9

...Met baca, jan lupa vote dan komen😾...

.......

.......

DONI gemetaran, Gita menjemputnya tadi dari rumah dan membawanya ke Apartemen Gita, dan sekarang ini sudah malam.

Doni duduk dengan gelisah dipinggir kasur, dia menunggu Gita yang lagi di  kamar mandi.

"Ini..hukumannya gimana..sih.." gumamnya gelisah, dia mau diapain ini bundaaaaaa.

Cklek.

Jantung Doni berdegub cepat, apalagi saat Gita keluar dari kamar mandi tanpa membawa apapun ditangannya.

Perlahan Gita duduk disebelah Doni, dia melirik Doni yang gemetar ditempatnya duduk. "Kenapa? Takut?." tanya Gita dingin.

Doni tersentak, dia menggeleng pelan mendapat ujaran itu. "Sini, duduk dipaha aku." titah Gita.

Doni menurut, dia berdiri lalu duduk dipaha Gita. "Balik badan, tiduran dipaha aku. Nungging." Doni membeku lagi.

Ini dia mau diapain sih. Perlahan Doni melakukan semua yang Gita perintahkan.

"Udah.." cicitnya dengan wajah memerah.

Gita menyeringai, dia mengelus pantat Doni pelan. Cowok itu sempat menegang sebentar, untung Gita gak nurunin celananya.

"Doni mau diapain.." cicitnya bergetar.

"Shut, diam aja."

Doni kicep, dia membekap bibirnya agar tak bersuara. Gita mengambil sesuatu dari laci nakas, sesuatu yang berbentuk seperti tangan.

Tapi terbuat dari besi.

"Ini hukuman untuk anak nakal, berhitung sampai 30." titah Gita.

Tangannya terangkat dan mulai terayun ke arah pantat Doni.

PLAK!

"A-ah..satu.."

PLAK!

"Eumh..dua.."

PLAK!

"Hiks..tiga.."

PLAK!

"Ahh..hiks..empat..huhuu.."

"Jangan menangis!"

PLAK!

"Huaaaa..hiks..limaaa.."

"Aku bilang jangan nangis!"

"Tapi sakiiit pantat aku Gita..hiks..sakit banget.."

PLAK!

"Uhh..hiks..enam.."

PLAK!

"Hiks..tujuh..sakit.."

PLAK!

"Ahh..delapan.."

PLAK!

"Hiks..sembilan.."

PLAK!

"Ugh..hiks..sepuluh..eungh.."

Doni udah mulai hilang kesadaran, wajahnya memerah dengan liur yang menetes dari sudut bibirnya.

Pantatnya berdenyut hebat saat ini.

"Sakit..hiks.." rintihnya parau.

Gita gak kasihan tuh, memanglah menghukum anak nakal gaboleh setengah-setengah loh ya.

Dia kembali mengayunkan benda ditangannya lagi.

PLAK!

"Sebelas..hiks.."

PlAK!

"Dua belas..hiks.."

PLAK!

"Ti..ga..belas.."

PLAK!

"Em..pat..belas..hiks.."

PLAK!

"Lima..belas..hiks..

PLAK!

"Enam belas..hiks."

PLAK!

"Tujuh belas..hiks.."

Suara Doni makin lama makin melemah, Gita melirik ke wajah Doni yang sudah seperti orang teler.

Akhirnya Gita menghentikan spakingnya. "Delapan belas..hiks.."

"Sembilan belas..hiks.."

"Dua puluh—"

"Udah Doni. Berhenti menghitung, sudah selesai." ujar Gita khawatir.

Doni seakan hilang pikiran, dia terus menghitung sampai angka tiga puluh, baru setelahnya dia pingsan tak sadarkan diri.

Gita tak tau jika efek nya akan seperti ini, kasihan sih.

Perlahan dia mengangkat tubuh Doni dan menelungkupkannya di kasur.

Gita berdiri lalu berjalan menuju lemari obat. Dia harus mengobati pantat merah Doni.

Pantatnya besok pasti membengkak, dia pasti gabisa bangun nih besok.

Gita duduk kembali di pinggir kasur, lalu mengelus rambut coklat muda Doni pelan.

"Kasihan."

..........

Tengah malam, Gita mendengar rintihan seseorang. Bukan perempuan tapi laki-laki, Gita membuka matanya pelan.

Dia loading sebentar, lalu menoleh kearah Doni yang gemetaran.

"Sakiit..hiks..sakit Gita..hiks..sakit.." dia mengigau.

Pelan, Gita menyentuh dahi Doni, panas. Dia sakit.

Untuk menghentikan racauan Doni, Gita mengambil empeng yang ada dilaci nakas, sudah dia siapkan semua keperluan Doni disini.

Karena nantinya mereka akan tinggal di Apartemen Gita.

"Saakiit-"

Plum.

Gita memasukan empeng itu ke mulut Doni, langsung saja dikenyotnya.

Lucu, bibirnya gerak-gerak.

Gita turun dari ranjang dan berjalan lagi ke lemari obat. Dia mencari bye-bye fever, kalau di kompres pakai kain gabisa.

Pasti bakalan jatuh karena Doni tidurnya telungkupan, jadi mending ditempel koyok—ditempel bye-bye fever agar lengket didahinya.

Setelah selesai, Doni kembali tenang dan tertidur.

Sementara Gita melihat jam sudah pukul setengah 5, bentar lagi subuh dan dia harus sholat subuh jam 5.

Kalau tidur lagi, nanti kesiangan.

"Mending aku Tahajud bentar." lagipula masih setengah 5, dia bisa tahajud sebentar seraya menunggu subuh.

Lalu lanjut memasak di dapur.

"Doni, maafin Gita ya.." lirihnya sembari mengusap rambut coklat muda Doni, dan mencium nya.

...Kasihan bayi gedenya ini....

...Bersambung😾...

Terpopuler

Comments

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘

2024-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!