7

...Jan lupa vote dan komen😾...

.......

.......

GITA berlari cepat turun dari mobilnya, dia dapat kabar kalau Doni masuk rumah sakit siang itu.

Dia jadi batal makan siang bareng Erdo karena berita ini. Katanya Doni ditemukan gak sadar di gudang sekolah, tangannya berlumuran darah.

"Permisi, kamar atas nama Doni Arlangka." tanya Gita begitu masuk ke lobby rumah sakit dan mendekati bagian yang biasa untuk tempat jaga para perawat.

2 orang perawat yang sedang berjaga sedikit termangu saat melihat Gita, memakai kemeja putih yang dimasukan ke celana hitam panjangnya.

Mencetak bentuk tubuh Gita yang menawan. "Ah, kamarnya ada di lantai 4 nomor 666." ujar Perawat yang satunya.

Gita berterima kasih lalu berlari kearah lift, dia sangat panik mendengar ucapan itu, yang lebih membuatnya panik adalah Do.

Pasti nanti dia muncul, karena Doni tak mau menahan rasa sakit sendiri, Do pasti merasakannya juga.

Sesampainya Gita dilantai 4, dia langsung mencari kamar nomor 666 tadi, dia sudah sangat panik ini.

Kenapa sih Doni berpikir untuk bunuh diri, padahal kan itu dosanya besar banget.

"Padahal baru juga dihukum setengah hari, udah mau bundir aja adoh." gimana kalau suatu hari Gita mati dan meninggalkan Doni?.

Apa dia akan bunuh diri juga? Wah gila sih kalau itu benar.

Gita melihat ada beberapa murib cowok berseragam SMA dan seorang gadis yang juga berseragam SMA bersama mereka.

"Dimana Doni!?" panik Gita saat sampai didekat mereka.

Dengan serentak mereka menunjuk ke arah pintu. "Dia ngamuk...kak, tapi manggilnya mami. Padahal kan dia punya nya Bunda, mami tuh siapanya lagi kami juga gatau." jelas Adi kalem.

Gita mengangguk pelan, sekilas dia heran pada salah satu teman Doni, yang nampak gelisah disebelah gadis SMA itu.

"Dia kenapa?" tanya Gita heran.

Pasalnya, wajahnya memerah padam dan bercucuran keringat. Semua kaget "Dia baru selesai dipijat kak, jadi mukanya merah." sahut gadis SMA ber name tag Diara itu.

Diara merengkuh pinggang Arsa dan mendekatkan tubuh cowok itu. "Aa, dipijat ya.." gumam Gita pura-pura tidak tau.

Bener kok dipijat, gak salah tuh jawaban Diara. Hehe.

Arsa menunduk dalam, dia malu sekali. "D-diara..gue mau ke kamar mandi." cicit Arsa sembari melepas rengkuhan Diara.

Diara sendiri malah mengeratkan pelukannya. "Bareng gue." ujarnya tak terbantahkan kemudian mereka berlalu.

Gita mengedik tak perduli, bahaya juga ya pergaulan anak SMA Zaman sekarang, kalau gak cowok ngejajah cewek, pasti bakalan ada cowok yang dijajah cewek.

Gita segera masuk ke dalam kamar inap Doni, dan benar saja Doni sedang menangis keras dikasurnya.

"Huaaaaaaa..hiks..mamiii Gitaaa sakiit tangan Doniii..hiks..huaaa sakiiit." tunggu sebentar, jadi itu bukan Do?.

Tapi Doni sendiri? Waw..how can?.

"Loh, Doni? Aku kira tadi Do." cetus Gita seraya berjalan mendekati ranjang Doni yang berantakan.

Doni menoleh, wajahnya penuh dengan air mata. "Mamii..hiks..tangan Doni sakiiiit..hiks..hueeeeee." aduan itu lucu sekali didengar Gita.

Perlahan dia membalikan tangan Doni, melihat 1 sayatan lumayan dalam yang sudah dijahit.

"Untung gak putus urat kamu Don, ada-ada aja sih." gerutu Gita seraya mencium pelipis Doni.

Doni masih menangis, ternyata self harm itu sakit banget, Doni gamau lakuin itu lagi. "Kenapa kamu nyayat tangan?." tanya Gita lembut.

Doni sesenggukan, dia menyeka air matanya pelan.

"M-mamii marah sama Doni...hiks..maafin Doni karena udah jadi bekasan..hiks..tapi Doni gamau batal dijodohin huaaaaaaaaa!!."

Ya ampun, manis banget sih. Nangis aja semanis ini. "Iya, rencananya aku mau batalin perjodohan, tapi karena kamu malah gini. Gak jadi deh, kasihan." cetusnya.

"Hiks..huuu..hiks..sakit mamii.."

"Makannya, jangan sok-sok an mau bundir."

"Iih..hiks...mami jangan gitu!."

"Cup-cup, udah ah."

"Mau mumu..hiks.."

"Aduh, aku gak bawa mumu sayang."

Doni menggeleng kuat. "MAU MUMUU HUAAAAAAAA MUMUUU..hiks..DONI MAU MUMUUU!!." jeritnya histeris.

"Iya bentar, biar aku suruh Pak Nam anter kesini." bujuk Gita kualahan.

Doni mengangguk dengan sesenggukan yang gak habis-habis,dia memeluk Gita dan mendusel di dadanya.

"Mumu dari sini..hiks..boleh?." tanya nya sembari menepuk dada Gita.

Gita menggeleng pelan. "No, kita belum nikah. Nanti kalau udah nikah aku konsultasi supaya ASI aku keluar, buat kamu." ujar Gita.

Doni nampak berbinar, dia kembali mendusel ria didua gundukan empuk itu.

...Dan syukurlah, kamar VIP Doni itu kedap suara hehehe....

...Bersambung😾...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!