minggu sebelum mereka menikah, dan dia mencoba self harm itu lagi.

"Mami..hiks..maafin Donii..hiks..maaf mamiii..huaaaaaaa."

Gita mengangguk, sial..kenapa jadi serumit ini sih.

Bukan hanya Gita, Jeje juga merasa rumit, takdir Doni dan Gita terus berubah dan Jeje hampir pingsan dibuat sekelibat penglihatan itu.

Semuanya mengerikan.

Genangan darah, tangisan, jeritan, keputus asaan, ledakan, api, RSJ, tali gantung diri.

Semua bercampur dipenglihatan Jeje, dia belum tau siapa yang menangis dan siapa yang berdarah.

Semua masih samar dikepalanya.

Dan yang membuat Jeje semakin pusing adalah, takdir gadis istimewanya sangat rumit.

Disukai roh dari boneka yang dia temukan di jalan, sampai roh itu membuat semua lelaki menjauhi gadisnya.

Jeje tak tau harus bereaksi yang bagaimana jika gadis itu sudah bertemu dengannya.

...Dikelas 12 nanti, saat gadis itu menjadi murid baru di sekolahnya....

Bersambung😾

Terpopuler

Comments

raditha astriani

raditha astriani

alu udah vote

2022-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!